Rabu, Maret 20, 2013

Perawan "tua" dan waria

Credit here
Apa hubungannya?

Ya tentu saja mereka nggak punya hubungan apa-apa. Jangan kira dia punya hubungan kasih yang nggak bisa dipisahkan. Jangan pula kau kira ada perempuan tua yang  putus asa dengan laki-laki, lalu mencari waria. Tapi, bukankah waria juga laki-laki (?).

Perawan "tua" dan waria

Saya pikir tergantung siapa yang mengalaminya, bagi anak kuliahan umur 24 tahun bisa jadi masih merasa cukup  muda, karena hampir sebagian besar temen-temannya masih lajang. Tapi bagaimana dengan mereka yang hidup di desa, yang setiap hari hanya berkutat dengan pekerjaan yang mungkin nggak seberapa. Mereka harus bermental baja, kalau di umur yang sekian itu belum menikah. Bisik tetangga, desakan keluarga, belum lagi keinginan pribadi untuk segera menikah. Tapi bukankah menikah itu nggak semudah itu? Meskipun sebenarnya mudah saja bagi seorang perempuan untuk menikah, asalkan mau dengan sembarang orang. Tapi bukankah menikah itu bukan ritual yang sembarangan. Dan itu tentu saja bukan sekedar ritual.


Banyak (sekali) yang mengatakan bahwa jumlah perempuan kini lebih banyak dari jumlah laki-laki. Lalu akhirnya, perempuan dijadikan solusi untuk semuanya. Satu-satunya cara agar nggak banyak perempuan yang terlambat menikah (sekali lagi terlambat dan tidak itu relatif) atau bahkan tidak menikah sama sekali, adalah dengan poligami. seolah itu menjadi solusi tunggal yang harus dilakukan.

Tulisan ini terlepas dari pandangan saya terhadapa poligami, dengan tujuan agar tidak menyalahi syariat. Bagaimanapun menyebut poligami sebagai sunnah, itu bukan hal yang mudah dan saya pikir itu bukan ranah saya. Ilmu saya tidak setinggi para ulama yang sudah mengkaji itu lebih lama.

Kembali ke tema, apa iya poligami menjadi satu-satunya solusi? Lupakah dengan banyaknya laki-laki yang lebih memilih untuk tidak menyukai perempuan dan mereka lebih memilih untuk menyukai sesama jenis?

Juga tentang mereka yang hanya berani menyukai atau bahkan mencintai, tapi hanya berani membayangkan, nggak berani melangkah. Atau, pernahkah ada yang memikirkan, bahwa setiap perempuan itu mencari yang sekufu. Bukan asal ada yang berani maju mengajak menikah lalu diiyakan. Bukan hanya karena seorang laki-laki mengajaknya menikah bukan pacaran lalu dia harus diterima. Ini masalah surga dan neraka bagi seorang perempuan.

Saya lebih sepakat perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki ini dilihat dari segi kualitas, bukan kuantitas. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa pada kenyataannya masih banyak perempuan yang lebih berkualitas dari pada laki-laki. Hingga akhirnya banyak laki-laki yang merasa diatas awan, menganggap bahwa mereka pasti ada yang memilih.

Lalu, kalau sudah begini apa iya hanya ada satu solusi itu?


Sebuah pemikiran yang sangat singkat yang pasti tidak sempurnah hasilnya. Maaf untuk penggunaan kata waria. Adakah kata lain yang lebih pas dan sopan? Tentu saja yang bisa menggambarkan dengan sama. Kalau ada akan saya ganti judulnya.


    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment