Sabtu, Maret 17, 2012

Untuk Seseorang,“Kau Sedang Mencariku??” (Edisi Perempuan)


Terinspirasi dari tulisan Sinta Yudisia (Izinkan aku meminangmu)
Bukan dalam rangka ikut-ikutan, hanya ingin menuliskan dengan gaya bahasa seorang SiJe

Aku perempuan yang berbeda dari yang lain. Percayalah, perempuan sepertiku tidak banyak. Bahasa Inggris menyebutnya limited edition. Aku langka. Kau jangan tertipu dengan penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Aku akui di luar sana jumlah perempuan memang sangat banyak, bahkan banyak sekali. Tapi, sayangnya tak banyak yang sepertiku. Mungkin kau bertanya-tanya, kenapa aku begitu berani dan begitu percaya diri untuk mengatakan bahwa perempuan sepertiku tak banyak.  Aku berbeda, jangan pernah kau menyamakan aku dengan yang lain. Apalagi dengan perempuan perempuan yang sering kau temui dijalan, yang begitu cantik menggoda.

Aku dan dirimu punya batasan yang jelas. Dibatasi oleh sebuah rasa cinta. Hanya saja jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan cinta tertinggiku.  Perlu kau ketahui, di tingkat pertama cintaku, ada Tuhanku, ada Robb-ku. Selamanya cinta ini tak akan pernah tergantikan. Satu level dibawahnya ada sebuah cinta yang begitu mendalam untuk kekasih Tuhanku, seorang laki-laki, manusia biasa yang terpilih. Dia adalah nabi-ku. Cinta kepadanya tak akan pernah tergantikan. Aku mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri. Jangan pernah berharap kau bisa menggeser cintaku kepadanya. Tingkat ketiga adalah para sahabat nabiku. Selanjutnya adalah para ulama.

Mungkin kau akan bertanya,”Mana porsi untukku?”

Aku mungkin bukan seteguh Fatimah RA yang begitu pintar menyimpan rasa. Menahan rasa dengan malunya yang begitu tinggi. Aku masih menyimpan sedikit tempat untukmu. Aku masih selalu menyebutmu dalam doaku. Meskipun hanya seporsi kecil. Jauh dari porsi yang aku sediakan untuk Tuhanku. Selalu ada harapan, semoga kita dipertemukan dalam cinta Tuhanku.

Mungkin kau akan berkata, “Masih banyak perempuan sepertimu diluar. Orang-orang yang juga mencintai Tuhannya. Apa yang membuatmu berbeda?”


Aku memang bukan perempuan selembut sekaligus seteguh Siti Khadijah yang siap berjuang dalam kondisi apapun. Aku memang bukan bunda Aisyah. Perempuan yang paling banyak ilmunya ditengah umat. Periwayat  ribuan hadist. Ditengah kekuranganku, aku sedang coba menyibukkan diri dengan memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan adik-adikku dari dahsyatnya arus pornografi yang menyerang umat ini. Menyelamatkan kaumku dari penindasan nafsunya sendiri. Menyiapkan generasi-generasi terbaik untuk melengkapi barisan dakwah yang masih berspasi.

Mungkin kau akan bertaya lagi, “Lalu dimana posisiku?”

Tentu saja masih ada kau dalam pikiranku. Tapi dalam porsi yang paling sedikit. Aku tak mau tersibukkan dengan terus memikirkanmu. Itu hanya akan terus mengurangi nilaiku di depan Robb-ku. Tentu saja aku ingin untuk segera menggenggam tanganmu, berjalan bersama untuk mengarungi perjalanan memperjuangkan agama ini. Tapi keinginan untuk terus memikirkan keberlanjutan dakwah ini telah menyita sebagian besar waktuku. Waktuku terlalu berharga kalau hanya untuk digunakan memikirkan cinta-cinta picisan. Apalagi hanya untuk membayangkan romantisme-romantisme yang belum waktunya. Bagiku waktu adalah mata pedang, hanya ada dua pilihan, membunuh atau terbunuh waktu.
Terkadang aku ingin membunuh waktu, meskipun sejujurnya aku dan waktu adalah sahabat dekat yang tak akan terpisahkan. Aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa hidupku terbatasi oleh waktu. Tapi aku ingin mengalahkan waktu itu. Selama ini kaumku selalu khawatir dengan cepatnya waktu berjalan. Apalagi saat waktu berkerjasama dengan budaya, yang selalu mengatakan bahwa umur adalah patokan untuk aku menemukanmu, atau kau menemukanku. Padahal Tuhanku tidak pernah mewajibkan kita bertemu dalam jangka umur kepala dua. Rosul saja bertemu Aisyah saat Aisyah masih berumur 9 tahun. Hal itu sudah cukup membuktikan bukan.
Aku tak ingin menangisi waktuku hanya untuk menantikanmu datang kepadaku, mengetuk pintu, mengucapkan salam. Apalagi menghitung detik, menit, jam, hari, bulan, hanya untuk menumbuhkan keresahan karena kau tak kunjung datang.  Aku tak ingin menggunakan waktuku hanya untuk itu. Waktu terlalu berharga, aku lebih memilih untuk menggunakan waktuku untuk meningkatkan nilaiku dihadapan Robb-ku, mencari ilmu sebanyak mungkin. Menulis untuk menginspirasi umat semesta alam. Melengkapi persediaanku yang belum seberapa. Aku hanya ingin menjadi perempuan dambaan umat. Bukan perempuan yang hanya didamba seorang laki-laki.  
Aku berbeda dengan saudara-saudaraku yang pernah kau temui. Aku bukan seperti mereka yang setiap hari membicarakan, mana film korea yang belum ditonton. Aku bahkan tak terlalu tahu nama-nama artis korea yang sekarang sedang banyak digandrungi. Bukan karena aku tak gaul, hanya saja, aku pikir itu tak terlalu penting. Tuhanku tak pernah memintaku untuk tahu semua itu.  Aku tak sama dengan mereka yang setiap bulannya up date produk-produk keluaran shopie martin. Aku bahkan tak pernah tahu, produk keluaran terbaru kosmetik Ori flame. Aku lebih suka up date berita terkini, menambah asupan otakku, menambah lekukan otakku. Meskipun kalau aku boleh jujur, harus ku akui, aku ikut bertanggung jawab atas apa yang saudaraku lakukan.

Kau memang tak akan pernah menemukanku, jalan-jalan di mall, berburu sepatu paling TOP. Aku mungkin tak selalu on line di dunia maya untuk mengamati satu persatu fotomu yang keren abis, yang setiap hari membagi perhatian dan juga nasehat-nasehat yang membuat beberapa hati terlena. Kalau kau ingin mencariku, cari saja jasadku dalam berbagai tempat pembagian cinta. Dalam kehidupan yang jarang tersentuh, masjid, perpustakaan, diskusi-diskusi mungkin. Atau saat ruh dan jasadku terputus, saat Tuhanku turun kebumi, untuk bertemu dengan doa-doa setiap makhluk-NYA. Mungkin kita bisa bertemu saat itu, bila frekuensi kita sama.

Aku katakan sekali lagi, aku berbeda. Aku sangat berbeda dengan yang lain.

Jadi, aku harap kau bisa mengerti, kalau aku tak pernah menebar senyuman yang begitu manis untuk setiap orang yang aku temui termasuk dirimu. Aku memang tak akan pernah mengejar-ngejarmu. Bahkan aku akan cenderung cuek dan tidak terlalu peduli, karena terkadang perhatian darimu harus dibalas dengan tampang jutek, agar hati kita tetap bersih.

Semakin lama kau mencari-cari orang yang cantik, orang yang kaya, yang kharismatik, yang up date mode. Semakin lama pula kita tak akan bertemu, karena kita memang dalam rel yang berbeda. Kecantikanku hanya sebatas jilbab yang terulur rapi. Kekayaanku hanya sebatas apa yang aku simpan di otakku.

Aku harap kau bisa benar-benar mengerti. Sifatku memang tak akan pernah kau temui dari daftar panjang syarat-syarat perempuan yang sedang kau persiapkan untuk menjadi perempuan spesial dalam hidupmu. Cantik, kaya, terhormat, darah biru dll. Aku memang tak bisa memberikan banyak. Orang tuaku bukan orang tua yang kaya. Aku juga bukan manusia setengah bidadari yang kecantikannya luar biasa. Aku hanya wanita biasa yang sedang mencoba memperbaiki diri menjadi lebih baik. Aku percaya, Tuhanku punya yang spesial untukku, mungkin bukan dirimu. Aku terima meskipun itu bukan dirimu.

Hanya saja, kalau boleh berkata, aku hanya ingin mengatakan, hati-hati dengan syarat-syarat yang sedang kau persiapkan. Kecantikan dan dunia memang diperbolehkan sebagai bahan pertimbangan, tapi itu hanya akan membuatmu semakin pemilih, hingga dititik akhir, kau akan kehilangan perempuan-perempuan seperti aku .

Ditulis dengan gaya bahasa aku sebagai kata ganti jamak.


Sije Preman Sholihah
      (Siti Nurjannah)

    Choose :
  • OR
  • To comment
1 komentar:
Write Comment
  1. Tulisannya bagus Mba,
    tp porsi cinta buat Orang Tua kok gak ada ya ?

    BalasHapus