Haih, judulnya kalem bener yak? Hehehe, bingung ngasih judul
apa. Pastinya, saya pengen cerita ke blogie semua tentang dua orang yang
memberikan sebuah kesan unik di akhir September tahun ini. When September end gitu deh.
Orang pertama
Kejadian ini membuat saya mengerti, satu hal yang membuat kita
bisa melengkungkan bibir keatas adalam sebuah persamaan. Saat itu saya sedang
bersiap istirahat di base camp pendakian merbabu. Hawa dingin yang mak nyus
membuat saya ingin segera ngumpet di sleeping
bag lalu terlelap. Saat-saat seperti ini memang paling enak untuk segera
melingkar dalam selimut tebal. Tepat ketika saya akan merebahkan diri, sebuah
bayangan melintas didepan saya. We are
same! Horay! Sebuah senyum terkembang dari seorang gadis manis, saat
melihat wajah saya. Apakah saya kenal? Tentu saja tidak. Sama sekali tidak. Ini
adalah pertemuan pertama kami. Loh koq bisa saling senyum?
Inilah uniknya persaudaraan. Sebuah persamaan akhirnya membuat
kita merasa ‘punya teman’. Apalagi waktu itu kami berada di base camp pendakian. Sebuah tempat yang
sepertinya tidak mungkin menemukan orang-orang sejenis kami. Eits, jenis?
Jangan berpikir kami sejenis makhluk langka yang sudah hampir punah. Karena
tentu saja bukan, namun dimanapun itu, pasti akan sulit menemukan cewek
berjilbab lebar, lengkap dengan rok dan kaos kaji klayapan di base camp pendakian gunung, kecuali cewek yang agak
nekat campur ‘gila’. Saat yang lain berlindung di dalam rumah, ini malah dengan
PD-nya jalan-jalan naik gunung yang kata banyak orang tak ada gunanya. Ada
sesuatu yang berbeda saat kami saling bertatapan, seperti bertemu seseorang
yang lama tak berjumpa. Nah, saat itulah gadis manis itu melayangkan sebuah
senyum manis. Sayangnya saya tak sempat bertanya siapa namanya.
The second person
Wajahnya familiar, tapi jujur saya merasa tidak pernah bertemu
dengan orang ini. jangankan pernah terlibat dalam sebuah topic pembicaraan,
bahkan bertemu saja rasa-rasanya baru kali ini. saya bertemu dengannya di atas
pos 3, tepat dibawah puncak ketheng songo.
“Assalamu`alaikum mbak”
Kalimat pertama yangmeluncur darinya.
“Wa`alaikum salam”
Saya menjawabnya dengan setengah hati. Maklum saja, kami baru
pertama kali bertemu. pikiran saya sudah macam-macam.
“Mbaknya FLP ya?”
Sebuah pertanyaan yang membuat saya tiba-tiba berpikir, dia
orang baik.
“Lho, koq tahu?”
“Iya, kemarin mbaknya kan pakai jaket FLP”
“Oh” saya hanya menjawab singkat.
“Mbak ikut mapala?” ada nada penasaran dalam pertanyaannya.
“Oh, bukan, saya hanya ikut pendakian saja.” saya hanya
sekilas melihat wajahnya, dia mengangguk beberapa kali.
“Mbaknya angkata berapa di FLP?” Nah loh, dari mana nih orang
tahu kalau di FLP punya beberapa angkatan.
“Saya angkatan 13”
“Dulu saya juga daftar FLP mbak, tapi tidak diterima. Mungkin
karena suda ketuaan,” sambungnya sambil nyengir.
“Siapa yang sekarang ada di FLP mbak?”
“Hem, banyak. Ada Angga, Dwi,…”
“Mas Ge, Ridwan?”
Dia memotong ucapan saya.
“Iya, mereka juga masih aktif di FLP” jawab saya kemudian.
“Sudah dulu ya mbak. Assalamu`alaikum wr wb”
“Wa`alaikumsalam wr wb”
Satu lagi yang membuat saya terharu, persaudaraan ini. Saya
yakin dia mengenali saya dari jilbab (dan juga aksesorisnya, rok, kaos kaki
dll) yang saya kenakan. Meluangkan sejenak waktu untuk sekedar menyapa,
walaupun teman-temannya sudah lebih dulu turun menuju camp mereka. sayangnya saya juga tak sempat bertanya, siapa
namanya.
Kepadanya, dua kawand yang saya temui di Merbabu, semoga kita
dipertemukan kembali, dan disaat itu, semoga kita punya kesempatan untuk saling
mengenal. The last, maafkan saya ya, saya sudah tak ingat lagi wajah kalian. :D
JJJ
Je
Episode pertama pendakian merbabu
Tidak ada komentar:
Write Comment