Selasa, Januari 03, 2012

My Spiritual Journey

Sekedar berbagi inspirasi

Sebenarnya tulisan ini telat, harusnya satu tahun lalu pada saat merapi meletus, tapi aku baru dapat feel nya sekarang. Padahal bergelut dengan dunia “merapi” sudah sejak tahun kemarin, tapi entah fell nya baru datang sekarang.

  Sebuah pengantar

 Isenk ikut temen ke daerah di dekat kali gendol (lupa nama daerahnya apa).



 Awalnya hanya berniat untuk mengisi waktu luang, eh ternyata ada banyak yang aku dapatkan disana. Melihat lebih dekat banyak hal, melihat lebih dekat para penduduk yang ada disana. Jauh lebih dekat. Mungkin dulu hanya sebagai perantara, kini sebagai pengamat langsung. Perjalanan kami dimulai dari jam 10.00 WIB, kurang lebihnya jam segitu. Di langit, awan sudah mulai menghitam, aku hanya berdoa, semoga tidak hujan. Tapi sepertinya hujan-hujanan enak juga, udah lama gak main air. Tidak ada yang spesial di perjalanan kami. Biasa aja, mungkin juga karena dulu sebelum merapi meletus, aku sudah sering ke daerah atas (sebutan untuk daerah merapi dan sekitarnya).

Ada satu yang terlupa, aku tak membawa slayer buat penutup wajah, padahal di atas masih banyak penambang pasir yang otomatis akan banyak debu atu pasir-pasir kecil yang berterbangan, mengingat waktu itu hujan belum turun. Dikanan kiri kami sawah membentang luas, ah betapa aku merindukan semua ini. Jalanan sudah menanjak, kami sudah sampai daerah atas. Di kanan kiri hanya ada sawah-sawah yang menghijau. Teduh sekali rasanya melihat semua ini. Tempat yang sempurna untuk menulis (ups..jangan berfikir aku bakal nangkring di tengah sawah cuma buat nulis yak).

  “Anda memasuki daerah bahaya”
Kurang lebih seperti itu tulisan yang terbaca di papan besar di pinggir jalan. Tak beberapa lama kemudian, kami sampai pada kali (sungai) gendol. Waw…its amazing. Takut tapi keren bo!!! Aku mengedarkan pandanganku ke kanan dan ke kiri, tak ada warna hijau, yang ada hanyalah warna tanah, bekas jalur awan panas, tak ada tumbuhan yang hidup. Hanya ada bekas tanaman, ranting-ranting kering yang menunjukkan betapa dahsyatnya apa yang pernah terjadi di daerah ini.

 Jam 11.45 kami sampai di tujuan kami, sebuah bangunan multi fungsi, klinik dan rumah baca. Awalnya bangunan ini sengaja di bangun temen-temen BSMI jogja (Bulan Sabit Merah Indonesia) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait dengan kesehatan, karena di pojok ruangan masih kosong, maka teman-teman pemberdayaan masyarakat BSMI menggunakannya untuk rumah baca “Taman Ilmu”. Wah..banyak tugas yang harus segera dibereskan nih. 

 Sampai pukul setengah tiga, kami beres-beres ruangan, membuat catalog buku, dan merapikan semua buku yang ada disana. Sepertinya masih perlu tambahan buku. Ada yang mau memberikan tambahan buku??? Menjelang pukul 15.00 kami beranjak pulang, mendung sudah menggelayut, langit akan menangis lagi, semoga saja di jalan tidak terjadi apa-apa. 

Kami menyusuri jalan yang kami lewati di awal perjalanan lagi. Klai ini kali lebih pelan, banyak antrian truk yang akan melintas. Berhenti sejenak menunggu barisan truk menjauh. 

 “wah…keren ya pemandangannya” aku menyeletuk 
“iya ya je, beda banget sama daerah atas tadi kan, disini tak ada satupun tumbuhan yang hidup. Semuanya mati, gersang”
 “Allah emang keren, jarak satu centi saja selamat. Selalu saja ada bukti atas semua ini ya”
 “iya, tuh lihat, daerah sana hijau, daerah sini, seluas mata memandang, hanya pasir dan tanah yang terlihat” 

“Allah hanya perlu berfirman Kun, maka semuanya jadi. Hem, makanya kita gak boleh aneh-aneh, macem-macem dijewer sama Allah baru tahu rasa ya. Jeweran Allah pasti lebih mantap” 


 Di sepanjang jalan kami bercerita banyak hal. Langit mulai menangis, hujan muai turun rintik-rintik. Semakin lama semakin deras.

 Sebuah pengalaman bersama Husni Fitri (BSMI Yogyakarta)

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment