Sabtu, April 19, 2014

Apakah Rasa Santun Itu Tidak (Layak) Untuk Kami?

Saya menulis ini dengan menahan geram. Marah. Tapi ah sudahlah. Saya ingin membuat beda antara saya dan mereka. Bukankah kita sedang berlomba. Kemarin saya tidak sengaja membaca sebuah status dari seorang teman. Tentang perbedaan antara sebuah golongan dengan golongan yang lain. Sakit betul hati saya (kepada sifat syetan yang saat itu muncul), ketika tahu yang menuliskan komentar-komentar pedas itu bukan mereka yang tidak faham agama, tapi mereka yang sudah mengaji banyak kitab. Marah betul saya kepada syetan yang begitu lihainya menggoda saudari saya. Ampun ya Allah atas lisan kami. Sebuah anugerah yang selalu kami salah gunakan.

Apakah Rasa Santun Itu Tidak (Layak) Untuk Kami?

Sebuah Tanya, mungkin tak perlu dijawab, hanya perlu diresapi dan dimengerti. Kami pun disini berjuang. Tidak ada yang ridho atas apa semua ulah yang membuat kerusakan di negeri ini. Kami pun ingin menegakkan yang sebenarnya. Tapi, haruskan cara kita sama?

Ketika banyak yang memilih diam, kami hanya mengajak ayo kita selesaikan ini. Kita cegah dari akibat yang lebih buruk. Mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi, itu tujuan kami. Apa yang kami lakukan bukan tanpa pertimbangan. Kami tahu ada resiko yang pastinya harus kami ambil. Kami bergerak bukan tanpa fakta. Karena fakta itulah kami melakukan sesuatu.

Sakit hati kami saat melihat lubang-lubang raksasa yang semakin menganga lebar di tanah ini. Apakah salah kalau kamu ingin mencegah hal yang lebih buruk. Sakit sekali hati kami saat melihat anak-anak kami, adik-adik kami melakukan seks bebas, lesbian, dan sejenisnya. Itulah sebabnya kami membentuk berbagai macam organisasi-organisasi untuk memeluk mereka. Sakit hati kami saat tahu anak-anak perempuan kami menjadi target budak nafsu para genk motor di kota kami. Sakit sekali. Apakah salah kalau kami berusaha mencegah mereka yang hatinya mati membuat peraturan biadab yang melegalkan pernikahan sesame jenis di tanah ini.

Dan disaat waktu yang sama, tidak ada rasa santun untuk kami. Hanya ada kata hinaan atas perjuangan ini. Meskipun kau tahu tujuan kita sama. Semoga tulisan ini tidak menyinggung siapapun. Jangan salahkan islam, jangan salahkan saudara-saudara kami, karena tulisan ini saya sendiri yang buat. Saya sendiri yang tulis.
Jadi, apakah rasa santun itu tidak (layak) untuk kami?

Menunggu hujan mereda

Jogja 19 April 2014

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment