Kamis, Februari 02, 2012

Sekuntum Cinta Dalam Ruang Rindu




Tiada yang membuat kami
bersikap seperti ini,
selain rasa cinta yang telah mengharu biru
hati kami,
Menguasai perasaan kami,
menguras habis air mata kami,
dan mencabut rasa kantuk dari pelupuk ..
Kami adalah milik kalian wahai saudara-saudara tercinta..
(Hasan Al Banna, Da`watuna)


Sebuah kutipan kata-kata bijak dari seorang Hasan Al Banna. Tidak ada maksud apapun, tidak untuk menunjukkan keberpihakan kepada sebuah lingkaran. Hanya mengantisipasi saja. Bukankah kita boleh mengambil hikmah dari berbagai penjuru  bumi? Sebuah mutiara akan tetap menjadi sebuah mutiara di manapun dia berada. Mutiara akan tetap mutiara.

Itulah kekuatan cinta. Dia memberi tanpa berharap menerima. Dia berkata tanpa berharapa ada yang menyahut. Cinta daalah kata kerja bukan kata sifat. Cinta hanya akan terasa saat kita melalukan ritual mencinta.  Sudah waktunya kita untuk mencinta. Menggenggam cinta dari sebuah piring ukhuwah. Menarikan cinta bersama alunan musik kalam Illahi. Meraih cinta dari langit dan menebarkan di bumi. Membumikan rasa. Menembus batas ruang dan waktu. Karena cinta adalah kata kerja.

Karena kita bersaudara, sekali lagi karena kita bersaudara. Meskipun kita berbeda yang sering kali bersengketa. Meskipun keegoisan ini merenggut kehormatan yang selama ini kita tinggikan diatas kebenaran. Meski terlalu sering sejuta kebaikanmu seolah terhapus oleh sebuah kesalahanmu. Hingga akhirnya kita tak pernah menyadari wasiat sang nabi, “Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”.

Sesungguhnya aku adalah milikmu. Sesungguhnya kau pun milikku. Tentu saja saat hati kita penuh haru biru cinta. Saat hati kita terpenuhi satu rindu. Rindu untuk mendapatkan rahmatnya.

Kita sering kali berfikir bahwa aku benar dan kau salah. Jarang sekali kita berfikir bahwa saudara kita tidak tahu bahwa dia dalam posisi yang kurang benar dan harus dibenarkan. Akibatnya kita juga sering merasa benar dan orang lain yang harus diluruskan. Mungkin akan lebih baik jika seandainya kita berfikir bahwa kita berada daam posisi yang masih harus diperbaiki, sama-sama harus diperbaiki. Hingga akhirnya yang tumbuh adalah bunga dari umbi sebuah kesadaran. Hingga akhirnya yang tercium adalah wanginya muhasabah dan saling mengingatkan. Hingga yang terindra adalah warna indah seindah pelangi.

Mungkin kita perlu berpisah sejenak. Merenung dalam tangkai-tangkai bunga. Menyendiri menjadi kepompong. Berjalan mencari sebuah jawaban pertanyaan yang hingga sekarang tak satupun dari kita yang tahu jawabannya. Mencari cahaya bulan dengan ribuan pertanyaannya. Menyusuri langit-langit hati. Menekuri setiap kata yang dulu pernah kita ucapkan.

Hingga tiba waktunya. Saat jawaban-jawaban itu muncul dengan sendirinya dari hati yang menyepi. Ketika bulan berhenti bertanya. Ketika kupu-kupu itu lahir kedunia. Saat tak ada lagi langit-langit hati yang belum kita datangi. Saat kata-kata kita sudah jujur dengan makna yang sebenarnya. Bahwa retorika adalah kebenaran yang terbatas itu bukan alasan. Untuk saling terbuka, untuk saling merangkul, untuk saling memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dulu tak pernah terjawab. Bahwa kita masih percaya Allah menilai kebenaran sesuai dengan seberapa banyak kita berkata kebenaran. Semakin banyak yang tersembunyi, maka selama itu Allah akan terus menyembunyikan nilai kebenaran kita. Jangan pernah salahkan Allah saat Allah tak pernah menunjukkan nilai kebenaran dalam diri kita, yang keluar adalah salah faham dan salah faham, karena kit apun tak pernah membagikan kebenaran itu.

Mungkin kita memang benar-benar butuh waktu untuk menyendiri dalam ruang hati. Hingga tiba waktunya ruang rindu saling bersahutan. saat kantong-kantong persedian kita telah penuh dengan cinta dan cinta, hingga tak ada lagi prasangka. Hingga tak ada lagi yang merasa tersakiti. Saat itulah yang sebenarnya kita nanti bersama, saat cinta dari langit turun kebumi. Dalam kuntum-kuntum dan tangkai-tangkai bercahaya. Kita saling berbagi cinta dari langit, kita bagikan di bumi. Sekuntum ukhuwah, sehangat semangat, sebening hati, dan seteguh janji.  


Karena kami adalah milik kalian semua saudaraku tercinta
Yogyakarta, 27 Januari 2012
22.19 WIB

Ruang Rindu Letto Dalam Dekapan Ukhuwah Saksikan Aku Seorang Muslim Bersama Cahaya Bulan

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment