Saya menulis ini dengan menahan geram. Marah. Tapi ah
sudahlah. Saya ingin membuat beda antara saya dan mereka. Bukankah kita sedang
berlomba. Kemarin saya tidak sengaja membaca sebuah status dari seorang teman.
Tentang perbedaan antara sebuah golongan dengan golongan yang lain. Sakit betul
hati saya (kepada sifat syetan yang saat itu muncul), ketika tahu yang
menuliskan komentar-komentar pedas itu bukan mereka yang tidak faham agama,
tapi mereka yang sudah mengaji banyak kitab. Marah betul saya kepada syetan
yang begitu lihainya menggoda saudari saya. Ampun ya Allah atas lisan kami.
Sebuah anugerah yang selalu kami salah gunakan.
Apakah Rasa Santun Itu Tidak (Layak) Untuk Kami?
Sebuah Tanya, mungkin tak perlu dijawab, hanya perlu
diresapi dan dimengerti. Kami pun disini berjuang. Tidak ada yang ridho atas
apa semua ulah yang membuat kerusakan di negeri ini. Kami pun ingin menegakkan
yang sebenarnya. Tapi, haruskan cara kita sama?
Ketika banyak yang memilih diam, kami hanya mengajak ayo
kita selesaikan ini. Kita cegah dari akibat yang lebih buruk. Mencegah sesuatu
yang lebih buruk terjadi, itu tujuan kami. Apa yang kami lakukan bukan tanpa
pertimbangan. Kami tahu ada resiko yang pastinya harus kami ambil. Kami bergerak
bukan tanpa fakta. Karena fakta itulah kami melakukan sesuatu.
Sakit hati kami saat melihat lubang-lubang raksasa yang
semakin menganga lebar di tanah ini. Apakah salah kalau kamu ingin mencegah hal
yang lebih buruk. Sakit sekali hati kami saat melihat anak-anak kami, adik-adik
kami melakukan seks bebas, lesbian, dan sejenisnya. Itulah sebabnya kami
membentuk berbagai macam organisasi-organisasi untuk memeluk mereka. Sakit hati
kami saat tahu anak-anak perempuan kami menjadi target budak nafsu para genk
motor di kota kami. Sakit sekali. Apakah salah kalau kami berusaha mencegah
mereka yang hatinya mati membuat peraturan biadab yang melegalkan pernikahan sesame
jenis di tanah ini.
Dan disaat waktu yang sama, tidak ada rasa santun untuk
kami. Hanya ada kata hinaan atas perjuangan ini. Meskipun kau tahu tujuan kita
sama. Semoga tulisan ini tidak menyinggung siapapun. Jangan salahkan islam,
jangan salahkan saudara-saudara kami, karena tulisan ini saya sendiri yang
buat. Saya sendiri yang tulis.
Jadi, apakah rasa santun itu tidak (layak) untuk kami?
Menunggu hujan mereda
Jogja 19 April 2014
Tidak ada komentar:
Write Comment