Senin, September 10, 2012

Akhwat Jutek Vs Ikhwan Lebay


credit here
Beberapa waktu yang lalu teman-temanku serempak istigfar saat aku menceritakan sebuah kisah. Ah..bukan kisah lah ya, sepertinya terlalu “nyastra”. Beberapa  kejadian yang aku alami lah. Saat aku menghadapi orang-orang yang waktu itu aku anggap, mulai nyeleneh.

Kejadian 1:
Ada seseorang yang meneleponku  tengah malam. Pada kondisi setengah sadar, aku langsung mengangkat telpon itu,
“Hallo”
Terdengar suara di seberang, suara cowok
“Hallo, koq belum tidur?”
Posisinya pada waku itu, aku tidak mengenal si penelepon, nomornya belum tersimpan di kontak. Tiba-tiba insting jutek ku berbicara,
“Ya iyalah, situ telpon, ya aku pasti bangun”
Hem, kalau aku ingat-ingat kembali. Memang terdengar menyakitkan JJ. (Kelanjutannya tak perlu diceritakan, karena lebih sadis lagi).

Kejadian 2:
Suatu waktu, sije sedang sms-an dengan seorang teman. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba si lawan komunikasi  memanggil sije dengan sebutan dek. Kembali insting jutek yang mengambil alih,

Sejak kapan jadi mas ku?

 Itu sms balasan yang reflek aku tulis.

Sejak kita bertemu kemarin.

GUBRAK!
Ada yang ngajak berantem nih. Batinku dalam hati.

Jangan menambah daftar panjang orang-orang yang ingin jadi mas ku.

Kalimat itu yang langsung aku tulis sebagai balasan.
Huaaaa….ternyata kalau tak pikir-pikir aku jutek sekali.

Melalui blog ini sije mau minta maaf dengan kedua orang diatas, juga untuk orang-orang lain yang pernah aku jutekin dengan cara yang lebih sadis. Tidak ada niatan sedikitpun untuk menyakiti hati orang. Sueer deh. Ungkapan-ungkapan yang akhirnya keluar itu adalah ungkapan reflek, reaksi spontan saat sije merasa sije perlu untuk bertahan. Bertahan dari berbagai macam hal. Terutama dalam hal-hal yang menyangkut wilayah hati. Jujur saja nih, sifat cuek and jutek itu sudah beberapa kali menyelamatkanku J. Makanya jangan pada jadi raja gombal! :P

Siaga Satu Vs Ke-GeEr-an yang berlebihan
Yuk…kita bahas. Waktu-waktu dimana seseorang akan melakukan jurus-jurus pertahanan untuk mempertahankan dirinya. Siaga satu, atau terkadang kita menyebutnya lampu kuning. Seorang akhwat pasti akan tahu waktu dimana ada sesatu yang tidak biasa berada disekitarnya. Termasuk disaat ada orang yang tiba-tiba memberikan perhatian lebih. Bagi orang-orang yang masih “waras” hatinya, tentu akan menganggap perhatian berlebih ini sebagai sesuatu yang tidak wajar.

Percaya atau tidak, yang namanya perempuan dia bisa merasakan bahwa ada yang ganjil dengan orang-orang di sekitarnya. Ada yang memperhatikan misalnya. GeEr menjadi imbas pertama untuk hal ini. Terkadang seorang perempuan akan menjadi luar biasa GeEr ketika tahu ada seseorang yang memperhatikan dia. hal ini yang perlu diwaspadai oleh pada jomblowati. GeEr!!!

Ada yang merasa diperhatikan hingga akhirnya pasang jarak aman. Eh ternyata dia Cuma GeEr yang salah tempat.

Kepekaan seorang perempuan untuk merasakan hal-hal disekitarnya ini ternyata bisa dijelaskan dengan ilmiah. Seseorang yang tertarik kepada lawan jenisnya, secara alamiah akan menghasilkan sebuah hormon yang membuat senang, hormon ini mempunyai sifat seperti obat-obat yang dapat membuat seseorang bisa merasa fly, tenang dan nyaman. Ketika tubuh memproduksi hormon ini, orang yang membuat kita merasa nyaman itu akan merasakan sesuatu yang berbebeda, apalagi bila orang tersebut mempunyai perasaan yang sama. Keduanya akan bisa saling merasakan.  Hal ini berlaku untuk perempuan maupun laki-laki. Maka jangan heran kalau akhirnya ada yang pasang kuda-kuda karena merasa itu adalah waktu siaga satu.

Warning!!!
Tahap ini adalah tahapan selanjutnya setelah siaga satu. Bukan hanya perhatian dalam bentuk saudah makan atau belum, tapi dalam bentuk barang. Misal, tak ada hujan tak ada angin tiba-tiba ngasih kado. Nah ini dia yang harus diwaspadai. Saudara bukan, kakak bukan, adik juga bukan. Eh...hobi banget ngasih hadiah. Kudu hati-hati deh.

“Mau nggak tak kenalin sama bapakku?”

Wew..ini mah sudah bukan hanya lampu kuning euy. Ini mah sudah lampu merah. Kudu STOP, kalau memang belum siap untuk sesuatu yang serius. Menurut beberapa artikel yang sempat tak baca, kalau yang namanya ikhwan sudah mulai lebayatun seperti ini, pasti ada apa-apanya. Sekedar saran nih, tanyain langsung tuh orang, “Apa sih maksudnya?”. Biar jelas sekalian. Kalau memang niatnya jelas mau ngapain, nikah misalnya, kita juga jelas mikirnya. Tolak atau terima. Nah kalau nggak jelas kan kita juga bingung. Nih orang mau nya apa gitu. Jadi diperjelas aja. Tapi, kalau ternyata jawabanne ra mutu, aneh bin ra nggenah, misale,

“Ya, biar kita tambah deket aja”
Atau
“Ya, biar kamu kenal sama orang tuaku aja”

Satu kata untuknya, TINGGALIN, CUEKIN, LUPAIN, ANGGAP DIA NGGAK ADA. Eh, bukan satu kata ya. :D. Sudah bisa dipastiin tuh orang lagi pengen punya pacar, tapi dia tahu pacaran itu nggak boleh, akhirnya jadi menggalau gitu deh. Programnya tiap hari cuma satu, menyebarkan kegalauannya.

And The Last
Please deh say, jangan kepancing sama gombalan ra mutu kayak gitu. Biarin deh dia nganggep kita jutek. Toh cuma  dia aja yang ngira kita jutek. Jangan takut nggak ada yang mau. InsyaAllah masih banyak ikhwan bener di dunia ini. iya nggak wan? JJ. Tidak semuanya seperti itu.

Janji nikah? Yakin tuh orang pasti bohong. Tantang aja dia, kalau memang beneran, suruh menghadap guru ngaji, kalau perlu ngadap orang tua. Kalau dia nggak berani berti dia agen seribu gombal. Oke-oke? Jutek? It`s oke! JJ




    Choose :
  • OR
  • To comment
6 komentar:
Write Comment
  1. Assalamu'alaikum kak sije (?) :D *bingung nih manggilnya apa, hehe*
    aku seneng deh baca artikelnya kak sije, setuju banget! jutek (terutama sama ikhwan) itu sangat diperlukan! B)
    gini kak, aku pengin tanya pendapat kakak. gimana kalo seandainya kita sebagai akhwat itu udah cuek n jutek pas smsan sama ikhwan, tapi malah si ikhwan itu ga suka sama kejutekan kita, gara-gara bahasa sms kita itu jadi 'atos' atau 'keras' atau 'tegas'. mereka tu malah jadi merasa tersinggung tu lho kak, trus pengin bahasa sms kita ga se'keras' itu.
    menurut kakak gimana? apa yang harus kita lakukan? apakah kita harus meminta maaf pada mereka? atau kita tetap bertahan dengan bahasa sms yang jutek nan tegas itu?
    mohon dijawab ya kak, terimakasih banyak =D

    salam kenal,
    Dini

    BalasHapus
  2. Assalammualaikum :)

    Saya ingin sedikit berbagi pendapat..
    Berdasar pengetahuan saya yang minim ini, bukankah kita sebagai muslim sudah selayaknya bersikap baik kepada sesama dan menghindari menyakiti hati?

    Beberapa kali saya menghadapi kondisi seperti ini. Solusi yang saya terapkan selama ini cukup jitu karena selalu berhasil menghentikan gerakan para ikhwan semacam itu. Caranya mudah saja, berinteraksi seperlunya. Gak perlu jutek sih, asal kita sebagai wanita memperlihatkan ketidaktertarikan, mereka akan mundur dengan sendirinya.

    Secara kejiwaan, suatu perasaan--baik berupa rasa suka maupun tidak suka, jika ditanggapi dengan perasaan juga -- rasa suka ataupun benci, memberikan kesempatan untuk berkembangnya perasaan tersebut. Bisa jadi makin suka atau berubah jadi benci. Nah, gak mau kan menciptakan musuh?

    Kalau saya sih, pilih jalan bersikap standar aja. Bicara tetap dijaga baik-baik, seperlunya saja. Yang namanya orang sedang jatuh hati, perasaannya jadi sangat sensitif, pasti kok dia ngerasa kalo kita nya biasa aja :)

    Gampangnya, orang lebih mudah menyerah kalau disikapin datar daripada dijutekin. Pas kita ngeluarin kata-kata jutek, dia bisa melawan dengan balik menyerang kata-kata kita. Jangan salah, ada lho ikhwan yang suka memancing omelan akhwat :p

    Kalau kita nya standara aja, tidak menanggapi pembicaraan dengan topik yang kita rasa 'berbahaya' atau tidak penting, berinteraksi seperlunya, dengan sikap dan tutur kata yang tetap baik, apa yang menjadi masalah?
    Sikap kita tetap terpelihara indah, hati saudara seiman kita itu tidak kita lukai dengan sengaja, sedangkan dia akan menjadi ragu dengan perasaannya dan mundur dengan sendirinya.

    Kalau ikhwannya nekat, ya saya tanya saja, inginnya apa? Saya sih gak mau pacaran, kalo mau sama saya, mintalah pada bapak saya, tapi gak sekarang karena saya masih belum siap :)

    Yang seperti ini lebih indah dan elegan menurut saya. Mohon koreksinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamu'alaikum.
      Saran ana sih akhwat memperlakukan ikhwan sesuai perilaku mereka.
      Yang sopan gak modus, alhamdulillah.... Kitanya juga adem ga risih.
      Klo ikhwannya modus, bentengin diri dikit. Kalo diramahin, saya ada pengalaman mereka malah makin rajin chat, gombal, ingetin sholat pake vn dilembut lembutin. Lho. Apa...
      Kan gak banget.
      Stadium 3? Kalo ikhwan nya kurang ajar bgt, jutekin itu lebih baik dari pada jadi fitnah. Pengalaman buruk ukt, ga jaga jarak jauh jauh malah pernah ada ikhwan nyambet narik dan genggam tangan ana.
      Astagfirulloh. Trauma ana. Jadi ramah dan jutek bisa kita kondisikan ukt. Ramahin kalo mereka tau syariat, jutekin kalo mereka mulai kurang ajar. Bentengi diri sesuai porsi. Hehe

      Hapus
    2. Assalamu'alaikum.
      Saran ana sih akhwat memperlakukan ikhwan sesuai perilaku mereka.
      Yang sopan gak modus, alhamdulillah.... Kitanya juga adem ga risih.
      Klo ikhwannya modus, bentengin diri dikit. Kalo diramahin, saya ada pengalaman mereka malah makin rajin chat, gombal, ingetin sholat pake vn dilembut lembutin. Lho. Apa...
      Kan gak banget.
      Stadium 3? Kalo ikhwan nya kurang ajar bgt, jutekin itu lebih baik dari pada jadi fitnah. Pengalaman buruk ukt, ga jaga jarak jauh jauh malah pernah ada ikhwan nyambet narik dan genggam tangan ana.
      Astagfirulloh. Trauma ana. Jadi ramah dan jutek bisa kita kondisikan ukt. Ramahin kalo mereka tau syariat, jutekin kalo mereka mulai kurang ajar. Bentengi diri sesuai porsi. Hehe

      Hapus
  3. mba anonim (mbak kan ya? hehehhe)

    ini kl yg dihadapi orang normal mbak -_-

    Masalahnya saya banyak menghadapi yg nggak normal, hehehhe, ditanggapi standar dia tetep ngeyel. Dicuekin dia ngejar. nah loh, bingung kan?

    seperti ilustrasi diatas, itu nyata saya alami, kita bahkan baru pertama kali itu berinteraksi, udah berani seperti itu. maka saya memilih jawaban yg titik, biar kawan bicara mati gaya. gitu. kalau sama ikhwan bener, saya kira kita wajib bersikap 'standar' :D

    BalasHapus
  4. Dear dini, Wassalamu`alaikum wr wb,

    Salam kenal sista,

    Hem, gimana ya, jujur ya, Sije pribadi tahu kondisi saat sije 'agak' atos atau bahkan brangasan sama orang. Misal, Sije tidak akan pernah memanggil seseorang dengan kata kamu, pasti pakai kata lain, mas atau mbak bagi yg lebih tua, atau mungkin agak di plesetin jadi mas bro atau mbak bro. Nah, bagi yg seumuran, biasanya pakai kata ganti 'dirimu',. Kata kamu ini hanya akan muncul, kalau sije sudah bertanduk atau bertaring :D. Kalau sudah seperti ini, sije membiasakan diri untuk membaca ulang sms-sms yang tadi terkirim, jadi sije tahu, itu tadi yg dikirimin 'nyelekit' apa gk. Biasanya sih nyelekit hehehe, langkah pertama Sije langsung minta maaf. Kalau memang dia merasa sakit hati dg kata-kata kita, InsyaAllah dia balik ngritik, didengerin saja. Habis itu baru lah kita ganti kasih masukkan. Kalau selama ini, dia tuh bla...bla...bla.. intine jangan jadi ikhwan lebay.

    Tapi terkadang ada juga yang saat kita minta maaf, dia bilangnya, "iya gpp koq, aku nggak tersinggung". Jangan seneng dulu, tetep siaga. No kompromi buat gombal gombel!!

    Seperti yg mbak anonim (gk ada namanya :( )diatas bilang, standar saja. urusan GR itu urusan dia. urusan kita, cukup berbuat baik dengan semua orang.

    Righ? :)

    BalasHapus