Rabu, Februari 03, 2021

Ajal, Wabah, dan Kalimat Terakhir Jelang Kematian

    

credit: pixabay

Sebagai muslim, saya percaya bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Setiap yang mati akan mempertanggungjawabkan apa yang telah dia perbuat di dunia. Saya pun percaya bahwa masa kritis seorang manusia ada pada saat jelang kematiannya. Saat kebaikan dan keburukan saling berebut. Konon, sampai waktu terakhir, syetan semakin kuat mengajak untuk berbelok. Sebab itu, beruntunglah mereka yang jelang kematiannya, didampingi manusia lainnya. Keluarga, atau siapapun. Asal bisa membatunya mengucap kalimat kunci sebelum bel pulang dibunyikan.

    Awal-awal kasus covid-19 di Indonesia muncul, salah satu hal yang membuat saya takut adalah kematian. Saya sadar kalau saya itu banyak dosa. Nggak kebayang saja, saat kondisi belum bersih, Allah meminta untuk pulang. Betapa malunya. Ya meski bersih itu tidak mungkin. Manusia apalagi macam saya, tempatnya sombong dan salah. Kalau boleh jujur, satu yang saya sesali saat ini adalah, hingga umur sedewasa ini, saya belum menyelesaikan hafalan Alquran. Ah jangankan hafal,  belajar tahsin saja belum lulus. Payah!

    Bayangan saya waktu itu, datangnya covid-19 itu semacam meperbesar probabilitas kematian. Padahal, nggak gitu ya. Setiap manusia sudah ditentukan kapan ajalnya. Tidak ada yang mempercepat, tidak ada pula yang memperlambat, termasuk juga wabah. Bukankah setiap hari kita sedang antri. Ah saya kalau ingat mati selalu begini. Harus dicubit biar jadi cengengesan lagi. Gembeng!

    Selain semakin dekatnya kabar kematian, satu yang membuat saya terusik adalah mati karena wabah. Kalau benar bahwa di saat terakhir itu syetan begitu kuat menggoda, bagaimana kabarnya mereka yang meninggal karena wabah? Saat tak satu orang pun boleh mendekat. Ada yang aneh nggak? Tahu nggak apa yang saya lupakan?

    Saya lupa, bahwa Allah memberikan pahala syahid kepada mereka yang meninggal karena wabah. Ah…bukankah ini berkah yang manis sekali? Allah begitu adil ya. Tapi, meski begitu, saya masih ingin bertemu denganmu, usai wabah selesai. Jadi, mari berusaha untuk tetap hidup. 

 

Sije

Arumdalu, 20 Januari 2021

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment