Minggu, Juni 16, 2013

Itulah kenapa kami istimewa


Credit here
Bentar, bentar kami? Hello, nggak usah se-PD itu kali Jee. Wkekekeke. Maklum ye, PD saya emang berlebih, jadinya ya begini. Semua diakui, hehe. 

Dua tahun yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman. Namanya..ah sepertinya tak perlu saya sebutkan. Biarkan saya saja yang tahu. Kami pernah dalam satu lingkaran (bukan lingkaran rahasia lho). Saling tahu lah. Tapi entah ada apa muncul jeda antara kami. Sekian lama nggak bertatap muka. Ceritanya saya kepo nih, tak bukalah FBnya.
Semua terhenti sejenak, hingga jarum jam pun enggan beranjak.

Bertunangan.

Satu kata itu sudah cukup untuk menterjemahkan seperti apa dia sekarang. Semudah itukah luluh? Terbuat dari apakah hatinya, hingga semudah itu melumer. Melting hanya gara-gara kata, Aku mencintaimu , atau kata yang lebih halus dari itu.
Dilain hari, aku bertemu dengan temanku yang lain.

“STOP!, ikuti motor itu!”

Sebuah motor satria (pengen punya motor ini #tsaahhh). Ada dua orang diatasnya. Aku mengenal keduanya. Dua adikku. Putra dan putri. Bukan saudara sedarah ataupun seayah. JLEB. Kakak macam apa saya ini.

Beberapa waktu kemudian.

Saya nggak terlalu mengenal dua orang ini. Hanya sekedar tahu. Oh..ini saudara saya. Dulu kami pernah bertemu dalam beberapa forum. Tapi itu pun juga nggak mendekatkan kami. Hanya sekedar kenal. Nggak lebih.

Seorang akhwat (sekilas terlihat dia sedang berproses) dan seorang ikhwan (kalau dia layak disebut begini). Saling memberikan harapan, hingga menguatkan. Mereka bukan sedarah, bukan pula seayah. Belum ada akad antara mereka.

Rasanya ingin sekali bertanya kepadanya (perempuan), “Oh, Cinta, semudah itukah kau luluh?”

Karena kita istimewa

Ide penulisan ini muncul saat melihat yang berguguran di tengah jalan. Sebabnya bukan karena berbeda rasa dalam dakwah. Bukan berbeda kata dalam fikrah. Tapi karena persamaan rasa dalam…dalam apa ya. Hatikah? Atau hanya sekedar diawang-awang?
Saya belajar dari seorang teman. Dia pernah mengatakan, “Kita itu istimewa, wajar saja kalau banyak yang menginginkan.”

Nyess banget kata-katanya. Jadi pengen bikin tameng, biar selalu terjaga.
Bukan hanya seorang laki-laki yang baik yang menginginkan perempuan yang baik. Bahkan seorang preman sekalipun ingin ibu yang terbaik untuk anaknya. Coba, mana ada laki-laki sebejat apapun, sebiadab apapun yang ingin anaknya diasuh oleh perempuan yang tidak baik. Nggak ada kan. Pasti setiap laki-laki ingin yang baik. Nah, permasalahannya adalah, bagaimana seorang perempuan baik harus bersikap?

Sudah tertulis sebuah batasan. Perempuan baik untuk laki-laki baik, begitu pula sebaliknya. Kita nggak perlu berdebat tentang ini kan?

Sakit rasanya kalau melihat mereka yang baik, harus bertemu dengan yang mungkin baik, 
diwaktu yang tidak baik.  Semuanya harus baik, perempuannya, laki-lakinya dan tentu saja waktunya. Biar berkah.

Ayolah cantik, kuncinya ada di kita. Kalau kita menutup pintu dan menguncinya dengan baik, pasti nggak ada yang bisa masuk. Kecuali yang memang sudah engkau ijinkan dan tentu saja Allah ijinkan. Hmm, jadi ingat kata seorang teman. Dia begajulan. Dengan entengnya dia bilang.

“Tenang aja mbak, cowok itu kalau cari pacar emang yang cantik, yang buka-bukaan. Jadinya bisa have fun. Tapi kalau untuk masalah istri. Kita tahu kok. Cari yang baik.”

“Dasruuunnn!! Ra mutu! :p”                                                                                                               Senorita

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment