Sudah
lama saya ingin menuliskan ini. Hanya saja, saya sering menundanya dan akhirnya
saya lupa. Hehehe. Menunda adalah satu dari sekian banyak sifat jelek saya.
Jangan ditiru ya pemirsa.
Tiga
atau empat tahun lalu saya bertemu seorang laki-laki. Ah, terlalu mendramatisir
kalau saya bilang bertemu. Lebih tepatnya saya melihat seseorang. Berada ditumpukan
sampah di tempat pembuangan sampah sebuah pasar tradisional. Bisa dibayangkan,
yang namanya pasar tradisional semua sampah kumpul jadi satu. Mulai dari sampah
basah hingga sampah kering. Selain dari para penjual di pasar tersebut, ada
juga masyarakat disekitaran pasar yang ikut membuang ditempat itu.
Kembali
pada laki-laki yang saya lihat. Saya tidak mengenalnya. Belum pernah
melihatnya. Apalagi tahu alamat rumahnya. Tapi rasa kagum dan malu selalu saja
muncul saat melihatnya. Beliau sudah berusia separuh baya. Kalau tebakan saya
benar, sepertinya laki-laki itu sudah punya dua atau tiga orang anak.
Lalu apa
yang membuat saya kagum dan malu?
Saya
selalu kagum dengan para laki-laki yang rela bekerja apapun untuk menghidupi
keluarganya. Apapun! Selama itu halal. Salah satunya laki-laki yang saya lihat
tengah sibuk memilah sampah di tempat pembuangan tersebut.
Jangan kira
sampah yang ada disana hanya berupa sampah plastik kering yang bercampur dengan
sayuran busuk. Ada sisa-sia ikan busuk, ada popok bayi (entah sejak kapan ada
bayi ganti popok di pasar -_-‘), ada pembalut #eh. Tentang yang terakhir ini
akan saya tuliskan khusus. Baunya, tentu saja sangat busuk. Bahkan setiap orang
lewat pasti jalan cepat-cepat atau minimal menahan napas.
Saya
kadang bertanya, sekebal apa hidung laki-laki tersebut. Sampai kuat berjam-jam
disana. Ah, semua itu memang karena sebuah kata, “demi”. Demi ibadah, demi
tanggungjawab, demi dan demi yang lain. Semoga Allah selalu melindungi mereka.
Catatan:
Saya
tidak hanya kagum dengan satu laki-laki itu. Banyak! Ada penjual gorengan yang
rela memikul gerobak berisi kompor gas dan segala macam peralatannya. Ada tukang
ambil sampah di kost yang setiap dua hari sekali mengambil sampah di kost. Juga
kepada bapak-bapak yang setiap sore hingga malam duduk manis berjualan
keranjang baju kotor di perempatan kampus. Kepada semua, yang meniadakan gengsi
untuk berjuang demi keluarganya.
::
Menjadi perempuan itu dimuliakan #senyum
2 komentar:
Write CommentSetuju mbaaak!
BalasHapusAdakah cara yang bisa kita lakukan untuk sosok-sosok seperti itu ketika kita ingin membantunya? Apakah 'hanya' dengan mendo'akannya? :))
Banyak yang bisa dilakukan. Salah satunya untuk bapak2 yang selalu setia ambil sampah di kost. Kalau punya apapun. Sisihkan. terutama barang. belikan barang baru. Ngasih orang nggak harus barang lama kan. hehehe #itu yang baru bisa dilakukan sih. Kalau nanti sudah punya lapangan kerja yang oke, boleh tuh ditawari. atau beri modal untuk buka usaha. #sok teu gueee :D
BalasHapus