Minggu, Mei 31, 2015

IRL Vs URL, Kok Beda?


Setelah sekian lama dihimpit beragam urusan di dunia IRL, akhirnya berhasil juga kembali ke dunia URL. Namanya juga IRL dan URL, pastilah IRL yang menang. Eh, sudah pada tahu kepanjangan dari IRL kan? Jangan-jangan dari tadi saya spik-spik IRL, pada belum nyambung. Jadi gaes, IRL itu kependekan dari In Real Life. Yup, beberapa pekan ini serasa dikejar-kejar kereta listrik. Banyak deadline. Penelitian, kerjaan, bahkan puncak gunung pun serasa ikut ngejar-ngejar, “hei, kapan lu ndaki lagi?” Fyuuuhh #tiup ujung jilbab. Lha kok malah jadi curhat. Lupakan paragraph pertama ini, anggap saja sampah nggak penting.

IRL Vs URL

A: “Mbak, kenal sama si ini nggak?”

B: “Kenal, kenapa?”

A: “Dia alim kan ya? Anak mushola kan?”

B: “Alim? Iya kali, aku kan nggak ngawasin dia 24 jam. Kenapa sih?”

A: “Masak dia nge-chat aku aneh-aneh.”

B: “Facebook?”

A: “Ya, kadang facebook, kadang WA.”

B: “nge-chat apaan?”

A: “Ya, kadang cuma bilang ‘jangan lupa istirahat’, tapi kadang juga suka kirim emote bunga-bunga gitu.”

B: “Terus kamu tanggapin?”

A :“Iya”

B: “Yaelah,…”%&^#@$%%())**&%$$ #

Saya sering dapat curhatan seperti ini, sampai kadang ‘protes’ sama Allah. Duh gusti, kenapa saya lagi yang ketemu makhluk jadi-jadian seperti ini. #garuk pintu.

Teknologi memang bagai pisau bermata dua. Bermanfaat tapi kalau kurang tepat menggunakannya, salah-salah malah bisa melukai yang punya. Termasuk satu hal ini, membuat banyak orang bertopeng. Saat didunia IRL jempolan keatas, namun saat di dunia URL, jempolnya berbalik 180o . Entah mana yang benar, yang keatas atau kebawah.

Banyak yang ketika ditemui didunia IRL tampak begitu alim, rapi jenggotan, tapi begitu ketemu di dunia URL  kayak rautan alias ongotan :p. Ada juga yang kalau dliuar terlihat jilbab rapi, manis, tapi ternyata manisnya bikin diabetes. Yap, terbukti sudah bahwa tampilan luar itu bukan tanda kebaikan seseorang. Untungnya tampilan luar saya amburadul, jadi nggak bakal ada yang nilai 9. Kiakakakaka. #ops ora sholihah. Etapi, masih buanyaaakk kok yang benar-benar alim, dan rapi baik itu URL maupun IRL)

Ayo kita diskusi, apa yang sebenarnya menjadi masalah? Apakah sesulit itu menjadi terjaga dimana saja? Bukankah hanya tinggal konsisten dengan diri sendiri. Kalau sudah memilih jalan yang begini, yang begini saja. Ibaratnya nih, saat beli gorengan, kalau sudah nyomot satu nggak usah dibalikin terus nyomot-nyomot yang lain. Bisa-bisa kamu yang digoreng sama tukang gorengan.

Kalau sudah memilih menjaga jarak dengan lawan jenis, ya sudah jaga jarak itu dimana saja. Bukan hanya di dunia IRL saja. Kalau hanya untuk 'sekedar' masalah hati saja tidak kunjung beres, kapan membereskan masalah ummat? Waktu nggak punya rem gaes, dia terus melaju, nggak peduli kamu tertinggal atau lari paling depan.

Apakah menjaga itu mudah? Hmm tidak mudah, tapi bisa. Paling tidak, coba pikirkan untuk tidak berbuat konyol dengan memberi peluang syetan memainkan diri kita. Bukankah hal konyol kalau kita tahu bahwa syetan sedang bermain-main lantas kita dengan sadar mengajukan diri untuk dimainkan.

Lalu? Ada solusi? 

Coba sesekali berikan ponselmu atau password akunmu kepada sahabat atau saudara yang paling kamu percayai. Tanpa sebelumnya melakukan pembersihan massal atas pesan, riwayat panggilan, atau apapun. Ingat, tanpa pembersihan besar-besaran.Berani?

Rutinkan sampai akhirnya muncul rasa malu kepada manusia atas ketidakterjagaan, lalu naikkan level menjadi malu kepada Penciptamu. Tidak perlu tergesa berubah, namun bersegera itu lebih baik. Pelan namun pasti, tapi bila bisa lebih cepat, itu lebih tepat.

Ide lain, coba lebih cuek. Kalau ada hal yang bikin kamu nggak terjaga, anggap saja angin lalu. Mau ada yang goyang dumang sampai guling-gulingpun nggak usah diperhatiin. Jadi pribadi yang cool itu keren lho.

PS:
Kenapa menuliskan tema ini lagi?
Sebab aku masih melihatmu berbuat konyol sepertiku. Ayo saling bernasehat lagi.

Yaa Muqallibal Qullub tsabit qalbii ‘alaa to’atik

Senorita H-23 bertemu dengannya
Ah, aku semakin cinta
Arumdalu, 25 May 2015-21.43

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment