Kamis, Agustus 22, 2013

List doa

Beberapa waktu yang lalu sebuah keputusan sudah bulat. Meskipun mungkin suatu ketika bisa saja akan berubah lagi. Mengeliminasi nama beberapa orang, dan memasukkannya dalam list doa. Tidak akan ada lagi nasehat, baik itu secara langsung maupun sindiran. Tidak aka nada lagi pengingat dalam bentuk apapun. Semua yang aku bisa sudah aku lakukan.

Mungkin bagi sebagian orang urusan satu itu menjadi urusan sepele dan nggak perlu dibesar-besarkan. Tapi bagiku waktu itu sebelum memutuskan, itu menjadi urusan yang penting. Saat persaudaraan diuji. Apakah kau akan terus memegang kendali atas saudaramu atau akan melepaskan kendalinya.

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah menemukan sebuah pesan singkat yang sempat membuatku syok. Bagaimana tidak, teman dekatku, teman main, teman bercanda dan bisa dibilang sudah seperti saudara, melakukan sesuatu yang bukan dia banget. Aku cukup mengenalnya, dia cukup mengenalu, wajar kalau aku nggak menyangka dia melakukan itu.
Aku tahu, memang ada satu orang yang cukup dekat dengannya. Seorang laki-laki. Aku pun mengenal orang itu. aku kira hubungan mereka biasa seperti hubungan yang lain. Tapi apa yang kukira langsung hilang seketika begitu aku melihat sebuah pesan singkat yang sangat singkat tapi bisa menjelaskan semuanya.

Selamat istirahat dek.
Hmmmm…ah sudahlah. Mungkin aku yang terlalu polos untuk menganggap mereka begitu terjaga. Hanya itu yang kuingat waktu itu. Merekalah yang menjadi orang pertama dan kedua masuk list doa.

Lalu beberapa waktu yang lalu aku temui orang-orang yang sama ceritanya. Aku mengenal mereka. melakukan hal yang sama, mencicipi mawaddah lebih dulu sebelum yang lainnya. mereka lupa dengan alur yang seharusnya mereka lewati. Alur perayaan cinta (bisa dibaca di tulisan sebelumnya).

Mengingatkan menjadi agenda wajibku saat itu. Apapun respon mereka aku nggak peduli. 
Saat itu yang aku pahami adalah, memberikan hak sauadara. Dia punya hak untuk diingatkan. Sudah, hanya itu. tidak lebih. Hingga waktu menjawab semuanya. Nggak ada yang berubah. Justru semakin dinikmati mawaddah yang belum sampai waktunya. Sejak itu, mereka berdua masuk kedalam listi doa. Tidak akan ada lagi mengingatkan, tidak akan ada lagi nasehat. Hanya doa.

Emang boleh?

Pada titik tertentu boleh dan sah-sah saja. Saat semua sudah dilakukan dan yang bersangkutan tidak bergeming. Justru kita yang seringnya mengabaikan kekuatan doa. Menganggap doa itu adalah senjata paling lemah yang bisa dilakukan manusia. Padahal justru sebaliknya, ketika doa sudah terucap, Allah lah yang maju. Bukan lagi manusia seperti kita.

Selama, kita sudah melakukan apa yang kita bisa. Bukan semua main doa. Harus ada ikhtiar yang baik untuk mengingatkan, untuk menasehati dan lain sebagainya. Sampai akhirnya, doa menjadi ikhtiar yang terakhir. Kalau kata anak kecil, ah biarin Allahku yang maju. J

NB: catatan pribadi


Mungkin karena sudah terlalu sering. Mungkin juga karena sudah mulai tidak peduli. Bisa jadi juga, tidak mau lagi melihat aib orang lain. Semua sudah dewasa, sudah tahu apakah itu baik atau tidak. ;) 

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment