Rabu, November 30, 2011

Yang Berguguran Di Jalan Ini (part 1)


“Sebuah narasi singkat”,
Aku berjalan menyusuri salah satu sudut kampus, bersama dengan seorang teman kami berbincang mengisi keheningan.
“kenapa ya, akhir-akhir ini aku sering menemukan teman-temanku banyak yang berubah?” tanyaku entah pada siapa
“maksudnya?” tanya temanku.
“ya, ada beberapa temanku yang sudah tidak seperti yang dulu. Dulu yang rapi dan kalem, kini berubah, mulai berani berbuat yang aneh-aneh. Dulu dia selalu memakai rok kemana-mana, meskipun kaos kakinya masih musiman, tapi paling tidak sudah cukup terjaga. Dulu yang tidak mau deket-deket dengan yang namanya cowok, kini sudah punya gandengan” jawabku.
“o iya po? Weh lha ini juga” suara teman disampingku memelan, di depan kami ada salah satu teman lama kita yang juga mulai “berubah”. Yang dulu longgar, kini sudah jadi mepet sana, mepet sini.
“hah? Iya ya” hawabku dengan lebih pelan lagi.

***

Beberapa waktu yang lalu, aku isenk bertanya kepada seorang teman,
“kenapa ya, sekarang banyak akhwat yang mulai aneh-aneh. Sebenarnya apa sih yang terjadi dengan mereka? Kecewakah? Tapi mbok yo kalau kecewa ki, yo jangan merugikan diri sendiri, kalau kayak gini kan jadinya merugikan diri sendiri, jilbab jadi mini, rok berubah jadi celana. Baju naik tingkat.” Kataku memulai pembicaraan.
“Siapa sih?”tanya temenku
“kemarin mbak, aku lihat anak fakultas sebelah, aku juga lupa dengan namanya, tapi dulu kita pernah satu tim.”jawabku.
“ini deh, coba cek FB nyak mbak ini” kata temanku sambil menyebutkan salah satu akun FB seseorang.
“HAH? Koq bisa sih?” Kataku kaget
Bagaimana tidak kaget, FB yang aku buka adalah FB nya salah satu orang tuanya SKI dulu saat aku masih maba. Dan kini foto yang terpasang adalah foto seorang wanita dengan rambut sebahu. Kemana perginya jilbab itu? Bukan hanya rok yang berubah jadi celana, namun jilbab itu sudah hilang, sudah gundulan. Ada apa ini? Kecewa kah?
Salah seorang temanku yang lain pernah bertemu beliau di suatu momen,
“mbak, ini mbak melati(bukan nama sebenarnya) kan? Yang dulu jadi bendahara SKI itu.” Tanya temanku memastikan.
“iya dek” jawabnya
“koq jadi gini mbak? Bukane kamu dulu pake jilbab?” kebetulan temanku bukan tipe orang yang bisa menyembunyikan ekspresi, kalau menurut dia tidak salah ya dia akan bertanya.
“ceritanya panjang” hanya itu jawabannya.
Dikesempatan yang lain, ada teman yang lain yang ingin bertanya langsung ke orang yang bersangkutan, niatnya biar gak jadi ghibah.
“ukh, anti kenapa e? koq bisa jadi kayak gini?” tanya temenku itu denga bahasa yang dulu digunakan mereka berdua untuk berkomunikasi setengah arab setengah Indonesia.
“ceritanya panjang, kamu bisa lihat di blog ku, tapi mungkin tidak akan mewakili apa yang aku rasakan” jawabnya sambil memberikan link blognya.
Tanpa pikir panjang temenku langsung buka link tersebut. Setelah dibaca-baca.
“iya nih tidak mewakili apapun malah” kata temanku.
“ya intinya ceritanya panjang, aku tidak bisa menceritakannya sekarang” jawabnya secara tidak langsung mengakhiri pembicaraan.
beberapa hari selanjutnya saya mencoba mengecek status-status beliau, ada salah satu status di FBnya yang membuatku benar-benar tertohok,
Yang maha mengetahui tidak bisa ditipu dengan penutup kepala
Hah? Segitunya kah? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Dimana pemahaman yang dulu dipegang teguh? Kemana perginya hidayah itu? Semudah itukah pergi, hilang menguap?


Kenapa kau harus gugur dengan cara itu?

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment