Kamis, Oktober 04, 2012

Kisah Si Anak Gunung



Baju hitam
Gimbal
Jeans belel
Sepatu gunung
Atau mungkin sandal gunung

Adakah yang aneh dari mereka? Atau apakah mereka terlihat beringas? #ups
Dulu saya termasuk salah satu orang agak ‘memandang sebelah mata’ mereka-mereka yang berpenampilan seperti diatas. Sebenarnya bukan memandang sebelah mata, tapi lebih ke takut, tidak berani dekat-dekat, ya yang negatif-negatif gitu deh. Misal (terpaksanya) saya bertemu dengan mereka dalam sebuah kepanitiaan, hal pertama yang saya pikirkan, mereka adalah para ‘perusuh’. Hua..jahat sekali ya.

Pikiran-pikiran negatif itu banyak mensugesti saya. Bahwa mereka itu bla..bla..bla, intinya jelek, umbrush dan lain sebagainya. Saat itu saya pasti sedang menjadi orang paling egois sedunia, paling merasa benar dan yang lain salah. Hingga beberapa waktu yang lalu saya masih berprasangka buruk kepada mereka.

Taraaa…!!
Semua berubah 180o saat saya memutuskan nekad ikut salah satu acara yang diadakan mereka, pendakian massal. Hanya bermodal nekad dan sedikit berprasangka baik, saya berangkat naik gunung bareng mereka. Waktu itu kami mendaki gunung Lawu didaerah Jawa Timur. Tak perlu ditanya lagi bagaimana ekspresi mereka saat ada cewek pakai jilbab jumbo, rok model A lengkap dengan kaos kaki ikut klayapan naik gunung. Berbagai macam pertanyaan yang terdengar agak aneh mereka lontarkan,

“Mbak, pakai celana kan?”
Weits…pertanyaan macam apa ini? Saya hanya menjawabnya dengan senyuman kecil.
“Nanti naiknya pakai celana kan?”
Nah, ini apalagi sih. Akhirnya dengan bergungut-sungut saya menunjukkan rok lebar di double celana panjang yang saya kenakan.
“Nanti saya naiknya pakai rok mas, tapi tenang saja, saya pakai celana panjang koq.” Saya sedikit menjelaskan.
“O…”
Ternyata itu hanya pemanasan. Sampai base camp, pertanyaan serupa dilontarkan oleh yang lain.
“Eh, kamu ikut to? Nanti roknya dilepas saja. Naik gunungnya pakai celana saja, biar nggak ribet.” Seorang cewek dari mereka yang kebetulan mengenal saya sebelumnya memberikan saran yang bagi saya terdengar ‘agak’ gila.
“Eh, enak aja, nanti saya buktikan deh. Saya nyampai puncak walau pakai rok.”

Tekad saya sudah bulat, membuktikan kepada mereka semua bahwa keberhasilan dimulai dari kemauan untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Bukan karena tak banayk orang melakukan dengan cara yang kita lakukan
.
Selama tiga hari dua malam bersama mereka, banyak hal yang berubah. Mereka dan juga saya. sepanjang perjalanan menuju puncak lawu, mereka benar-benar ‘menjaga’ saya. Saya tidak dibiarkan berjalan sendirian, pasti selalu ada salah satu dari mereka yang mengikuti dibelakang saya. Beberapa kali saya kelelahan dijalan, mereka masih dengan tetap ‘setia’ menunggu saya hingga saya snaggup berjalan kembali. Kebetulan saat itu saya tidak membawa sarung tangan, mereka dengan mudahnya memberikan (meminjamkan) sarung tangan mereka. Waow…It`s amazing for me.

Saya pun akhirnya berhasil membuktikan bahwa saya mampu berjalan menuju puncak lawu dengan kostum yang bagi beberapa orang terlihat aneh. Walaupun sudah tak terhitung berapa orang yang tiba-tiba berkata,

“Mbak, yang pakai rok. Jalannya hati-hati ya.”
“Mbak, naiknya pakai celana saja”
Atau beberapa nasehat senada yang lainnya.

Setahun berselang sejak saat itu, ada yang berbeda pada hubungan kami. Hem…ada sesuatu yang terasa lebih manis saat bertemu. Kemarin, saat saya sekali lagi bergabung dengan mereka di pendakian merbabu, tak ada lagi tatapan aneh, yang ada hanyalah senyuman hangat, dan tentu saja sikap saling menjaga yang semakin hangat.  
Memang segala sesuatu hanya akan terjadi seperti apa yang kita pikirkan. JJJ


Je
Satu lagi tentang anak gunung

    Choose :
  • OR
  • To comment
2 komentar:
Write Comment
  1. Nice mb :)
    qt mngalami hal yg sama :)
    Terbukti, bahwa hijab tak menghalangi apapun?
    Bikin ribet? ah tidak, malah bikin gesit. Ini trbukti, yg pakai rok lebih gesit dri pda yg pake clana, saya sudah buktikan mb..

    See u next time :)
    Salam Rimba dari Medan...

    BalasHapus
  2. hihihihi, daku udah baca tulisanmu yang bertajuk sama dengan tulisan ini. Memang ya, semua hal itu mungkin. Tinggal kita mau atau tidak. Hanya satu kuncinya, jangan membatasi diri. :D

    Salam Lestari dari Jogja :)

    BalasHapus