Sumber: Google |
Aku kadang berpikir, siapa
yang sebenarnya mencintai Indonesia? Aku? Kamu? Mereka? Sebuah pertanyaan yang
sukar untuk dijawab. Banyak yang mengatakan cinta itu butuh bukti, namun sejauh
apa pecinta Indonesia itu menunjukkan rasa cintanya? Apakah hanya sekedar saat
kebudayaan Indonesia diakui oleh negara lain? Saat timnas Indonesia bertanding
melawan timnas negara lain? Jangan-jangan hanya saat ada bantuan dari
pemerintah, kita mulai merasa bangga dan mulai membanggakan diri sebagai warga
Indonesia? Pertanyaan demi pertanyaan itu tak sanggup aku jawab. Melihat
Indonesia yang seperti ini, rasa-rasanya aku ingin muntah, jijik dengan semua
ini.
Bagaimana aku tidak jijik,
melihat manusia-manusia bermuka dua hidup damai sentosa di negara ini. Muka
yang satu, wangi, kinclong, bersih dan rapi. Muka yang lain tak ubahnya seperti
monster, rakus melebihi tikus. Aku semakin muak dan jijik saat aku tahu bukan
hanya raja minyak tapi juga raja gombal
punya ijin hidup menumpang disini.
Mereka hidup dari menjual gombalan-gombalan ‘ra mutu’ kepada orang lain.
Sayangnya, orang-orang itu percaya saja dengan gombalan-gombalan kuno yang
setiap empat tahun sekali selalu mereka dengarkan. Aku jadi berpikir, apakah
banyak dari mereka yang sudah pikun, hingga untuk mengingat gombalan-gombalan
sejenis itu saja, mereka tak sanggup. Atau karena para raja gombal itu selalu
berganti wajah setiap empat tahun sekali? Bisa jadi seperti itu.
Uniknya, di negeri ini
banyak yang menerapkan budaya berjamaah. Bukan hanya pada waktu sholat di
masjid saja, tapi hampir di semua kegiatan. Arisan, selingannya ngrumpi
berjamaah. Belajar bersama, akhir-akhirnya juga ‘tidur’ berjamaah. Bahkan,
korupsi pun, dilakukan berjamaah. Jadi, jangan heran kalau kita akan menemukan
berbagai macam jenis jamaah disini. Bukan hanya jamaah pengajian, atau jamaah
sholat di masjid, tapi juga jamaah koruptor. Ada jamaah sholat, tentu ada imam
sholat, begitu pula dengan jamaah koruptor, bisa dipastikan ada imam koruptor,
biang dari korupsi di negeri ini. Jangan heran, kita akan menemukan banyak
karakter imam atau pemimpin di negeri ini, karena memang mereka menjadi wakil
dari jamaah yang mereka pimpin.
Beberapa waktu yang lalu,
aku menemukan fakta yang aneh di negeri ini. Aneh bin ajaib tapi nyata terjadi.
Beberapa pihak menuduh seorang penulis dengan tuduhan sebagai penulis porno.
Hanya karena buku yang ditulisnya untuk remaja, salah distribusi dan masuk di
perpustakaan sebuah sekolah dasar. Tanpa konfirmasi, tanpa wawancara kepada
penulisnya, sebuah label penulis porno dilabelkan secara paksa oleh beberapa
pihak. Namun, penulis yang menuliskan novel yang jelas-jelas merusak moral anak
bangsa, dibiarkan ‘melenggang kankung’ bebas tanpa tuduhan apapun.
Satu lagi yang lucu di
negeri ini. Lucu dan membuat kita tertawa miris. Kondomisasi. Setelah sukses
menjadi negara nomor wahid pengakses situs porno (mediaindonesia.com 03/12) ,
kini program kondomisasi diluncurkan di negeri ini. Beberapa pihak mengatakan
bahwa program ini hanya untuk daerah-daerah yang penduduknya banyak terjangkiti
HIV AIDS. Padahal sudah jelas bahwa kondom tidak pernah bisa menjamin virus HIV
itu tidak menyebar. Kita semua tahu bahwa persebaran HIV melalui hubungan suami
istri hanya akan terjadi apabila seseorang itu berganti-ganti pasangan, bukankah
dari ini semua sudah jelas. Saat mata rantai prostitusi diputus, maka
persebaran HIV akan menurun dengan sendirinya. Tanpa kita perlu bagi-bagi
kondom dan lain sebagainya.
Namun, dibalik itu semua,
Indonesia adalah negara cinta. Negara
yang penuh dengan kasih dan sayang. Mau bukti? Cobalah berkeliling Indonesia
saat malam menjelang, terutama setelah jam sembilan malam, parade cinta akan
dimulai. Tempat-tempat tertentu akan membagikan ‘cinta’ dengan berbagai macam
kemasan dan berbagai macam ukuran. Berminat dengan cinta ingusan? Ada di pusat
perbelanjaan di kota-kota Indonesia. Mau mencari ‘cinta’ yang dibungkus sutra
bersulam berlian, ada di hotel berbintang. Mau ‘cinta’ yang berbalut beludru
juga ada, atau ‘cinta’ yang tidak dibungkus? Semuanya ada di Indonesia, dari
kolong jembatan hingga hotel berbintang. Tinggal pilih, ada uang ada barang.
Bahasa mudahnya, berani bayar berapa? Dalam bahasa jawab, kita menyebutnya ‘wani piro?’ Tinggal pilih, menu ‘cinta’
mana yang sesuai dengan tebalnya dompet. Beberapa malah bisa ditawar dengan
harga murah, atau bahkan gratis.
Jauh dari itu semua, aku
pernah menangis. Saat aku bercermin di kaca kereta api yang sudah mulai kusam. Melihat
bayangan mereka yang semangatnya melebihi kekuatan dirinya sendiri. Seorang
laki-laki tua, mendorong sepeda dengan sisa tenaga yang tidak seberapa.
Berbagai macam bentuk celengan dari tanah memenuhi keranjang di bagian belakang
sepedanya. Ada yang terasa sakit disini, di jantung negeri ini, rasanya seperti
dihujam dengan sebilah pisau berkarat.
Suatu ketika, seorang ibu
dengan bayi yang masih merah, berjalan sepanjang trotoar. Tujuannya adalah
perempatan traffic ligh. Setiap dua
menit sekali, saat lampu merah menyala, dia berkeliling. Meminta belas kasihan
dari para pemilik mobil. Apakah para pejabat itu tidak pernah melewati
jalan-jalan ini? Jalan-jalan yang menjadi saksi, potret wajah Indonesia yang
sesungguhnya.
Indonesiaku tetap sebuah
benda. Benda yang kita namakan Negara. Meskipun dia kaya dengan sumber daya
alam yang luar biasa, dia tetap saja sebuah benda. Benda yang tidak bisa
melakukan apapun untuk dirinya sendiri tanpa adanya manusia didalamnya. Sudah
saatnya kita membuktikan cinta kita, minimal rasa terimakasih karena kita telah
diijinkan untuk menumpang hidup di negeri ini. Ada berbagai ‘menu’ yang telah
ditawarkan. Menu dengan berbagai macam cara untuk mencintai Indonesia. Mari
kita pilih, ‘menu’ yang mana yang sesuai dengan selera kita. Masih ada harapan
untuk Indonesia.
Karena cinta adalah kata kerja
Untukmu Indonesia
Siti Nurjannah
Aktivis LPME GRAPPYAK Yogyakarta
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba "Paling Indonesia"
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba "Paling Indonesia"
2 komentar:
Write CommentSemangat mengindonesiakan indonesia...
BalasHapussemangat Indonesia!!
salam anak negeri
Blogwalking sore & Mengundang juga blogger Indonesia hadir di
Lounge Event Tempat Makan Favorit Blogger+ Indonesia
Salam Spirit Blogger Indonesia
blog nyak sangat bagus banget... aku suka banget deh sama tampilannya...
BalasHapus