Ini bukan melulu tentang pernikahan. Meskipun
mungkin itu bisa termasuk salah satunya. Tapi kali ini saya tidak menulisnya
dari sudut pandang itu. Biar nggak dikira omong doank :D, biarkanlah yang sudah
nikah yang menuliskan tentang itu.
Menjadi perempuan baik agar semua yang
disekililing kita baik. Beberapa waktu yang lalu, saya diskusi dengan seorang
teman dari Depok. Ngalor ngidul, intinya curhat, hehehe. Tapi kali ini
curhatnya bermanfaat kok. Tentang teman-teman kita yang agak berubah. Kami menyebutnya
begitu. Berubah. Mereka dulu baik dan tidak seperti itu. apakah mereka sekarang
nggak baik? Versi beberapa orang bisa dibilang begitu. Lalu apakah karena
perempuan? Hmm..ada yang iya ada yang nggak.
Ngobrol ngalor ngidul lalu kita membuat
kesimpulan. Dia bilang, coba kamu dekatin dia, siapa tahu dia mudah berbicara
sama kamu. Biasanya itu cowok bisa cerita kalau cewek yang nanya. Oh? Really? Masak
sih? Apa hubungannya?
Menjadi Perempuan Baik
Ide tentang menulis ini terbesit saat ada
sebuah status dari seorang teman (teman kampus), yang tiba-tiba menyelipkan seseorang
nama di statusnya. Ini bukan status biasa (saya bisa membedakan mana status
berasa dan mana yang tidak). Saya tahu itu bukan siapa-siapanya ( saya tidak
menganggap pacaran adalah sebuah hubungan lho ya. Kan bisa putus kapan aja). Lalu
ada apa dengannya? Padahal selama ini dia dikenal bukan tipe orang yang cukup
peduli dengan perempuan apalagi dengan perasaan. Apakah sebesar itu pengaruh
perempuan? Merubah batu menjadi selembut agar, mudah dihancurkan. Ah..virus.
Cukup sampai disitu saja penggambarannya. Saya
jadi merasa gimana gitu. Sebagai seorang perempuan saya jadi ikut merasa
bersalah. Pantas saja kalau selama ini banyak yang mengatakan perempuan adalah
racun dunia. Meskipun jujur saya nggak sepakat dengan slogan itu, tapi untuk
beberapa hal itu benar.
Bukankah selama ini masih banyak juga
perempuan-perempuan yang mengukir prestasi dalam hidupnya. Mengharumkan nama
agamanya dan membuat bangga orang-orang disekitarnya. Tapi pada kenyataannya
presentasinya nggak banyak. Jauh lebih banyak perempuan yang diklaim merusak
dari pada membangun. Itu menyakitkan bagi saya sebagai seorang perempuan.
Lalu saya jadi berfikir satu hal, bagaimana
kalau masing-masing kita berusaha menjadi perempuan yang baik untuk mereka yang
disekitar kita. Ayah, kakak laki-laki, hingga teman-teman laki-laki (satu hal
ini harus hati-hati). Bagaimana?
_Sije_
Tidak ada komentar:
Write Comment