Perempuan. Itu bukan
jebakan. Bukan kutukan. Bukan pula penuh dengan batasan. Ini tak boleh. Itu tak
boleh. Pamali katanya. Gak elok, kata orang jawa. Terlepas dari apapun itu,
justru seringnya kita sendirilah yang menghalangi diri kita sendiri, terutama
para cewek. saat ada pekerjaan yang agak berat, panjat pohon misalnya,
bilangnya itu kan pekerjaan laki-laki. Namun, kalau ada yang menurut kita cukup
enjoy, bilangnya emansipasi. Lah…mana yang bener?
Perempuan?
Perempuan itu bukan sekedarbawaan lahir, it`s mean
dilahirkan sebagai seorang perempuan. bukan juga tentang perasaan. Saat kita
merasa diri kita perempuan, maka kita perempuan. perempuan itu kesatuan dari keduanya. Fisiknya
iya, feel-nya juga iya. Masalah feel, itu tergantung apa yang kita pikirkan koq. Saat kita berpikir kita ini
perempuan (meskipun agak maco) kita tetap saja perenpuan. Namun, berbeda ketika
kita sudah berpikir kalau kita adalah laki-laki, maka kita sedang berusaha
untuk menembus batas dari apa yang boleh kita lalui.
Menurut kbbi, perempuan
adalah orang (manusia) yg
dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Cukup jelas dan tegas,
ketika seseorang itu bisa hamil, melahirkan dan menyusui maka dia adalah
perempuan. definisi ini tentu saja tidak bisa diterapkan kepada wanita yang
diberikan anugerah tidak bisa mempunyai keturunan (mandul).
Perempuan
itu bukan jebakan, bukan kutukan
Seperti yang kita bahasa diatas. Kita sering memeberikan batasan
terhadap diri kita sendiri. perempuan itu begini, begini dan begini. Jarang yang
unlimited. Tidak boleh ini, itu. Padahal sebenarnya dia mampu untuk melakukan
hal-hal tersebut. Kali ini kita ambil beberapa contoh. Misal hobbi naik gunung,
seringnya seorang perempuan membatasai dirinya sendiri. Tidak kuatlah,
lemeslah, dan berbagai alasan lainnya. contoh lain lagi, olahraga bela diri. Kebanyakan
dari kita menganggap itu adalah olahraga laki-laki, padahal kita juga perlu
membekali diri dengan ketrampilan bela diri ini.
Saya menyebutnya sebagai perempuan yang terjebak dengan status
keperempuanannya. Mereka yang mengaku perempuan namun menjadikan status
perempuan sebagai sebuah benteng untuk menutup diri dari luar dengan berbgaia
lasan keterbatasan. Saya pernah menemui
perenpuan yang seperti ini, kita sebut saja bunga (saya sudah lupa namanya). Dia
perempuan yang cantik, cantik dalam arti wajahnya cukup ayu untuk
dipandang. Namun, dia membatasi dirinya
sendiri. Saat itu kami sedang makan bersama beberapa orang, ada tiga orang
laki-laki dan sekitar sepuluh perempuan. Saat makanan penutup diberikan (buah),
dengan gayanya yang waow, dia bilang ke salah satu laki-laki yang ada diantara
kami,
“eh, tolong kupasin buahnya donk! Takut lengket tangannya.”
Saya yang kebetulan ada disampingnya geleng-geleng. Gimana mau
emansiapasi, kalau ngupas buah saja masih dikupasin, hanya gara-gara takut
lengket. Ini mah namanya lebay. Berlebihan!
Hal tersebut tentu saja karena dia perempuan, coba kalau dia
laki-laki, saya pikir dia tidak akan minta dikupasin. Hal itu terlalu memalukan kalau dilakukan
oleh seorang laki-laki. Hal-hal seperti ini yang membuat kita para perempuan
akhirnya dapat ‘predikat’ lemot, lemah, dan lain sebagainya. Padahal tidak
seperti itu juga.
Sekali lagi, menjadi perempuan itu bukan jebakan, bukan kutukan. Kita
hanya perlu untuk memaksa diri kita untuk sedikit bergerak membuktikan banyak
hal yang bisa kita lakukan. Bukan hanya menunggu, tidak cukup hanya mengeluh
dan selalu meminta tolong. Kita perlu untuk melatih diri untuk mandiri terhadap
beberapa hal, bukan melulu mengandalkan bantuan orang lain.
Mejadi perempuan itu artinya menjadi spesial. Karena perempuan selalu
spesial bagi siapapun. :D
Sekali lagi tentang
perempuan
Tidak ada komentar:
Write Comment