Kamis, Mei 07, 2015

Seperempuan Apa Dirimu, Haruskah Aku Tahu?

Credit here
Kalau pun ini terbaca seperti sebuah nasehat, maka percayalah sungguh telinga saya yang paling dekat dengan mulut ini, Tangan saya pula yang lebih dekat dengan muka saya. Maka bila ini benar sebuah nasehat, orang pertama yang wajib untuk mendengar dan membaca tulisan ini adalah saya sendiri.

Mari sejenak luruskan niat, semoga tulisan ini tidak lahir karena saya terlalu sering dianggap tidak cukup perempuan oleh sekitar. :p :p  Namun lebih karena ingin saling mengingatkan. Bukankah kita masih bersaudara? :) :) :)

Tentang perempuan, satu makhluk yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Semuanya menarik. Bahkan meski hanya sekedar diperlihatkan ujung jarinya saja, itu sudah cukup untuk membuat laki-laki berkata, “kau cantik”. Saya jadi teringat seorang sahabat di Jawa Barat sana. Sahabat waktu saya kuliah S1. Suatu ketika, dia langsung ‘menegur’, ketika melihat ada lukisan hena di tangan saya. “Neng, jangan pakai hena sih. Itu nggak baik lho kalau dilihat laki-laki.” Dan saya masih dengan ‘polosnya’ berkata, “eh, iya ya?”. Parah! Terlalu lama berkutat dengan elenmeyer, jadilah begini. #halah.

Apa sebenanya yang ingin saya sampaikan? Huftt…mari tarik napas lebih dulu. Semoga tidak ada yang tersakiti.

Ini tentang salah satu sifat perempuan yang mudah sekali pamer. Apapun rasanya ingin disampaikan keseluruh dunia. Sungguh kalau bukan karena islam mengatur segalanya, mungkin semua aurat wanita sudah ‘dipamerkan’ keseluruh penjuru.

Mulai dari rasa yang berdegup dalam dada, kegiatan sehari-hari, bahkan hal sepele sejenis masakan yang baru saja matang pun membuat tangan gatal untuk memotret lalu memamerkannya kepada semua orang. Terlih diera medsos seperti ini, semakinlah terfasilitasi kebiasaan pamer itu. Duh, maafkan kami ya.

Sering lupa bahwa disekitar kita ada banyak lawan jenis yang bisa jadi sedang lemah imannya, lalu rontok begitu melihat atau membaca apa-apa yang baru saja kita ‘laporkan’. Terlalu berpikiran positif bahwa orang-orang disekitarnya adalah mereka yang selalu terjaga hatinya. Lantas dengan mudahnya memberi celah untuk memberitakan, “eh, saya sedang begini lho”. Terasa ada yang menusuk tepat dijantung saya, saat paragraf ini tertulis.

Seperempuan Apa Dirimu, Haruskah Aku Tahu?

Haruskah aku tahu kalau hobimu adalah masak? Padahal dirimu sedang tidak berencana untuk membuat sebuah bisnis katering. Wajibkah aku tahu bahwa kau pandai sekali berdandan? Hingga akhirnya muncul benih keinginan untuk memiliki perempuan sepertimu. Sedang disaat yang sama kau pun belum ada yang punya.  Kau tahu, meskipun di Gurun Gobi sekalipun, benih akan bersemi bila titah langit berkata demikian. Bahkan ketika kau sudah bersuami nanti, haruskah aku tahu keinginan suamimu atasmu? Sampai-sampai keinginan suamimu agar tatanan rambut istrinya dimodelkan tertentu pun kau ‘laporkan’. Haruskah aku tahu bahwa kau sedang memompa ASI untuk bayimu? Bukankah ada aurat yang tersirat disana?

Haruskah aku tahu apapun tentang dirimu?

Seperempuan Apa Dirimu, Siapa yang Boleh Tahu?

Ah, bukankah kau perempuan muslim yang taat pada Tuhanmu. Pasti kau tahu siapa saja yang boleh tahu siapa nyatanya dirimu. Ataukah dirimu lupa? Baiklah, mari kita ingat bersama. Tentang hubungan darah yang haram untuk dinikahi. Ayah, saudara laki-laki kandung, seayah, saudara sepersususan, siapa lagi? Ah mari kita buka lagi titah Sang Agung, Surat An-Nur 31:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka…”

Sepertinya butuh satu tulisan lagi untuk menuliskan siapa saja yang boleh tahu siapa dirimu. Doakan ya, semoga saya diberi kekuatan Allah untuk menuliskannya.

Sekali lagi, tangan dan telinga sayalah yang paling dekat dengan mulut saya. Bila ini nasehat maka orang pertama yang layak dan harus mendengarkannya adalah diri saya sendiri.


Arumdalu
7 Mei 2015
Teruslah bernasehat.

    Choose :
  • OR
  • To comment
3 komentar:
Write Comment
  1. Pumping saiki pake appron je, jadi ga keliatan..bahkan dulu temen2ku gak tau aku lagi pompa. Yess!!!

    BalasHapus
  2. mb @ardiba, yoi mba. Iki aku jane ora masalah lho nek do pumping. Duh, maksudte ki, nggak perlu kan ya, diupdate di status. "Lagi pumping nih.". Bisa kok ditulis dengan gaya kepenulisan yang membuat orang lain terutama kaum adam (lebih spesial lagi yang belon nikah), mikir sesuatu. Penulis pasti paham lah.


    tambahan: apa aku aja yang pernah dengan pengakuan dari laki-laki yang bilang bahwa dia hanya bisa memahami suatu kalimat dengan cara membayangkan? #gaya meme IG

    BalasHapus
  3. Ralat:

    Bisa kok ditulis dengan gaya kepenulisan yang membuat orang lain terutama kaum adam (lebih spesial lagi yang belon nikah), nggak mikir sesuatu. Penulis pasti paham lah.

    BalasHapus