Terinspirasi dari tulisan Sinta
Yudisia (Izinkan aku meminangmu)
Bukan dalam rangka ikut-ikutan, hanya ingin menuliskan dengan gaya bahasa seorang SiJe
Bukan dalam rangka ikut-ikutan, hanya ingin menuliskan dengan gaya bahasa seorang SiJe
Aku perempuan yang berbeda dari yang
lain. Percayalah, perempuan sepertiku tidak banyak. Bahasa Inggris menyebutnya
limited edition. Aku langka. Kau jangan tertipu dengan penelitian yang
menyebutkan bahwa jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan.
Aku akui di luar sana jumlah perempuan memang sangat banyak, bahkan banyak
sekali. Tapi, sayangnya tak banyak yang sepertiku. Mungkin kau bertanya-tanya,
kenapa aku begitu berani dan begitu percaya diri untuk mengatakan bahwa
perempuan sepertiku tak banyak. Aku
berbeda, jangan pernah kau menyamakan aku dengan yang lain. Apalagi dengan
perempuan perempuan yang sering kau temui dijalan, yang begitu cantik menggoda.
Aku dan dirimu punya batasan yang
jelas. Dibatasi oleh sebuah rasa cinta. Hanya saja jangan pernah bermimpi untuk
mendapatkan cinta tertinggiku. Perlu kau
ketahui, di tingkat pertama cintaku, ada Tuhanku, ada Robb-ku. Selamanya cinta
ini tak akan pernah tergantikan. Satu level dibawahnya ada sebuah cinta yang
begitu mendalam untuk kekasih Tuhanku, seorang laki-laki, manusia biasa yang
terpilih. Dia adalah nabi-ku. Cinta kepadanya tak akan pernah tergantikan. Aku
mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri. Jangan pernah berharap kau
bisa menggeser cintaku kepadanya. Tingkat ketiga adalah para sahabat nabiku.
Selanjutnya adalah para ulama.
Mungkin kau akan bertanya,”Mana porsi
untukku?”
Aku mungkin bukan seteguh Fatimah RA
yang begitu pintar menyimpan rasa. Menahan rasa dengan malunya yang begitu
tinggi. Aku masih menyimpan sedikit tempat untukmu. Aku masih selalu menyebutmu
dalam doaku. Meskipun hanya seporsi kecil. Jauh dari porsi yang aku sediakan
untuk Tuhanku. Selalu ada harapan, semoga kita dipertemukan dalam cinta
Tuhanku.
Mungkin kau akan berkata, “Masih
banyak perempuan sepertimu diluar. Orang-orang yang juga mencintai Tuhannya.
Apa yang membuatmu berbeda?”
Aku memang bukan perempuan selembut
sekaligus seteguh Siti Khadijah yang siap berjuang dalam kondisi apapun. Aku
memang bukan bunda Aisyah. Perempuan yang paling banyak ilmunya ditengah umat.
Periwayat ribuan hadist. Ditengah
kekuranganku, aku sedang coba menyibukkan diri dengan memikirkan bagaimana
caranya menyelamatkan adik-adikku dari dahsyatnya arus pornografi yang
menyerang umat ini. Menyelamatkan kaumku dari penindasan nafsunya sendiri.
Menyiapkan generasi-generasi terbaik untuk melengkapi barisan dakwah yang masih
berspasi.
Mungkin kau akan bertaya lagi, “Lalu
dimana posisiku?”
Tentu saja masih ada kau dalam
pikiranku. Tapi dalam porsi yang paling sedikit. Aku tak mau tersibukkan dengan
terus memikirkanmu. Itu hanya akan terus mengurangi nilaiku di depan Robb-ku.
Tentu saja aku ingin untuk segera menggenggam tanganmu, berjalan bersama untuk
mengarungi perjalanan memperjuangkan agama ini. Tapi keinginan untuk terus
memikirkan keberlanjutan dakwah ini telah menyita sebagian besar waktuku.
Waktuku terlalu berharga kalau hanya untuk digunakan memikirkan cinta-cinta
picisan. Apalagi hanya untuk membayangkan romantisme-romantisme yang belum
waktunya. Bagiku waktu adalah mata pedang, hanya ada dua pilihan, membunuh atau
terbunuh waktu.
Terkadang aku ingin membunuh waktu,
meskipun sejujurnya aku dan waktu adalah sahabat dekat yang tak akan
terpisahkan. Aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa hidupku terbatasi oleh waktu.
Tapi aku ingin mengalahkan waktu itu. Selama ini kaumku selalu khawatir dengan
cepatnya waktu berjalan. Apalagi saat waktu berkerjasama dengan budaya, yang
selalu mengatakan bahwa umur adalah patokan untuk aku menemukanmu, atau kau
menemukanku. Padahal Tuhanku tidak pernah mewajibkan kita bertemu dalam jangka
umur kepala dua. Rosul saja bertemu Aisyah saat Aisyah masih berumur 9 tahun.
Hal itu sudah cukup membuktikan bukan.
Aku tak ingin menangisi waktuku hanya
untuk menantikanmu datang kepadaku, mengetuk pintu, mengucapkan salam. Apalagi
menghitung detik, menit, jam, hari, bulan, hanya untuk menumbuhkan keresahan
karena kau tak kunjung datang. Aku tak
ingin menggunakan waktuku hanya untuk itu. Waktu terlalu berharga, aku lebih
memilih untuk menggunakan waktuku untuk meningkatkan nilaiku dihadapan Robb-ku,
mencari ilmu sebanyak mungkin. Menulis untuk menginspirasi umat semesta alam. Melengkapi
persediaanku yang belum seberapa. Aku hanya ingin menjadi perempuan dambaan
umat. Bukan perempuan yang hanya didamba seorang laki-laki.
Aku berbeda dengan saudara-saudaraku
yang pernah kau temui. Aku bukan seperti mereka yang setiap hari membicarakan,
mana film korea yang belum ditonton. Aku bahkan tak terlalu tahu nama-nama
artis korea yang sekarang sedang banyak digandrungi. Bukan karena aku tak gaul,
hanya saja, aku pikir itu tak terlalu penting. Tuhanku tak pernah memintaku
untuk tahu semua itu. Aku tak sama
dengan mereka yang setiap bulannya up
date produk-produk keluaran shopie martin. Aku bahkan tak pernah tahu,
produk keluaran terbaru kosmetik Ori
flame. Aku lebih suka up date berita terkini, menambah asupan otakku,
menambah lekukan otakku. Meskipun kalau aku boleh jujur, harus ku akui, aku
ikut bertanggung jawab atas apa yang saudaraku lakukan.
Kau memang tak akan pernah
menemukanku, jalan-jalan di mall, berburu sepatu paling TOP. Aku mungkin tak
selalu on line di dunia maya untuk
mengamati satu persatu fotomu yang keren abis, yang setiap hari membagi
perhatian dan juga nasehat-nasehat yang membuat beberapa hati terlena. Kalau
kau ingin mencariku, cari saja jasadku dalam berbagai tempat pembagian cinta.
Dalam kehidupan yang jarang tersentuh, masjid, perpustakaan, diskusi-diskusi
mungkin. Atau saat ruh dan jasadku terputus, saat Tuhanku turun kebumi, untuk
bertemu dengan doa-doa setiap makhluk-NYA. Mungkin kita bisa bertemu saat itu,
bila frekuensi kita sama.
Aku katakan sekali lagi, aku berbeda.
Aku sangat berbeda dengan yang lain.
Jadi, aku harap kau bisa mengerti,
kalau aku tak pernah menebar senyuman yang begitu manis untuk setiap orang yang
aku temui termasuk dirimu. Aku memang tak akan pernah mengejar-ngejarmu. Bahkan
aku akan cenderung cuek dan tidak terlalu peduli, karena terkadang perhatian
darimu harus dibalas dengan tampang jutek, agar hati kita tetap bersih.
Semakin lama kau mencari-cari orang
yang cantik, orang yang kaya, yang kharismatik, yang up date mode. Semakin lama
pula kita tak akan bertemu, karena kita memang dalam rel yang berbeda.
Kecantikanku hanya sebatas jilbab yang terulur rapi. Kekayaanku hanya sebatas
apa yang aku simpan di otakku.
Aku harap kau bisa benar-benar
mengerti. Sifatku memang tak akan pernah kau temui dari daftar panjang
syarat-syarat perempuan yang sedang kau persiapkan untuk menjadi perempuan
spesial dalam hidupmu. Cantik, kaya, terhormat, darah biru dll. Aku memang tak bisa
memberikan banyak. Orang tuaku bukan orang tua yang kaya. Aku juga bukan
manusia setengah bidadari yang kecantikannya luar biasa. Aku hanya wanita biasa
yang sedang mencoba memperbaiki diri menjadi lebih baik. Aku percaya, Tuhanku
punya yang spesial untukku, mungkin bukan dirimu. Aku terima meskipun itu bukan
dirimu.
Hanya saja, kalau boleh berkata, aku
hanya ingin mengatakan, hati-hati dengan syarat-syarat yang sedang kau
persiapkan. Kecantikan dan dunia memang diperbolehkan sebagai bahan
pertimbangan, tapi itu hanya akan membuatmu semakin pemilih, hingga dititik akhir,
kau akan kehilangan perempuan-perempuan seperti aku .
Ditulis dengan gaya bahasa aku
sebagai kata ganti jamak.
Sije Preman Sholihah
(Siti Nurjannah)
1 komentar:
Write CommentTulisannya bagus Mba,
BalasHapustp porsi cinta buat Orang Tua kok gak ada ya ?