Ish..dibilangin
nggak penting masih aja dibaca. Ya sudah. Resiko di tangan penumpang ya.
Beneran ini
nggak penting. Tapi saya penasaran. Beberapa waktu terakhir ini, saya sering
menemukan ikhwan (ikhwan itu laki-laki yang kefahaman agamanya bagus) lebih
memilih menikah dengan mbak-mbak yang boleh dibilang masih awam agamanya. Awam disini
adalah belum berjilbab dan kefahaman agamanya masih kurang. Saya nggak
berbicara masalah amalan lho ya. Kalau amalan kan urusan pribadi manusia.
Saya jadi
nyesek aja. Pengen nangis. Bukan karena sampai sekarang saya masih jomblo. Lagi
pula saya masih muda. Hahhaaha #evilsmile. Tapi lebih ke miris lihat kondisi
ini. Banyak akhwat-akhwat yang sudah menunggu pinangan sekian lama. Tapi ternyata
para ikhwan lebih memilih yang muda meskipun yang muda itu belum berjilbab,
belum berkecimpung di dalam dakwah.
Jujur, saya
serasa ditombak saat menuliskan ini. seperti ada yang menghujam. Begitu menyakitkankah
jadi perempuan?Terutama perempuan Indonesia dan lebih lagi perempuan Jawa.
Oke
logikanya begini kawan.
Ada seorang
perempuan. Berusaha memperbaiki dirinya terus menerus. Belajar ilmu agama
dengan baik. Terlibat dalam urusan dakwah. Waktunya, tenaganya semuanya untuk
dakwah. Lalu saya ingin bertanya, pantaskah dia mendapat pasangan yang baik? Aktivis
dakwah, belajar ilmu islam dengan baik dan terus memperbaiki dirinya. Pantas
nggak?
Tapi
ternyata fenomena di masyarakat berkata lain. Ini bukan hanya khayalan saya
semata. Saya membuktikan sendiri dan saya sebagai pelakunya. Beberapa ikhwan
yang memberikan sinyal, salah satu alasannya adalah saya lebih muda dari
beliaunya. Saking penasarannya. Akhirnya saya tanya kepada seorang teman saya.
“Mana yang
kau pilih. Menikah dengan akhwat yang sudah berumur, 28 tahun keatas (teman
saya seumuran dengan saya) tapi ilmu agamanya bagus. Atau menikah dengan
perempuan yang biasa saja dan ilmu agamanya kurang.”
Jawabnya:
Secara
personal milih yang masih muda… Cuma banyak faktor yang harus dipertimbangkan
dalam kasus ini..gak bisa serta merta diputuskan.
Lalu saya
tanya: kenapa?
Jawabnya:
naluri lak-laki rata-rata memilih wanita yang dibawahnya..agar tidak terlalu
susah untuk mengarahkan dia ke hal-hal baik atau mengikuti prinsipnya.
Tidak semua
laki-laki memiliki cara pandang seperti itu..tapi memang lebih banyak yang
seperti itu.
Lalu saya
bertanya lagi: dibawahnya? Umur atau ideology?
Jawabnya:
keduanya.
STOP sampai
disini ya. saya tidak akan menuliskan semua diskusi kami. Kembali lagi saya
ingin bertanya, begitu menyakitkankah jadi perempuan? Apalagi hidup ditengah
budaya ‘menunggu’. Perempuan itu menunggu ada yang datang. Nah, apakah islam
begitu? Tentu saja tidak. Boleh saja kalau cukup keren melamar laki-laki. Laki-laki
yang baik pasti akan begitu menghornatinya.
Jadi umur
ya yang dijadikan patokan? Pusing jadinya. Saya ingin menulisnya secara random
saja. Jangankan yang nggak baik agamannya ya. meskipun sudah baik agamanya tapi
kalau sudah berumur, pasti nilainya dihadapan manusia turun.
Jadi seolah
begini, biasanya retorika yang dipakai perempuan seperti ini: Poligami itu boleh,
asalkan bukan saya yang poligami.
Kalau
laki-laki: Menikahi akhwat yang sudah berumur itu keren. Tapi sepertinya saya
tidak sekuat itu.
Nah!
Jadi,
sebelum kalian berfikir yang tidak-tidak. Saya mau bilang, saya sungguh sedang
baik-baik saja. :D
Tidak ada komentar:
Write Comment