Selasa, Desember 16, 2014

Dia dan Sepotong Hati

Ini adalah kali ketiga aku tidak mau mengantarkan kepergian seseorang. Pertama saat seorang teman yang begitu dekat seperti saudara, pulang dari Jogja menuju Pekalongan. Aku mati-matian menolak permintaannya melepasnya naik travel yang akan membawanya pulang.

“Hatiku sudah hujan,” begitu kukatakan padanya.

Kedua saat seorang teman akan dibawa suaminya ke Papua. Ah tentu kau tahu, itu bukan tempat yang mudah dijangkau dengan kendaraan darat. Itu artinya dia akan jarang pulang dan kita akan jarang bertemu. Malah bisa jadi tidak bisa bertemu lagi. Umur siapa yang tahu.

“Maukah kah menemuiku di Bandara?”

“Tidak, payungmu tak akan sanggup menghalangi hujanku.”

Ini yang ketiga, ketika seorang teman hidup satu atap, pulang ke suatu tempat yang jauh. Sumbawa. Tidak ada bening yang menggenang saat berjabat tangan. Tapi saat satu jam berlalu, sepi terasa membunuh.

“Dia sudah pulang”


Kalimat itu coba kutafsirkan. Tidak ada kata yang bisa mewakili. Bening itu sudah lolos satu persatu. Setiap orang yang pergi selalu membawa sepotong hati. 

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment