Senin, Januari 27, 2014

Ini tulisan nggak penting

Ish..dibilangin nggak penting masih aja dibaca. Ya sudah. Resiko di tangan penumpang ya.

Beneran ini nggak penting. Tapi saya penasaran. Beberapa waktu terakhir ini, saya sering menemukan ikhwan (ikhwan itu laki-laki yang kefahaman agamanya bagus) lebih memilih menikah dengan mbak-mbak yang boleh dibilang masih awam agamanya. Awam disini adalah belum berjilbab dan kefahaman agamanya masih kurang. Saya nggak berbicara masalah amalan lho ya. Kalau amalan kan urusan pribadi manusia.

Saya jadi nyesek aja. Pengen nangis. Bukan karena sampai sekarang saya masih jomblo. Lagi pula saya masih muda. Hahhaaha #evilsmile. Tapi lebih ke miris lihat kondisi ini. Banyak akhwat-akhwat yang sudah menunggu pinangan sekian lama. Tapi ternyata para ikhwan lebih memilih yang muda meskipun yang muda itu belum berjilbab, belum berkecimpung di dalam dakwah.
Jujur, saya serasa ditombak saat menuliskan ini. seperti ada yang menghujam. Begitu menyakitkankah jadi perempuan?Terutama perempuan Indonesia dan lebih lagi perempuan Jawa.

Oke logikanya begini kawan.

Ada seorang perempuan. Berusaha memperbaiki dirinya terus menerus. Belajar ilmu agama dengan baik. Terlibat dalam urusan dakwah. Waktunya, tenaganya semuanya untuk dakwah. Lalu saya ingin bertanya, pantaskah dia mendapat pasangan yang baik? Aktivis dakwah, belajar ilmu islam dengan baik dan terus memperbaiki dirinya. Pantas nggak?

Tapi ternyata fenomena di masyarakat berkata lain. Ini bukan hanya khayalan saya semata. Saya membuktikan sendiri dan saya sebagai pelakunya. Beberapa ikhwan yang memberikan sinyal, salah satu alasannya adalah saya lebih muda dari beliaunya. Saking penasarannya. Akhirnya saya tanya kepada seorang teman saya.

“Mana yang kau pilih. Menikah dengan akhwat yang sudah berumur, 28 tahun keatas (teman saya seumuran dengan saya) tapi ilmu agamanya bagus. Atau menikah dengan perempuan yang biasa saja dan ilmu agamanya kurang.”

Jawabnya:
Secara personal milih yang masih muda… Cuma banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam kasus ini..gak bisa serta merta diputuskan.

Lalu saya tanya: kenapa?
Jawabnya: naluri lak-laki rata-rata memilih wanita yang dibawahnya..agar tidak terlalu susah untuk mengarahkan dia ke hal-hal baik atau mengikuti prinsipnya.
Tidak semua laki-laki memiliki cara pandang seperti itu..tapi memang lebih banyak yang seperti itu.

Lalu saya bertanya lagi: dibawahnya? Umur atau ideology?

Jawabnya: keduanya.
STOP sampai disini ya. saya tidak akan menuliskan semua diskusi kami. Kembali lagi saya ingin bertanya, begitu menyakitkankah jadi perempuan? Apalagi hidup ditengah budaya ‘menunggu’. Perempuan itu menunggu ada yang datang. Nah, apakah islam begitu? Tentu saja tidak. Boleh saja kalau cukup keren melamar laki-laki. Laki-laki yang baik pasti akan begitu menghornatinya.

Jadi umur ya yang dijadikan patokan? Pusing jadinya. Saya ingin menulisnya secara random saja. Jangankan yang nggak baik agamannya ya. meskipun sudah baik agamanya tapi kalau sudah berumur, pasti nilainya dihadapan manusia turun.

Jadi seolah begini, biasanya retorika yang dipakai perempuan seperti ini: Poligami itu boleh, asalkan bukan saya yang poligami.

Kalau laki-laki: Menikahi akhwat yang sudah berumur itu keren. Tapi sepertinya saya tidak sekuat itu.

Nah!


Jadi, sebelum kalian berfikir yang tidak-tidak. Saya mau bilang, saya sungguh sedang baik-baik saja. :D 

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment