Eramuslim.com |
Hal
yang paling mudah untuk memunculkan ide adalah pengalaman. Lho jadi semua
tulisan di blog ini curhatan? Wkekekek, nggak juga blogie. Ada juga yang serius
mode on. Ada juga yang iseng-iseng berhadiah ngintip cerita orang lalu ditulis.
Heheh.
Kamu
pernah suka sama orang kan? Ada diantara kalian yang sering ditanya dengan
pertanyaan ini? kalau iya, kita senasib. Kayaknya pada takut kalau aye tumbuh
tidak normal, alias kagak bisa suka sama cowok. Wkwkwkw.
Ngobrolin
rasa, kayakanya asyik juga hari ini. Apalagi akhir-akhir ini banyak undangan
yang mampir. Baik itu via FB atau pun undangan cetak. Huaaa..lha aye kapan
ngundang. Hyaahh mulai deh nggak pentingnya.
Katanya
Bang Dedi Mizwar dalam filmnya yang berjudul para pencari Tuhan. Dalam setiap
pernikahan, pasti ada yang tersakiti dalam diam. Hihihi, maksunya ada yang
mengharapkan tapi ternyata sudah keduluan orang. Lalu jadi nyesel deh. Kenapa dulu
nggak berani. Nah, salah siapa nggak berani? Salah sendiri kan.
Tapi
kali ini kita nggak bakala bahas tentang berani atau tidak. Tapi tentang
sepintar apa sih kita bisa menjaga rahasia orang lain. Rahasia tentang rasa
yang sempat ditawarkan, “Maukah kamu melengkapi rasa ini?” Uhuk…
Terutama
bagi cewek nih. Apalagi cewek cantik yang banyak orang suka. Lha emang kalau
nggak cantik nggak banyak yang suka? Ya nggak gitu juga sih, ini nyatanya aye
kagak cantik, banyak yang suka. Hahahha, kePDen lu!
Kalau
sukanya hanya sekedar main-main sih, lupakan. Kenangannya masukkin tong sampah
lalu buang! Nggak penting ini. Ngurangin kapasitas otak aja. Tapi kalau sukanya
serius, ngajak nikah, ngajak hidup bareng gimana coba?
Biasanya
yang suka cerita masalah beginian tuh cewek. Ya nggak tahu juga sih, cowok juga
pada suka ngerumpi atau nggak. Bukan urusan aye. Kalau ada yang suka, pengennya
curhaaat aja. Ketemu mbak yang ini curhat, ketemu mbak yang ono curhat, ketemu
mbak yang itu curhat juga. Parahnya lagi, yang diajak curhat belum nikah juga. Kyaa…udah
galau tingkat nasional beneran ini.
Yang
menjadi masalah adalah kalau ternyata yang terjadi adalah penolakan. Kalau penerimaan
sih semua beres ya. Berhenti sampai disitu saja ceritanya. Cerita indah selanjutnya
bukan urusan kita. Nah kalau penolakan? Bisa jadi si cowok itu akan mengalihkan
pilihan kepada orang lain. Masalahnya, kalau ternyata si cowok ini mengalihkan
pilihan ke salah satu orang yang dulu pernah di curhatin. Jadi berabe kan
urusannya.
Ini aib bukan ya?
Terkadang
kita susah untuk membedakan itu. Pokonya pengen curhat ya curhat aja. Ketemu orang
ini enak diajak ngobrol, ya udah langsung curhat cas cis cus. Kadang kita lupa
untuk memikirkan ‘nasib’ orang lain yang sedang kita curhatkan.
Nggak
salah kalau Allah memerintahkan untuk menyimpan rasa itu kuat-kuat. Lewatkan jalur
yang benar. Bukan diumbar kemana-mana, karena ini bisa menjadi semuah aib yang
mengurangi nilai seseorang.
Kita
buat alur cerita. Misal, sia A dan B bersahabat. Lalu ada si C yang suka dengan
si A. Serius nih ceritanya. Ketiganya tahu kalau pacaran itu nggak guna sama
sekali. Cuma ngajarin nggak bertanggung jawab. Nah, si C ini meminta si A untuk
menjadi pendampingnya. Mungkin si C ini bukan tipe yang dicari si A. tapi
meskipun begitu si C ini getol banget ‘mengejar’ si A. Akhirnya si A ini nggak
tahan, curhatlah dia kepada si B.
Semua
hal dicurhatin. Mulai dari si C yang suka banget sama dia. Sampai ajakan untuk
menyatukan rasa dan lain sebagainya. Pokoknya apapun dia ceritakan. Hingga sampai
suatu ketika si A ini menolak ajakan si C. Patah hatilah si C.
Waktu
berlalu, waktunya untuk mup on (move on). Ternyata si C ini melihat ada yang
spesial dengan si B. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya si C meminta
si B untuk melengkapi rasanya. Hem…tentu saja si B ini sudah agak gimana gitu.
Ilustrasinya
sampai disitu saja. Mari kita bahas. Pertama tentang si C. si C, lu ngapain
bilang-bilang? Bilangnya jangan ke ceweknya lah ya. Walinya langsung. Itu baru
namanya cowok. Iya kan cow? Begitulah Islam mengajarkan. Bukankah yang baik
akan datang dengan cara yang baik pula (Katanya Wulan Wiyat Wuri).
Kedua
tentang si A. Mungkin memang ada rasa yang berbeda ketika ada orang yang
mengajak ke kebaikan. Tapi, itu bukan konsumsi public. Butuh curhat? Ya boleh
saja, ada ibu, guru ngaji, atau saudara-saudara kita yang sudah paham dan tentu
saja sudah menikah. Biar semuanya tetap terjaga. Dapat solusi juga. Nggak asal
cerita lalu menggalau lebih lama.
Meskipun
kepada orang terdekat sekalipun. Karena kita nggak tahu apa yang ada di hati
manusia. bisa jadi apa yang kita ceritakan itu menjadi semuah aib kalau kita
menceritakannya tidak kepada orang yang tepat.
Endorfin
Tidak ada komentar:
Write Comment