Selasa, Januari 24, 2012

Merah Kuning Hijau Kehidupan


Timur barat utara selatan
Walau dimana kita berada
Hitam putih berwarna ataukah beda lahirnya
Tiada berbeda
Kita bersaudara
Kita satu jiwa
Telah dicipta
Tak lebih dari yang lain
Kita semua manusia
(penggalan lagu “Damai di Bumi”)


Syair diatas adalah potongan lagu “damai di bumi” oleh shafix.  Kelanjutan dari syair itu sebenarnya adalah menyangkut tentang persaudaraan sesama muslim. Tanpa ada pertentangan hanya karena paham dan lain sebagainya. Namun kali ini sije coba menuliskan penilaian syair ini dari sudut yang lain. Tentang persahabatan dan pertemanan.
Suatu kali ada seorang teman bertanya kepada kami (aku dan temanku),
“emang si A itu ikhwan po?”
Aku mengerutkan kening. “Maksudnya?” Aku reflek bertanya.
“koq temenannya sama ukhti-ukhti”
Gubrak….!!!
Jujur dalam hati aku pengen ketawa, untung aku bisa menguasai diri. Pertama karena aku baru pertama kenal dengan orang yang bertanya dan yang kedua aku tak punya jawaban reflek. Akhirnya jawabanku hanyalah pertanyaan balik,
“lha emang kenapa kalau kita berteman?”
Akhirnya dia terdiam, sepertinya pertanyaanku menadi sebuah jawaban baginya.
{}
Adakah yang aneh ketika seseorang yang “terlihat” alim berteman dengan orang yang “tidak terlihat alim”? apakah hanya karena kami berbeda casing, hanya karena kita berbeda cangkang?. Woi…je, emang kita udang? Enak aja lu bilang Cangkang? Hello….
Ups…iya deh, hanya bercanda. Bukan berniat untuk mencari persamaan antara kita dan udang. Yang pastinya beda banget. Soalnya kagak ada sebutan yang lebih mewakilii dari apa yang aku maksud. Ya pokoke gitu lah.
Bukankah setiap orang punya hak untuk berteman dengan siapapun? Apa yang aneh ketika saya punya teman yang pakaiannya u can see? apa yang aneh kalau saya berteman dengan orang-orang yang suka naik gunung? Mereka keren koq.  Terlepas dari seperti apa mereka, toh mereka punya sisi yang menarik untuk dipelajari. Ups…salah kata lagi kayaknya, bukan dipelajari deh, diakrabi. Setiap orang pasti punya sisi baik yang bisa menjadikan hidup kita berwarna. Bukan melulu dengan orang-orang yang sama rasa sama warna.
Pelangi itu indah karena berwarna-warni. Sama halnya dengan hidup kita. Hidup kita indah kalau kita bisa mempercantiknya dengan warna-warni yang rupa-rupa. Salah satunya dengan berkawan dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam warna dan rasa. Bayangkan saja kalau kita hanya berteman dengan orang yang itu-itu aja. Huft…hidup ini membosankan sekali.
So,…
Kagak ada yang aneh ketika seorang yang “terlihat alim” berteman dengan orang-orang yang celananya banyak jendela dimana-mana. Kagak salah juga ketika yang ukhti-ukhti berteman dengan mereka yang uti-uti, ups..salah, maksudnya yang bukan dari kalangan ukhti-ukhti dan akhi-akhi. Karena berkawand adalah saat kita mencoba melukis langit dengan warna yang kita bawa masing-masing. Berkawand bearti berukhuwah. Berkawand bearti menebar benih cinta langit dimuka bumi. Menterjemahkan bahasa cinta langit menjadi bahasa cinta bumi.



Membumikan rasa
Sije Preman Sholihah
Yogyakarta 22 Januari 2012. 21.39 WIB 


    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment