Kamis, Februari 09, 2017

Merubah atau Mengubah

Credit here
Suatu hal umum ketika melihat keburukan, setiap orang dengan hati yang baik dan bersih pasti ingin menjadikan keburukan tersebut sesuatu yang baik. Apakah itu dengan menghilangkan penyebab keburukannya atau dengan memoles keburukan itu hingga akhirnya perlahan keburukan itu terhapuskan. Pada akhirnya tetap sama, menghilangkan keburukan untuk mendapatkan yang baik.

Sudah menjadi hakekat manusia untuk saling menasehati dalam kebaikan. Menasehati menjadi suatu hal yang reflek dilakukan pada saat orang disekitar kita melakukan kesalahan baik itu disengaja atau pun tidak. Sayangnya, banyak orang yang kurang terampil dalam seni menasehati, hingga akhirnya bukan kebaikan yang didapatkan melainkan justru perselisihan yang berkepanjangan.

Menasehati bukan hanya sekedar antara orang tua kepada anak kecil, atau antar seumuran, terkadang nasehat menasehati juga mau tidak mau harus dilakukan dari orang yang lebih muda kepada orang yang usianya lebih tua. Misalnya dari anak kepada orang tuanya. Hal ini sering menimbulkan salah presepsi apabila cara yang digunakan untuk menasehati kurang pas.

Pada dasarnya menasehati itu baik, tapi hal yang tidak boleh kita lupakan adalah kita paham atas konsekuensi menasehati. Menasehati tidak boleh menyertakan nafsu, tak boleh merasa diri yang lebih baik, tulus tanpa syarat, dan yang terpenting adalah sebagai orang yang menasehati, kita paham serta sudah menjalankan apa yang kita nasehatkan. Ini penting sebab pada dasarnya menasehati adalah ingin mengubah, bukan sebaliknya merubah, menjadi rubah yang justru bisa merusak.

Sebab setiap nasehat yang disampaikan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Semakin banyak yang dinasehatkan, semakin banyak pula beban yang nantinya akan dipertanggungjawabkan. Seperti dalam firmanNya.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. As-Shaff: 2-3)

Dalam Ayat yang lain disebutkan:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”(QS. Al-Baqarah: 44)

Kurang pas menasehati juga dapat membuat orang dinasehati bukan semakin baik namun justru semakin buruk, lebih parah lagi malah tidak mau menerima nasehat lagi. Niat yang pada awalnya kita ingin mengubah, justru karena kurang baiknya cara kita menyampaikan,malah kita merubah. Menjadi rubah yang membawa keburukan.

Sebab itu, seringlah mencermati hati, barangkali kita pernah termakan sendiri oleh nasehat yang kita berikan kepada orang lain. Atau terkadang ada ketidaktulusan saat menyampaikan, masih butuh syarat atas nasehat itu, lebih-lebih kalau ternyata kita merasa lebih baik dari orang lain.

Menasehati itu sejatinya indah. Tapi berhati-hatilah, agar tidak menjadi rubah.

Sije

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment