via buzzbinpadillacrt.com |
Masih
ingat beberapa waktu lalu ada beberapa situs islam yang secara sepihak disebut
radikal oleh pihak tertentu lantas situs tersebut diblokir? Sebelumnya saya
ingin cerita, kebetulan saya jadi salah satu admin situs islami yang tidak
masuk kedalam daftar situs yang diblokir. Namun beberapa kali sempat saya gagal
login dan itu bukan yang pertama. Bahkan malam hari sebelum dilakukan
pemblokiran, saya tidak bisa mengakses sama sekali situs yang saya kelola.
Tertulisnya, situs ini diblokir. Hmm, adakah hubungannya? Ah, semoga hanya kesalahn server atau sejenisnya.
Kembali
kepada situs islam yang diblokir, dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas
kenapa situs-situs tersebut diblokir, sebab penjelasannya bisa sangat panjang
dan harus dijelaskan sangat mendalam terutama dalam wilayah perang pemikiran
yang sekarang sudah merasuk dalam dunia media. Perang yang bahkan tanpa kita
harus mendalami lebih jauh, kita pasti bisa merasakan aroma perang ini. Anyir
darah kejujuran yang disembelih diperempatan jalan.
Ada
satu hal yang cukup membuat saya geram, bukan atas pemblokiran ini, namun ada
beberapa pihak yang justru ‘membusungkan diri’, lalu dengan mudah berkata, ‘pantas
saja situs itu diblokir’. Lebih meyakitkan lagi, pernyataan seperti ini muncul
dari beberapa oknum yang tergabung dalam gerakan islam. Begitukah adab
bersaudara?
Meluapnya
kesombongan atas kelompok dan golongan lantas membuat beberapa orang lupa akan
adab berhusnudzon. Bahwa bila ada orang yang berhak untuk mendapat jatah atas
husnudzon kita adalah mereka saudara kita, sesama muslim. Terlebih kita tahu
bahwa tujuan kita sama hanya cara kita berbeda. Sekali lagi, tujuan kita sama
namun jalan kita berbeda. Berbeda penyikapan bila kita menghadapi orang
munafik.
Saya
kemudian menekuri, begitu mudahnyakah ikatan persauadaraan ini diawut-awut?
Hanya karena satu ‘dibombong’, lantas merasa lebih baik dari yang lain. Lalu
apa bedanya kita dengan anak kecil yang berebut permen? Merasa dibela bila yang
lain mendapatkan jatah yang lebih sedikit.
Mari
kembali mengukur kedalaman hati. Sebab teko hanya akan mengeluarkan apa yang
ada didalamnya. Begitu pula kita manusia.
Sebab
persaudaraan ini tidak bisa dihargai dengan recehan.
Tidak ada komentar:
Write Comment