Kamis, Oktober 04, 2012

Aku Jatuh Cinta Lagi



“Mbak…masnya cakep banget,” matanya tak berkedip saat mengucapkannya.
“Lalu?” Ah, kadar cuek dan ketus saya memang masih sangat pekat.
“Gimana ya mbak, biar aku nggak mudah ‘jatuh cinta’? Masak iya, setiap ada yang agak bening langsung ijo. Ya Allah mata ini kenapa begitu unik? Remnya kenapa blong sih.”
“Protes sama Allah?”
“Eh…nggak koq mbak. Hanya curcol.”
“Ya, jangan dilihatin terus donk masnya.”
“Yeee..si embak. Baru satu kali memandang anak panahnya sudah nancep tahu. Hrrgghh..aku payah ya mbak. Kayak gini aja nggak bisa mengatasi. Inikan urusan remeh temeh banget.”

Saya sering kali mendengar pengakuan sejenis ini. Terutama dulu saat saya masih memegang amanah di dakwah sekolah. Ada saja ceritanya, yang jatuh cinta dengan teman satu kelaslah, dengan kakak angkatanlah, dan yang paling membuat saya bisa ngakak guling-guling tersenyum agak lebar adalah, saat ada adek angkatan yang dengan PD-nya bilang kalau dia suka dengan ketua rohis saya. Gubrakk…belum tahu dia, wajah asli orang yang disukainya. :D:D. Kebetulan saat SMA, kami (anak-anak ROHIS) memang membentuk sebuah genk. Bisa dibilang aku tahu kamu, kamu tahu aku. Tak ada yang dirahasiakan. Jadi maklum saja kalau ekspresi saya adalah tertawa keras saat ada yang bilang suka sama si pak ketu.

Menulis tentang ini membuat saya teringat seorang sahabat, sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. saat itu kami masih sama-sama duduk di bangku SMA. Kebetulan juga kami bergabung dalam satu organisasi, ROHIS. Jadi, sedikit banyak, kami cukup paham tentang interaksi lawan jenis, walaupun masih sangat dangkal. Minimal kami tahu, bahwa pacaran itu tidak boleh, cewek dan cowok juga tidak boleh saling berdekatan kalau bukan mahramnya, kan tegangannya tinggi. Begitulah dulu kami memahaminya. Praktis dan tak ribet. Suatu ketika dia sedikit curhat, dengan gaya bercanda tentunya,

“Aku ingin segera menikah,”
“Wew…?”
“Iya, kan pacaran tidak boleh. Makanya aku pengen menikah saja. Setelah menikah kan bisa pacaran. Tanpa perlu takut jadi dosa.”

Galau? Tidak! Bukan! Ini bukan dalam rangka galau. Kami tahu bahwa ada jalan salah, maka kami ingin menuju jalan yangbenar, walaupun saat itu masih belum sadar umur. Bayangkan saja, saat membahas itu, kami masih kelas 1 SMA. Masih jauh banget kalau mau menikah. KTP belum dapat, ilmu? Jangan ditanya, pasih dangkal banget tentunya. Alhamdulillah kini sahabat saya itu sudah menggenapkan separuh dien-nya. Lah, malah jadi curhat.

Suatu ketika, teman saya yang lain mengungkapkan apa yang selama ini dirasakannya, yaitu gampang banget  jatuh cinta. Seperti kasus diatas, kalau ada yang agak bening sedikit, langsung bergetar dihatinya. Bening dalam arti disini, bening dalam banyak hal, ya agama, akhlak, dan satu lagi yang sangat tidak penting, tampilan secara fisik.

“Hi…ini gimana sih. Masak aku jatuh cinta lagi. Padahal dia juga cuma kayak gitu doank. Banyak yang lain seperti itu juga. Hrrghhh ….sebel banget sama diri sendiri.”
Nah loh.. ada apa ini?

Bagi kita yang kini sudah kuliah mungkin bisa dengan mudah bilang, “Ya sudah menikah saja!” atau “Masukkin proposal sekarang saja!”. Hadeh…emang perkara hati semudah itu?

Hatiku, hatimu, hati-hati ya!

Jatuh cinta itu memang gampang banget. Apalagi bagi yang remnya sudah blong, beuh gampang puol. Lihat yang oke dikit sudah dag dig dug. Ada yang blink..blink langsung merona. Ada yang kalem lewat, langsung deh hatinya bersyair. Jadi tidak heran kalau akhirnya ada satu orang yang suka (jatuh cinta) dengan banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Meski kadarnya tidak banyak. Tapi tetap saja sudah bisa membuat hidung kembang kempis. Lalu gimana donk?

Sibukkin diri sudah.
Fokus dengan yang lain juga sudah
Mikirin kejelekannya juga sudah, meskipun si syetan juga terus berbisik ditelinga, “Tidak ada manusia yang sempurna,”
Huaaa…nggak kuat lagi nih. Aku jadi nggak pengen jatuh cinta lagi.
Weitss…sabar donk jendral. Baru segini doank sudang hebring.

Kuncinya cuma satu koq, biar kita tidak mudah jantu cinta dengan semua yang kita temui dijalan. Gampang banget kuncinya. Tak perlu capek-capek mengutuki sendiri sebagai makhluk hina yang gampang jatuh cinta. Kita harus fokus, biar nggak terpikir kemana-mana. Jatuh cintanya fokus, jangan banyak-banyak. Cukup satu aja tapi bener-bener dicintai, biar cinta-cinta dengan yang lain tereliminasi semuanya. Satu aja, yaitu sama Allah. :D :D.

“Susah mbak, beneran deh.”

Halah, belum juga dicoba. Coba dan terus coba, dan yang paling penting dari semuanya, hatiku, hatimu, hati-hati ya! Jangan sampai kita sering ngobrol dari hati ke hati. Bisa gaswat bro.

Eh, pernah jatuh cinta nggak?

Wkwkwkwk…saya sering mendapatkan pertanyaan ini. Ups…ketawanya nggak sholihah.
“Eh, mbak pernah jatuh cinta nggak sih?”
Atau
“Kamu itu pernah suka sama cowok nggak sih?”

Pertanyaan kedua ini memang agak tidak berperikemanusiaan. Tapi begitulah orang-orang menilai saya. Ah..biarkanlah mereka bingung. Pernah nggak sih? Pernah donk, Ini lagi jatuh cinta (lagi), makanya nulisnya tentang cinta. Kemarin jatuh cinta sama Allah, sekarang jatuh cinta sama Allah, besok InsyaAllah jatuh cinta sama Allah lagi dan seterusnya sama Allah.
Je
Asyik tentang cinta lagi 

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment