Minggu, Juli 15, 2012

Rasamu




Rasamu tidak akan berbalas. Tidak. Tidak akan pernah, karena sesungguhnya kau hanya merasai dirimu sendiri.
Kau ingin bercakap dengan dingin dan angin, dengan setangkai mawar merah yang mulai merekah di hatimu, bersama secangkir the hangat yang sudah sedingin rasamu, tetang seseorang.
Seseorang yang mulai berakar di hatimu.

Sesisi hatimu mengingkinkan dia datang,
Mendatangimu dengan pipi bersemu merah
Mengiyakan waktu yang kau janjikan,
Menuliskan dengan tinta emas dihatinya, menuliskan saat, saat kau sudah berani datang
Bersama selembar kertas putih yang ingin kalian lukisi bersama

Sisi yang lain kau mati-matian membunuhnya
Membunuh bayangnya yang menyelimutimu dengan dingin
Dingin yang membekukan hati
Semoga ia pergi dan tak datang lagi, begitu doamu
Agar hidup ini tak rumit.
Karena, sebesar apa rasamu
Khawatir tetap saja merajai
Hingga akhirnya kalian terdampar bersama, menekuri rasa, menghitung setiap waktu yang telah terlewat, menekuri setiap inci perjalanan,
Sisimu yang ini meyakini bahwa setiap kalimat yang kalian katakan akan berubah menjadi deretan kisah abadi, bahwa air mata yang tertumpah akan berlabuh ke samudra biru yang mengharu-biru
Tidak aka nada yang sia-sia, tegasmu dalam hati

Kau melupakan sesuatu,
Hidup meniru filosofi cair, bergerak dan bergerak
Kehidupan itu bukan batu, semesta terus bergerak, berubah dan berevolusi
Seandainya setiap detik bisa menjadi fosil tanpa harus berubah
Betapa relanya kau membatu
Membekukan setiap detik bersamanya

Kau mulai takut
Kau mulai ragu
Saat kau mulai menyadari rasamu tak berbalas
Waktu kau mulai menyadari kalian sudah menjadi “sejarah”
“Sejarah kalian”
Menjadi konsep yang begitu menakutkan untuk kau pelajari
Sejarah yang menuliskan bahwa rasamu sudah menjadi miliknya

Cinta memang butuh dipelihara
Namun, sisi lainnya berkata bahwa cinta hanya mengenal ambil kesempatan atau persilahkan.

Sampai kini pada akhir rasamu,
Tidak ada yang datang mengucapkan selamat tinggal, tidak ada surat perpisahan, tanpa lagu penghibur hati,
Kamu pun tersadar, perpisahan adalah hal paling sepi dalam hidupmu

Suatu saat, mungkin saat kau akan benar-benar melukiskan titik di akhir rasamu
Saat bosan sudah mencapai titik paling jenuh
Sisi hatimu yang selalu menginginkan dia datang akan berteriak
Lihatlah aku, yang selalu merasaimu
Aku, yang selalu berharap menyelami samudra haru biru
Menyelami rasamu yang aku rasakan
Dalam rasa yang tak berbalas.


Gambar pijem gugel

Terinspirasi oleh puisi Dee
Dikolaborasikan dengan kisah seorang sahabat
~Je~

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment