“Mbak…masnya cakep banget,” matanya tak berkedip saat
mengucapkannya.
“Lalu?” Ah, kadar cuek dan ketus saya memang masih sangat
pekat.
“Gimana ya mbak, biar aku nggak mudah ‘jatuh cinta’? Masak
iya, setiap ada yang agak bening langsung ijo. Ya Allah mata ini kenapa begitu
unik? Remnya kenapa blong sih.”
“Protes sama Allah?”
“Eh…nggak koq mbak. Hanya curcol.”
“Ya, jangan dilihatin terus donk masnya.”
“Yeee..si embak. Baru satu kali memandang anak panahnya sudah
nancep tahu. Hrrgghh..aku payah ya mbak. Kayak gini aja nggak bisa mengatasi.
Inikan urusan remeh temeh banget.”
Saya sering kali mendengar pengakuan sejenis ini. Terutama
dulu saat saya masih memegang amanah di dakwah sekolah. Ada saja ceritanya,
yang jatuh cinta dengan teman satu kelaslah, dengan kakak angkatanlah, dan yang
paling membuat saya bisa ngakak guling-guling tersenyum agak lebar
adalah, saat ada adek angkatan yang dengan PD-nya bilang kalau dia suka dengan
ketua rohis saya. Gubrakk…belum tahu dia, wajah asli orang yang disukainya.
:D:D. Kebetulan saat SMA, kami (anak-anak ROHIS) memang membentuk sebuah genk.
Bisa dibilang aku tahu kamu, kamu tahu aku. Tak ada yang dirahasiakan. Jadi
maklum saja kalau ekspresi saya adalah tertawa keras saat ada yang bilang suka sama
si pak ketu.
Menulis tentang ini membuat saya teringat seorang sahabat,
sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. saat itu kami masih sama-sama duduk
di bangku SMA. Kebetulan juga kami bergabung dalam satu organisasi, ROHIS.
Jadi, sedikit banyak, kami cukup paham tentang interaksi lawan jenis, walaupun
masih sangat dangkal. Minimal kami tahu, bahwa pacaran itu tidak boleh, cewek
dan cowok juga tidak boleh saling berdekatan kalau bukan mahramnya, kan
tegangannya tinggi. Begitulah dulu kami memahaminya. Praktis dan tak ribet.
Suatu ketika dia sedikit curhat, dengan gaya bercanda tentunya,
“Aku ingin segera menikah,”
“Wew…?”
“Iya, kan pacaran tidak boleh. Makanya aku pengen menikah
saja. Setelah menikah kan bisa pacaran. Tanpa perlu takut jadi dosa.”
Galau? Tidak! Bukan! Ini bukan dalam rangka galau. Kami tahu
bahwa ada jalan salah, maka kami ingin menuju jalan yangbenar, walaupun saat
itu masih belum sadar umur. Bayangkan saja, saat membahas itu, kami masih kelas
1 SMA. Masih jauh banget kalau mau menikah. KTP belum dapat, ilmu? Jangan
ditanya, pasih dangkal banget tentunya. Alhamdulillah kini sahabat saya itu
sudah menggenapkan separuh dien-nya. Lah, malah jadi curhat.
Suatu ketika, teman saya yang lain mengungkapkan apa yang
selama ini dirasakannya, yaitu gampang banget
jatuh cinta. Seperti kasus diatas, kalau ada yang agak bening sedikit,
langsung bergetar dihatinya. Bening dalam arti disini, bening dalam banyak hal,
ya agama, akhlak, dan satu lagi yang sangat tidak penting, tampilan secara
fisik.
“Hi…ini gimana sih. Masak aku jatuh cinta lagi. Padahal dia
juga cuma kayak gitu doank. Banyak yang lain seperti itu juga. Hrrghhh ….sebel
banget sama diri sendiri.”
Nah loh.. ada apa ini?
Bagi kita yang kini sudah kuliah mungkin bisa dengan mudah
bilang, “Ya sudah menikah saja!” atau “Masukkin proposal sekarang saja!”.
Hadeh…emang perkara hati semudah itu?
Hatiku, hatimu, hati-hati
ya!
Jatuh cinta itu memang gampang banget. Apalagi bagi yang
remnya sudah blong, beuh gampang puol. Lihat yang oke dikit sudah dag dig dug.
Ada yang blink..blink langsung merona. Ada yang kalem lewat, langsung deh
hatinya bersyair. Jadi tidak heran kalau akhirnya ada satu orang yang suka
(jatuh cinta) dengan banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Meski kadarnya
tidak banyak. Tapi tetap saja sudah bisa membuat hidung kembang kempis. Lalu
gimana donk?
Sibukkin diri sudah.
Fokus dengan yang lain juga sudah
Mikirin kejelekannya juga sudah, meskipun si syetan juga terus
berbisik ditelinga, “Tidak ada manusia yang sempurna,”
Huaaa…nggak kuat lagi nih. Aku jadi nggak pengen jatuh cinta
lagi.
Weitss…sabar donk jendral. Baru segini doank sudang hebring.
Kuncinya cuma satu koq, biar kita tidak mudah jantu cinta
dengan semua yang kita temui dijalan. Gampang banget kuncinya. Tak perlu capek-capek
mengutuki sendiri sebagai makhluk hina yang gampang jatuh cinta. Kita harus
fokus, biar nggak terpikir kemana-mana. Jatuh cintanya fokus, jangan
banyak-banyak. Cukup satu aja tapi bener-bener dicintai, biar cinta-cinta
dengan yang lain tereliminasi semuanya. Satu aja, yaitu sama Allah. :D :D.
“Susah mbak, beneran deh.”
Halah, belum juga dicoba. Coba dan terus coba, dan yang paling
penting dari semuanya, hatiku, hatimu, hati-hati ya! Jangan sampai kita sering
ngobrol dari hati ke hati. Bisa gaswat bro.
Eh, pernah jatuh cinta
nggak?
Wkwkwkwk…saya sering mendapatkan pertanyaan ini. Ups…ketawanya
nggak sholihah.
“Eh, mbak pernah jatuh cinta nggak sih?”
Atau
“Kamu itu pernah suka sama cowok nggak sih?”
Pertanyaan kedua ini memang agak tidak berperikemanusiaan.
Tapi begitulah orang-orang menilai saya. Ah..biarkanlah mereka bingung. Pernah
nggak sih? Pernah donk, Ini lagi jatuh cinta (lagi), makanya nulisnya tentang
cinta. Kemarin jatuh cinta sama Allah, sekarang jatuh cinta sama Allah, besok InsyaAllah
jatuh cinta sama Allah lagi dan seterusnya sama Allah.
Je
Asyik tentang cinta lagi
Tidak ada komentar:
Write Comment