Rabu, Januari 22, 2014

Saya Punya Harga Diri

“Ah, masa?”

Ide tulisan ini muncul sesaat setelah mendengarkan sebuah lagu. Itu pun kalau itu bisa disebut lagu, soalnya liriknya dari awal sampai akhir nge-rape. Maklum yang nyanyi mantan raper dan mualaf. Judulnya catatan terakhir oleh Tufail Al Ghifari. Lagu ini romatis, tapi jleb. Apalagi buat mereka yang sedang jatuh cinta. Mereka yang suka ‘berlindung’ dibalik cerita Fatimah dan Ali yang sudah mereka rekayasa.

Excuse me. Rekayasa?

Yap, selama ini banyak yang merasa rasa mereka halal-halal saja karena menurut mereka dulu Fatimah dan Ali juga sudah saling suka sebelum menikah. Oh man! Mari ambil cermin lalu bercermin. Jangan lupa ambil kalkulator. Coba hitung berapa malammu (ku) yang dihabiskan untuk tahujud? Hitung juga puasa sunnahmu (ku). Lalu lihat gurumu (ku). Lalu lihat jaman hidup kita sekarang. Beliau berdua hidup di jaman yang terjaga. Saat ibadah menjadi hal paling utama. Saat Muhammad menjadi gurunya. Nah, sudah cukup ngaca dan ngitungnya? Oh iya, ada yang ketinggalan. Mereka menyimpan rasa mereka. Hanya Allah dan hati masing-masing yang tahu. Nah, kamu (aku juga) berapa orang yang ceritakan? Berapa kali status di FB mencoba menceritan segalanya? Sudah berapa kali kamu (aku) berusaha sekuat tenaga untuk dekat dengan orang yang bukan siapa-siapa. Padahal diwaktu yang sama, kamu (aku) tahu, itu perbuatan paling bodoh yang dilakukan manusia. Mencari perhatian manusia!

Lalu hubungannya apa dengan harga diri?

Sepertinya sudah jelas. Kita yang katanya punya harga diri ini. Sering dan sangat sering menjatuhkan harga diri sendiri melalui status-status FB. Ngemis-ngemis mencuri perhatian dengan cara apapun. Bagi saya, manusia seperti itu sudah kehilangan satu nilai. Dari awalnya nilainya 100. Hilang angka satunya, jadi 00 alias 0.

Sesuatu yang salah tidak akan menjadi benar hanya dengan cara kita mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan. Perhatian manusia tidak akan menambah apapun. Kalau kalian pernah minum air alut saat haus, nah seperti itu rasanya. Minum sebanyak apapun, haus tidak pernah hilang. Justru semakin haus.

Kenapa harus disandingkan dengan harga diri? Kenapa? Sepertinya cukup jelas. Harga diri hubungannya dengan hati. Mereka yang belum beres urusannya dengan hati, tidak akan pernah beres mengurusi umat ini.

Ssstt…ini bukan hanya tentang urusan hati antara dua manusia yang berbeda jenis. Tapi juga dengan sesama manusia yang lain. Merendahkan diri untuk mencari perhatian atasan atau bahasa kerennya penjilat, juga termasuk salah satu cara ampuh menurunkan harga diri secara drastis.

Kita masing-masing diciptakan sama. Selanjutnya kita sendiri yang memilih, mencari perhatian manusia (menjatuhkan harga diri) atau……. (tentu kita sudah tahu kelanjutannya).


Maka, jadilah sejati. Mereka yang terus mengupgrade diri. Memperbaiki diri, menaikan nilai tawar. Urusan manusia itu urusan yang remeh. Dekat saja dengan pembolak balik hati. Selesai urusan. J

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment