Credit here |
Tiga kata ajaib yang selama ini kita percaya mampu
membuat hubungan kita dengan sesama manusia menjadi lebih baik adalah maaf,
tolong, dan terimakasih. Tiga kata ini membuat kita sebagai manusia merasa
dihargai. Saat ada yang ‘menyuruh’ dengan didahului dengan kata ‘tolong’, rasa
kita sebagai orang yang disuruh pasti berbeda dengan saat disuruh tanpa kata
‘tolong’.
Begitu juga saat kita menolong seseorang, meskipun
kita tidak mengharapkan ucapan terima kasih, namun saat kawan kita berucap
terima kasih, ada rasa yang berbeda. Sesuatu yang manis dan itu tidak bisa
diucapkan bagaimana rasanya.
Juga dengan maaf, selama ini kita sering diajarkan
untuk saling memaafkan. Saat ada saudara kita melakukan kesalahan kepada kita,
tanpa diminta, kita sudah dibiasakan untuk memberi maaf. Saling memaafkan,
begitu katanya.
Namun, ada satu yang sering kita lupa. Satu hal yang
menjadi pasangan dari saling memaafkan, yaitu saling meminta maaf. Saat orang
lain tersakiti, tanpa kita menunggu orang lain berpikir untuk memaafkan, kita
yang terlebih dahulu meminta maaf.
Saling meminta maaf ini erat hubungannya dengan
kepekaan sosial kita. Bagaimana kita bisa cerdas mengelola emosi orang lain.
Juga kecerdasan kita untuk melihat kedalam diri kita, apa yang salah dari sikap
dan sifat kita. Tidak melulu mencari pembenaran atau menyalahkan orang lain.
Kebiasaan saling meminta maaf ini tidak kalah
penting dengan saling memaafkan. Bukankah menyenangkan ketika kita bertemu
pribadi yang sebelum kita meminta dia sudah memberi maaf. Atau sebelum kita
berpikir untuk memberi maaf, dia sudah ‘tahu diri’ lalu berlomba untuk minta
maaf. Bukankah menarik kalau pribadi itu adalah pribadi kita.
Sije
Maafkan
saya ya
Tidak ada komentar:
Write Comment