Credit here |
Tentang dzon atau prasangka ini, saya ingin
mengelompokkannya menjadi dua kubu. Pertama mereka yang suka menciptakan Dzon,
atau bahasa kecenya bikin penasaran, dan yang kedua mereka yang jadi korban
dzon. Kelompok yang kedua ini mudah sekali berprasangka ketika melihat atau
membaca sesuatu. Terlebih bila kondisi yang tertulis atau yang terbaca mirip
dengan apa yang dialaminya. “Kok gue banget ya, jangan-jangan dia nulis tentang
aku tapi namanya disamarkan.” Uwew, begitulah perempuan, GR-nya kadang (sering)
bikin pusing.
Mari kita bahas satu-satu ya. Pertama tentang
mereka yang hobi menciptakan dzon. Ini bukan perkara orang lain kepo, tapi
memang apa yang dilakukannya mengundang orang lain untuk berprasangka.
Contohnya, bahasa kode. Buat kamu yang kekikinian pasti paham banget istilah
kode. Mereka yang suka memunculkan dzon ini biasa hobi menuliskan kode dalam
status-status medsosnya. Contoh kodenya misal bagi perempuan yang masih single,
sengaja menuliskan nama (entah nama apapun) yang mirip-mirip nama lawan jenis
dalam status medsosnya. Atau menuliskan hal yang menceritakan keadaan entah
siapa (bukan dirinya) dalam status medsosnya. Akhirnya menjadi ambigu. Ada yang
menganggap tulisan itu berarti X, tapi ada yang menganggap Y. Akhirnya banyak
yang berprasangka.
Lho kenapa tidak posthink aja? Bukankah harusnya
berprasangka baik kepada saudaranya? Right! Kita memang wajib untuk
berprasangka baik, namun bagaimana kalau justru kita yang sengaja memancing
orang-orang untuk berpikir ambigu tentang kondisi kita. Apakah kita masih
mengharapkan prasangka baik dari orang lain terhadap kita? Padahal hak mereka
tidak kita tunaikan. Nah lho! :p
Kedua tentang mereka yang menjadi korban dzon.
Kelompok satu ini mudah sekali GR. Apalagi kalau ada orang yang menuliskan atau
menggambarkan sesuatu yang mirip dengan apa yang dia lakukan atau rasakan. Dan
biasanya untuk kaum perempuan, yang maju bukan logika dulu, namun perasaannya.
Meradang. Tersinggung. Sensitif.
Tabayun menjadi tindakan nomor sekian yang
dilakukan setelah komentar, marah-marah, atau menangis. Padahal bisa jadi apa
yang tertulis bukan tentang dirinya. Hanya kebetulan mirip dengan apa yang
dirasakan atau dialaminya.
Padahal kalau mau sedikit saja calm down, kita
bisa lebih berpikir jernih. Ada banyak manusia di dunia ini, dan setiap orang
boleh mengenal siapapun yang diinginkannya. Nah, mereka yang secara tidak
sengaja menulis atau menggambarkan kondisi yang mirip dengan kondisi kita,
sangat bisa jadi punya banyak saudara dan kenalan, dan apa yang dia tulis
adalah tentang orang lain, bukan tentang diri kita.
Bilapun yang tertulis atau tergambar disana
adalah kita, bukankah akan lebih baik dan asyik kita mencari kebaikan yang ada disana.
Remember, hikmah itu hanya untuk mereka yang perpikir.
Memang benar nasehat lama itu, diam itu emas.
Terlebih bila apa yang akan kita sampaikan itu tidak cukup ada manfaatnya untuk
orang lain. Hanya sekedar ‘membagikan’ rasa membuncah, yang terkadang justru
hal ini tidak penting untuk orang lain. #noted #nasehat untuk diri sendiri.
Sebab,
apapun yang tertulis dari tangan ini, sejatinya untuk diri sendiri.
Senorita
H-sekian
menujumu
Arumdalu
080715
Tidak ada komentar:
Write Comment