Timur barat
utara selatan
Walau dimana
kita berada
Hitam putih
berwarna ataukah beda lahirnya
Tiada
berbeda
Kita
bersaudara
Kita satu
jiwa
Telah
dicipta
Tak lebih
dari yang lain
Kita semua
manusia
(penggalan
lagu “Damai di Bumi”)
Syair diatas adalah potongan lagu “damai di
bumi” oleh shafix. Kelanjutan dari syair
itu sebenarnya adalah menyangkut tentang persaudaraan sesama muslim. Tanpa ada
pertentangan hanya karena paham dan lain sebagainya. Namun kali ini sije coba
menuliskan penilaian syair ini dari sudut yang lain. Tentang persahabatan dan
pertemanan.
Suatu kali ada seorang teman bertanya
kepada kami (aku dan temanku),
“emang si A itu ikhwan po?”
Aku mengerutkan kening. “Maksudnya?” Aku
reflek bertanya.
“koq temenannya sama ukhti-ukhti”
Gubrak….!!!
Jujur dalam hati aku pengen ketawa, untung
aku bisa menguasai diri. Pertama karena aku baru pertama kenal dengan orang
yang bertanya dan yang kedua aku tak punya jawaban reflek. Akhirnya jawabanku
hanyalah pertanyaan balik,
“lha emang kenapa kalau kita berteman?”
Akhirnya dia terdiam, sepertinya
pertanyaanku menadi sebuah jawaban baginya.
{}
Adakah yang aneh ketika seseorang yang
“terlihat” alim berteman dengan orang yang “tidak terlihat alim”? apakah hanya
karena kami berbeda casing, hanya
karena kita berbeda cangkang?. Woi…je,
emang kita udang? Enak aja lu bilang Cangkang? Hello….
Ups…iya deh, hanya bercanda. Bukan berniat
untuk mencari persamaan antara kita dan udang. Yang pastinya beda banget.
Soalnya kagak ada sebutan yang lebih mewakilii dari apa yang aku maksud. Ya pokoke
gitu lah.
Bukankah setiap orang punya hak untuk
berteman dengan siapapun? Apa yang aneh ketika saya punya teman yang pakaiannya
u can see? apa yang aneh kalau saya berteman dengan orang-orang yang suka naik
gunung? Mereka keren koq. Terlepas dari
seperti apa mereka, toh mereka punya sisi yang menarik untuk dipelajari. Ups…salah kata lagi kayaknya, bukan
dipelajari deh, diakrabi. Setiap orang pasti punya sisi baik yang bisa
menjadikan hidup kita berwarna. Bukan melulu dengan orang-orang yang sama rasa
sama warna.
Pelangi itu indah karena berwarna-warni.
Sama halnya dengan hidup kita. Hidup kita indah kalau kita bisa mempercantiknya
dengan warna-warni yang rupa-rupa. Salah satunya dengan berkawan dengan berbagai
macam orang dengan berbagai macam warna dan rasa. Bayangkan saja kalau kita
hanya berteman dengan orang yang itu-itu aja. Huft…hidup ini membosankan
sekali.
So,…
Kagak ada yang aneh ketika seorang yang
“terlihat alim” berteman dengan orang-orang yang celananya banyak jendela
dimana-mana. Kagak salah juga ketika yang ukhti-ukhti berteman dengan mereka
yang uti-uti, ups..salah, maksudnya yang bukan dari kalangan ukhti-ukhti dan
akhi-akhi. Karena berkawand adalah saat kita mencoba melukis langit dengan
warna yang kita bawa masing-masing. Berkawand bearti berukhuwah. Berkawand
bearti menebar benih cinta langit dimuka bumi. Menterjemahkan bahasa cinta
langit menjadi bahasa cinta bumi.
Membumikan
rasa
Sije Preman
Sholihah
Yogyakarta
22 Januari 2012. 21.39 WIB
Tidak ada komentar:
Write Comment