Rabu, Mei 22, 2013

Menjadi Perempuan Baik untuk Laki-Laki yang Baik


Ini bukan melulu tentang pernikahan. Meskipun mungkin itu bisa termasuk salah satunya. Tapi kali ini saya tidak menulisnya dari sudut pandang itu. Biar nggak dikira omong doank :D, biarkanlah yang sudah nikah yang menuliskan tentang itu.

Menjadi perempuan baik agar semua yang disekililing kita baik. Beberapa waktu yang lalu, saya diskusi dengan seorang teman dari Depok. Ngalor ngidul, intinya curhat, hehehe. Tapi kali ini curhatnya bermanfaat kok. Tentang teman-teman kita yang agak berubah. Kami menyebutnya begitu. Berubah. Mereka dulu baik dan tidak seperti itu. apakah mereka sekarang nggak baik? Versi beberapa orang bisa dibilang begitu. Lalu apakah karena perempuan? Hmm..ada yang iya ada yang nggak.

Ngobrol ngalor ngidul lalu kita membuat kesimpulan. Dia bilang, coba kamu dekatin dia, siapa tahu dia mudah berbicara sama kamu. Biasanya itu cowok bisa cerita kalau cewek yang nanya. Oh? Really? Masak sih? Apa hubungannya?

Menjadi Perempuan Baik

Ide tentang menulis ini terbesit saat ada sebuah status dari seorang teman (teman kampus), yang tiba-tiba menyelipkan seseorang nama di statusnya. Ini bukan status biasa (saya bisa membedakan mana status berasa dan mana yang tidak). Saya tahu itu bukan siapa-siapanya ( saya tidak menganggap pacaran adalah sebuah hubungan lho ya. Kan bisa putus kapan aja). Lalu ada apa dengannya? Padahal selama ini dia dikenal bukan tipe orang yang cukup peduli dengan perempuan apalagi dengan perasaan. Apakah sebesar itu pengaruh perempuan? Merubah batu menjadi selembut agar, mudah dihancurkan. Ah..virus.

Cukup sampai disitu saja penggambarannya. Saya jadi merasa gimana gitu. Sebagai seorang perempuan saya jadi ikut merasa bersalah. Pantas saja kalau selama ini banyak yang mengatakan perempuan adalah racun dunia. Meskipun jujur saya nggak sepakat dengan slogan itu, tapi untuk beberapa hal itu benar.

Bukankah selama ini masih banyak juga perempuan-perempuan yang mengukir prestasi dalam hidupnya. Mengharumkan nama agamanya dan membuat bangga orang-orang disekitarnya. Tapi pada kenyataannya presentasinya nggak banyak. Jauh lebih banyak perempuan yang diklaim merusak dari pada membangun. Itu menyakitkan bagi saya sebagai seorang perempuan.

Lalu saya jadi berfikir satu hal, bagaimana kalau masing-masing kita berusaha menjadi perempuan yang baik untuk mereka yang disekitar kita. Ayah, kakak laki-laki, hingga teman-teman laki-laki (satu hal ini harus hati-hati). Bagaimana?

_Sije_

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment