Sabtu, April 11, 2015

Kepadanya ‘entah siapa’ yang pernah membusung saat itu

via buzzbinpadillacrt.com
Masih ingat beberapa waktu lalu ada beberapa situs islam yang secara sepihak disebut radikal oleh pihak tertentu lantas situs tersebut diblokir? Sebelumnya saya ingin cerita, kebetulan saya jadi salah satu admin situs islami yang tidak masuk kedalam daftar situs yang diblokir. Namun beberapa kali sempat saya gagal login dan itu bukan yang pertama. Bahkan malam hari sebelum dilakukan pemblokiran, saya tidak bisa mengakses sama sekali situs yang saya kelola. Tertulisnya, situs ini diblokir. Hmm, adakah hubungannya? Ah, semoga hanya kesalahn server atau sejenisnya. 

Kembali kepada situs islam yang diblokir, dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas kenapa situs-situs tersebut diblokir, sebab penjelasannya bisa sangat panjang dan harus dijelaskan sangat mendalam terutama dalam wilayah perang pemikiran yang sekarang sudah merasuk dalam dunia media. Perang yang bahkan tanpa kita harus mendalami lebih jauh, kita pasti bisa merasakan aroma perang ini. Anyir darah kejujuran yang disembelih diperempatan jalan.

Ada satu hal yang cukup membuat saya geram, bukan atas pemblokiran ini, namun ada beberapa pihak yang justru ‘membusungkan diri’, lalu dengan mudah berkata, ‘pantas saja situs itu diblokir’. Lebih meyakitkan lagi, pernyataan seperti ini muncul dari beberapa oknum yang tergabung dalam gerakan islam. Begitukah adab bersaudara?

Meluapnya kesombongan atas kelompok dan golongan lantas membuat beberapa orang lupa akan adab berhusnudzon. Bahwa bila ada orang yang berhak untuk mendapat jatah atas husnudzon kita adalah mereka saudara kita, sesama muslim. Terlebih kita tahu bahwa tujuan kita sama hanya cara kita berbeda. Sekali lagi, tujuan kita sama namun jalan kita berbeda. Berbeda penyikapan bila kita menghadapi orang munafik.

Saya kemudian menekuri, begitu mudahnyakah ikatan persauadaraan ini diawut-awut? Hanya karena satu ‘dibombong’, lantas merasa lebih baik dari yang lain. Lalu apa bedanya kita dengan anak kecil yang berebut permen? Merasa dibela bila yang lain mendapatkan jatah yang lebih sedikit.
Mari kembali mengukur kedalaman hati. Sebab teko hanya akan mengeluarkan apa yang ada didalamnya. Begitu pula kita manusia.


Sebab persaudaraan ini tidak bisa dihargai dengan recehan.

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment