Gambar pinjem simbah gugel |
Di bagian ini saya ingin menelusuri
lebih jauh di balik permikahan. Alasan, misalnya. Bukan hanya alasan ketika
menikah, tapi bahkan sebelumnya.
Keinginan.
Kenapa kamu, saya, kita, ingin
menikah?
Saya teringat teman-teman ketika
kuliah, yang sangat peduli dengan topik pernikahan.bukan hanya peduli, tapi
juga menjadi sangat sensitif, misalnya saat ada sesama teman yang masih kuliah,
lebih dulu menikah.
Iri… ya, pastinya ada. bagaimana bisa keduluan, apalagi jika merasa tampang kita lebih bening dari muslimah yang
menikah itu. Hihihi.
Kembali pada keinginan tadi, ada
beberapa muslimah yang sempat curhat tentang keinginan kuat mereka
untuk segera menikah.
Kenapa? Tanya saya.
“Saya harus segera menikah, Mbak. Saya
nggak kuat lagi di rumah. saya ingin hijrah…”
Dan pintu hijrah dari kondisi yang
tidak nyaman di rumah adalah dengan menikah, begitu menurut penuturan si
muslimah. Keluarganya sangat tidak islami. Ayahnya tidak pernah mengerjakan
shalat. Adiknya yang laki-laki kalau pacaran sering keterlaluan. Sementara si
ibu menurutnya tidak bisa banyak berbuat.
Penuturannya membuat saya merenung.
Membayangkan semangat keislaman si muslimah yang sangat tinggi terhadap dakwah.
Kerinduannya akan suasana islami, keluarga islami.
Namun penjelasannya juga menimbulkan
keresahan. Kalau si muslimah, sebagai satu-satunya sosok yang sudah memiliki
pemahaman islam yang lebih baik itu, ingin cepat-cepat pergi, lantas bagaimana
dengan keluarga yang ditinggalkan?
Dan benarkah pernikahan adalah jalan keluar
satu-satunya? Bagaimana dengan melakukan pendekatan yang lebih sabar terhadap
keluarga? Mencoba menjalin hubungan lebih akrab dengan adik-adik dan ayah,
serta ibu. Kadang ada perasaan, pendapat kita tidak pernah didengar. Tapi itu
bisa terjadi karena kita tidak cukup dekat dengan mereka. Mungkinkah?
Seorang, muslimah lain memberikan
alasan berbeda di balik keinginan kuatnya menikah. Muslimah ini sering
melakukan (maaf) masturbasi dan memiliki fantasi yang tidak sehat. Fantasi yang
belum saatnya.
“Saya merasa kondisi saya darurat
untuk segera menikah. Saya takut melakukan maksiat lebih jauh,” keluhnya.
Saya menarik napas. Berat….
Bagaimana saya bisa membantunya.
Masalahanya , keinginan untuk menikah tidak lantas membuat seseorang bisa
memasuki gerbang pernikahan dengan simsalabim.
Ada beberapa tahapan yang harus ditempuh., dan selain keinginan yang harusnya
diikuti juga dengan kesiapan, tentu saja ada hal lain yang tidak kalah penting:
menemukan calon yang bersedia dan (ehem, ini juga tidak kalah penting) siap
menikahi kita?
Yang unik, saya memiliki teman seorang
gadis berambut ikal yang sewaktu SMA terasa seperti kakak sendiri. gadis ini,
sebut saja ika, pernah menuturkan keinginannya menikah dengan alasan yang
membuat kening saya sedikit berkerut:
“Gue pengin punya anak. Nggak soal
siapa bapaknya….”
Dan masih banyak jawaban lain dari
pertanyaan yang pernah saya lontarkan kepada beberapa kenalan. Misalnya menikah
karena sudah lama pacaran. Pendeknya, mau
ngapain lagi?
Atau menikah mesti tidak ingin, karena
situasi-situasi khusus… dijodohkan, ‘kecelakaan’, atau yang lebih simpel
karena: saya jatuh cinta. Atau… si dia mengajak nikah, masa ditolak… nanti
kalau nggak ada calon lagi gimana? Or… yang lain udah pada menikah, kenapa saya
belum?
Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi
alasan-alasan dibalik keinginan menikah itu.
Pertanyaannya bagi kita yang sudah
menikah:
What was the reason we wanted to get
married?
Tentu saja kita tidak bisa
mengoreksipernikahan yang terjadi, apalagi meralatnya, jika ternyata dulu keinginan
yang melandasi semangat menikah yang menggebu-gebu itu sebenarnya sebenarnya
tidak harus dijawab dengan segera menikah. Yang bisa kita lakukan adalah
meluruskan niat… dan mengembalikan semangat pernikahan dan berkeluarga sesuai
dengan yang diinginkan-NYA.
Bagi kamu yang belum menikah…well, this is the rigt time to start
thingking about it. Kenapa kamu ingin menikah?
By: Asma Nadia dalam Muhasabah Cinta
Seorang Istri
Hem…pengen komentar, tentu saja bukan utuk mengomentari
tulisan Asma Nadia. Pengen ikutan komentar tentang apa yang dibahas diatas.
Sesuatu yang super sensitif, apalagi buat para jomblowan dan jomblowati. Siapa
pun itu. Bukan hanya para aktivis dakwah yag selama ini terkenal dengan nikah
muda, tapi juga yang non aktivis. Hanya saja yang bukan aktivis itu, kagak
kelihatan, kalau sebenarnya udah pada mupeng. Atau yang aktivis itu berprinsip
bahwa pacaran itu kagak boleh, So, mereka nyarinya calon istri or calon suami, beda dengan yang
menganggap kalau pacaran itu boleh-boleh aja.
Jadi meskipun keinginan buat punya pasangan itu menggebu-gebu, karena
nyadar diri belum bisa ngidupin anak orang or
belum siap jadi ibu, akhirnya yang dicari gebetan, pacar, HTSan dan
sejenisnya. Hayooo…ngaku nggak! :-D
Pada dasarnya yang namanya cinta atau perasaan itu fitrah
dan kebutuhan masing-masing orang. Setiap orang pasti punya rasa itu. Dengan
catatan dia normal, sehat lahir batin. Permasalahannya kemudian adalah, siapa
yang punya perasaan itu, kemana dia akan membawa perasaan itu. Apakah dengan
menikah, atau hanya dengan pacaran? Bagi yang ‘melampiaskannya’ dengan pacaran,
kita tak perlu membahasnya disini lah ya. Nah, bagi yang ‘melampiaskannya’
dengan menikah, ini yang perlu digaris bawahi, di bold, di cetak miring dan kalau perlu diberi ukuran huruf 150 (ini
mah lebay).
Tidak ada yang salah dengan sebuah keinginan menikah. Apalagi
kalau disegerakan, ini justru lebih baik. Hanya saja, niat untuk segera
melangsungkan pernikahan itu yang perlu benar-benar diluruskan. Bukan sekedar
urusan biologis, atau hanya sekedar cari body
guard yang bisa nganterin kemana-mana. Lebih dari itu semua. Kalau menikah
hanya untuk kebutuhan biologis, saya kira yang namanya manusia itu bukan alat
untuk sekedar memenuhi kebutuhan manusia lain. Atau hanya sekedar mencari body guard yang bisa nganterin
kemana-mana, di awal menikah mungkin bisa, tapi apa iya harus kemana-mana
berdua? Dari dua contoh alasan diatas saja, sudah bisa dilihat bahwa yang
namanya menikah itu harus benar-benar dengan niat yang lurus.
Lalu, Kenapa ingin menikah?
_Je_
5 komentar:
Write CommentSudah Didasari Rasa yang sama,, lalu mempunyai tujuan yg sama , yaitu Menikah Kenpa tidak u/ segera Menikah,,
BalasHapusRasa? Rasa apakah yang dimaksud? :)
BalasHapusmba nya sdh nikah
BalasHapusbaru baca, terimakasih... saling mendoakan, smg dimatangkan dan disegerakan
BalasHapusbaru baca, terimakasih, saling mendoakan, semoga Allah mematangkan dan menyegerakan
BalasHapus