Sabtu, Juli 30, 2016

Seperempuan Apa Diriku, Haruskah Tuan Tahu?



Apa yang tersisa dari seorang perempuan ketika semua perasaan telah dikelupasnya hingga ke sumsum terdalam?

Tahun keempat di kota ini, seorang teman laki-laki dengan jumawa bernasihat,
“Makanya jadi perempuan itu jangan suka makan yang instan-instan. Tinggal makan aja. Masak sekali-sekali.”Emang kalau saya lagi masak harus cerita gitu? Alamak, selo tenan.

Pada kesempatan lain, seorang dengan sangat keponya mencoba mengorek info.
“Eh, kamu itu kalau sama cowok cuek gitu ya? Entar kalau punya suami gimana?” -_- Situ kok PD bertanya begitu. Ibaratnya, saya punya brangkas, situ minta kode kuncinya. Rahasialah ya.

“Kamu kok nggak pernah ngangkat telfonku? Masa nggak mau dihubungi cowok, gimana kalau bisnis?” Bang, kayaknya situ kagak ngajak bisnis deh.

Itu satu dari sekian ‘kasus’ yang pernah saya temukan. Hingga akhirnya muncul pertanyaan,
Seperempuan apa diriku, haruskah Tuan tahu?
***
Saya ingin memulai tulisan ini dari nasihat seorang bapak kepada anak gadisnya, “Kalau sedang haid, jangan diperlihatkan. Kalau perlu disembunyikan. Jangan sampai laki-laki tahu.”

Bukan apa-apa, tapi memang pada waktu itu sebagian besar perempuan kehilangan waktu berdekatan dengan Rabb-nya. Tidak boleh sholat, tahajud tidak boleh, beberapa pendapat juga mengatakan tidak diijinkan membaca Alquran dan lain sebagainya. Tidak jarang ada yang musti ekstra keras mengembalikan semangat ‘kejar setoran’ ini setelah sekian hari libur. Sebab, itu tidak boleh banyak orang lain tahu. Hanya yang memang benar-benar dekat (bukan termasuk hubungan kakak-adekan lho ya) yang boleh tahu.  Karena pada sekian waktu itu, penjagaan sedikit melemah. As you know, syetan itu lembutnya ngalahin molto.

Tapi sekarang, ada banyak meme di dumay yang bahasannya nggak jauh-jauh dari PMS? Seolah ini guyonan warung kopi. Nggak asyiknya, banyak juga para perempuan dengan mudahnya bilang, “Eh, aku lagi nggak sholat kok…” atau “Aku kan lagi nggak puasa, boleh donk makan.“ Euw….

Dan kalau saya sedang eneg, saya diam-diam mendoakan mereka para pendukung meme itu untuk sekali-kali merasakan dahsyatnya nyeri haid. #ketawa jahat

Jadi seperempuan apa diriku?
Saya punya mbak kos yang ciamik. Tahajudnya nggak pernah bolong. Jam dua dini hari pasti bangun. Pasti! Masak? Alah itu mah keciiil. Mulai dari bakwan jagung yang endeess, hingga abon yang masaknya berjam-jam. Dandan? Bisa banget. Tilawah? Beuh….saya mah apa atuh. Koleksi baju modis? Lengkap! Tapi bukan untuk dipakai di depan umum, untuk suaminya saja kelak, katanya. Masalah kehalusan adab, insyaAllah juara. Sholihah lah pokoknya.

Tapi siapa yang tahu? Di luar kos, dia biasa saja. Bahkan cenderung cuek –kalau tidak boleh dikatakan galak, dengan lawan jenis. Dandan seperlunya, nggak pernah posting hasil masakan, ibadah semacam tilawah dan sejenisnya diselesaikan sebelum jam dhuha. Artinya tidak ada orang lain kecuali benar-benar dekat dengannya yang tahu. Kurang perempuan apa? Saya? Tiap hari belahin cermin karena buruk rupa.

Lain lagi dengan cerita seorang teman kampus saya. Di kalangan kaum adam, dia terkenal garang.  Tapi, hanya dia yang ditangisin paling lama oleh adik-adik ditempat KKN-nya saat perpisahan. Kok bisa gitu? Iyap, setelah kepo berbagai sumber, selama disana dialah yang paling banyak mendampingi anak-anak. Mengajari masak, menari, mengaji, sampai jadi tempat curhat. Ibuable banget kan? Tahu apa hobinya? Naik gunung dan kabar terakhir dia lagi seneng manjat dinding. Secara tampilan, bukan tipe penggemar gamis manis dan jilbab rawis, penting rapi. Alamak.,, makhluk semacam itu bisa masak, menari dan menyanyi? Sangar sekali.  Sekali lagi, hanya terdekat yang tahu.

Lain lagi di kontrakan saya sebelumnya.  Teman saya, secara penampilan ‘macho’. Jilbanya rapi. Selalu pakai rok kemana pun pergi. Namun sekali lagi, dia bukan tipe yang ramah tamah kepada laki-laki. Biasa aja. Cuek malahan.  Tapi urusan rumahtangga beres semua. Setiap satu pekan sekali ke pasar, masak lauk kering untuk stok tujuh hari ke depan. Saya? Tinggal minta jatah tiap pagi buat sarapan #nyengir.

Jadi, Haruskah Tuan Tahu?
Tuan, boleh saya bicara?

Masih ada banyak hal yang butuh Tuan selesaikan. Pekerjaan umat yang tak kunjung tamat. Mensholihkan kaummu yang katamu jumlahnya sedikit. Bayangkan, sudah sedikit, alay pula, menyesakkan bukan –semoga tidak begitu.  Sekolah tinggi mencari ilmu sebanyak-banyaknya, biar nggak kalah dari perempuan katanya –sebab ini banyak perempuan takut sekolah lagi Tuan. Takut Tuan tidak berani mendekati, sungguh itu mengerikan sekali. Tapi Tuan, lebih mengerikan ketika anak-anak kami beribukan perempuan yang banyak alasan untuk mencari ilmu dan memperbaiki diri. Terlebih alasannya hanya karena takut Tuan tak kunjung berani bukan karena Tuhan kami. Ini mengerikan, semoga tidak terjadi lagi. Jadi apa anak-anak kami kalau ibunya untuk bab niat saja masih belepotan sana sini.

Tuan, sungguh gelar itu tidak cukup penting. Perempuan sholihah tidak akan masalah dengan gelarmu, dan justru akan jadi masalah kalau kau mempermasalahkan. Malulah, merasa dilangkahilah, kurang dihormatilah. Halah! Lebay! Woles saja sih, bukankah katanya logika kalian lebih jalan, kenapa baper begitu? Bahkan emak-emak arisan saja kalah. Perempuan sholihah tahu bagaimana bertindak kepada siapa. Tenang. Sudah ada aturannya. Abaikan apa kata orang syetan. Kalau pun dia lupa, tugas Tuan untuk mengingatkan, bukankah kepatuhan masih menjadi hak Tuan.

Haruskah Tuan tahu, serajin apa kami memasak, sepiawai apa kami merapikan rumah, sedekat apa kami dengan anak-anak, sesering apa kami tahajud dan tilawah, bahkan sehalus apa kami akan memperlakukan suami kami nanti? Padahal Tuan tidak punya kepentingan atas kami.  Perlu Tuan tahu, itu rahasia dan hanya orang istemewa yang berhak mengetahuinya.

Jadi, apa menariknya jadi perempuan yang hingga apa-apa tentangnya, banyak laki-laki  tahu?

Maka Tuan, tetaplah penasaran.  Itu akan menyenangkan hingga waktu yang telah ditentukan. 

PS: penggunaan kata 'ku' hanya untuk mempercantik diksi.

Senorita Sije
Arumdalu, Juli 2016
Apa kabarmu Tuan? 
Semoga Allah selalu menjagamu.

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment