Credit here |
Selama ini seorang perempuan seringnya mempelajari
hak seorang istri dan seorang laki-laki mempelajari hak seorang suami.
Lalu apa menariknya? Menariknya adalah kelanjutan
dari kalimat diatas. “Maka jangan salahkan kalau kemudian yang ada hanyalah
menuntut hak”. Serasa jleb, lalu terkapar. Ah, selama ini bisa jadi saya salah
baca referensi. Seringnya baca tentang hak pribadi. Bukan hak orang lain yang
seharusnya saya berikan. Termasuk hak dalam keluarga. Widih,, bahasan tinggi
rek. Hihihi, boleh donk share ilmu, meskipun belum sepenuhnya menjalankan ilmu
ini.
Kalimat diatas menarik bagi saya. Saya yang
kebetulan dikelilingi banyak perempuan :D. Nikah menjadi hal yang manis dan
mengundang untuk di bicarakan dibayak tempat. Masuk ke toko buku yang dicari
buku tentang itu, masuk ke pameran Islamic book fair yang dicari buku tentang
itu juga. Setelah dibuka, bab paling lama yang dibaca adalah romantisme dan
hak-hak istri. Wealah…apa iya musti hak mulu.
Sepertinya kebiasaan kita perlu dibalik. Laki-laki
membaca buku yang berisi tentang hak lawan jenisnya, dan perempuan membaca hak
yang sebaliknya. Agar tak ada tuntutan karena setiap kali yang terbayang adalah
bagaimana cara memenuhi hak orang lain, bukan meminta hak diri sendiri.
NB: Lagi buntu, butuh sesuatu untuk melancarkan
kata-kata yang mampet. Intinya ingin menyampaikan itu. :D. Kapan-kapan tulisan
ini dirombak. Biar lebih manusiawi untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Write Comment