“Ah, masa?”
Ide tulisan ini muncul sesaat setelah mendengarkan sebuah
lagu. Itu pun kalau itu bisa disebut lagu, soalnya liriknya dari awal sampai
akhir nge-rape. Maklum yang nyanyi mantan raper dan mualaf. Judulnya catatan
terakhir oleh Tufail Al Ghifari. Lagu ini romatis, tapi jleb. Apalagi buat
mereka yang sedang jatuh cinta. Mereka yang suka ‘berlindung’ dibalik cerita
Fatimah dan Ali yang sudah mereka rekayasa.
Excuse me. Rekayasa?
Yap, selama ini banyak yang merasa rasa mereka halal-halal
saja karena menurut mereka dulu Fatimah dan Ali juga sudah saling suka sebelum
menikah. Oh man! Mari ambil cermin lalu bercermin. Jangan lupa ambil
kalkulator. Coba hitung berapa malammu (ku) yang dihabiskan untuk tahujud? Hitung
juga puasa sunnahmu (ku). Lalu lihat gurumu (ku). Lalu lihat jaman hidup kita
sekarang. Beliau berdua hidup di jaman yang terjaga. Saat ibadah menjadi hal
paling utama. Saat Muhammad menjadi gurunya. Nah, sudah cukup ngaca dan
ngitungnya? Oh iya, ada yang ketinggalan. Mereka menyimpan rasa mereka. Hanya
Allah dan hati masing-masing yang tahu. Nah, kamu (aku juga) berapa orang yang
ceritakan? Berapa kali status di FB mencoba menceritan segalanya? Sudah berapa
kali kamu (aku) berusaha sekuat tenaga untuk dekat dengan orang yang bukan
siapa-siapa. Padahal diwaktu yang sama, kamu (aku) tahu, itu perbuatan paling
bodoh yang dilakukan manusia. Mencari perhatian manusia!
Lalu hubungannya apa dengan harga diri?
Sepertinya sudah jelas. Kita yang katanya punya harga diri
ini. Sering dan sangat sering menjatuhkan harga diri sendiri melalui
status-status FB. Ngemis-ngemis mencuri perhatian dengan cara apapun. Bagi
saya, manusia seperti itu sudah kehilangan satu nilai. Dari awalnya nilainya
100. Hilang angka satunya, jadi 00 alias 0.
Sesuatu yang salah tidak akan menjadi benar hanya dengan cara
kita mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan. Perhatian manusia tidak
akan menambah apapun. Kalau kalian pernah minum air alut saat haus, nah seperti
itu rasanya. Minum sebanyak apapun, haus tidak pernah hilang. Justru semakin
haus.
Kenapa harus disandingkan dengan harga diri? Kenapa?
Sepertinya cukup jelas. Harga diri hubungannya dengan hati. Mereka yang belum
beres urusannya dengan hati, tidak akan pernah beres mengurusi umat ini.
Ssstt…ini bukan hanya tentang urusan hati antara dua manusia
yang berbeda jenis. Tapi juga dengan sesama manusia yang lain. Merendahkan diri
untuk mencari perhatian atasan atau bahasa kerennya penjilat, juga termasuk
salah satu cara ampuh menurunkan harga diri secara drastis.
Kita masing-masing diciptakan sama. Selanjutnya kita sendiri
yang memilih, mencari perhatian manusia (menjatuhkan harga diri) atau……. (tentu
kita sudah tahu kelanjutannya).
Maka, jadilah sejati. Mereka yang terus mengupgrade diri. Memperbaiki
diri, menaikan nilai tawar. Urusan manusia itu urusan yang remeh. Dekat saja
dengan pembolak balik hati. Selesai urusan. J
Tidak ada komentar:
Write Comment