Selasa, Juni 17, 2014

Media Hari Ini


Bukan hanya tentang medianya saja. Tapi juga tentang penikmat berita. Saya merasakan pilpres tahun ini sangat tidak manusiawi. Entah! Saya rasa-rasanya tidak bisa menjelaskannya. Kenapa? Karena media yang seharusnya jadi tengah yang obyektif justru malah menjadi pihak yang berseteru.

M*tro TV, TV O*e, T*mpo, dll. Ah sudahlah, kita secara tidak langsung sudah sepakat dan sepaham kalau media-media tersebut mulai tidak waras. Apapun! Demi sesuap nasi! Apapun yang penting dia menang! Begitukah? Lupakah dengan para pejuang media yang hilang bahkan mati tak tahu rimbanya. Pasti mereka menangis melihat media saat ini yang begitu tidak rasional.
Tentang M*tro TV, disetiap beritanya hanya ada satu tokoh sentral yang diberitakan. JOKOWI. Tidak percaya? Silahkan lihat sendiri. Semua tentang JOKOWI jadi berita. Bahkan hal tidak penting pun diberitakan.

TV O*e kurang lebih sama. Hanya lebih manusiawi. Masih ada berita-berita lain yang dibahas. Wait! Saya bukan timses Prabowo. Saya tidak membela TV O*e. But it’s real. Silahkan bandingkan sendiri. Tapi sebelumnya kosongkan dulu prasangka.

Media cetak dan online pun tidak kalah “gila”. Sangat telihat siapa memihak siapa. Belum lagi akhir-akhir ini muncul media baru yang abal-abal. Main comot sana comot sini memoles berita. Urusan itu benar atau tidak, itu urusan belakang. Rating naik, capres unggulan eksis di media. Cukup! Oh, tunggu, tentu saja asal perut dan dompet menebal.

Parahnya banyak mahasiswa dan mantan mahasiswa yang mulai kehilangan idealismenya. Membela mati-matian capres yang diusungnya. Share semua berita yang dia dapat. Urusan media itu valid atau tidak, bukan soal. Urusan umur media itu seumur jagung, bodo amat. Oh man! Kalian orang-orang yang sudah pernah mengenyam pendidikan mamen! Tidak adakah bedanya dengan yang tidak pernah belajar retorika? Tidak adakah bedanya dnegan yang tidak belajar ilmu komunikasi massa? Kamu tidak bodoh! Hatimu tidak buta!
Kalau mereka yang terdidik saja masih serampangan ambil berita, bagaimana mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Ketika mereka yang punya tugas mencerdaskan masyarakat justru malah membodohkan dirinya sendiri.

Ini bukan tentang siapa yang kita pilih. Tapi tentang apa yang kita sampaikan kepada orang lain. Kebenarankah? Kebohongankah? Berita validkah? Abal-abalkah? Tentang apa saja yang menjadi pemberat kita dalam bertanggungjawab kepada siapapun.

Menjadi Penikmat Media yang Baik
Banyak diantara masyarakat kita yang tidak mau ambil pusing tentang berita. Selama itu menguntungkan dan memihal dirinya (atau idealisme yang dia yakini), langsung percaya begitu saja. Urusan itu salah itu urusan belakang. Padahal kalau kita mau sedikit saja mencermati apa yang terjadi di masyarakat kita bisa tahu, minimal bisa menilai dengan baik dan obyektif.

Kita ambil contoh satu, banyak media baru yang tetiba muncul saat pilpres ini. Blablabla.com, ini.com, itu.com dll. Sebagian besar mereka memihak kepada salah satu calon. Karena memang tujuan dibuatnya media ini adalah untuk mengunggulkan salah satu calon.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai penikmat berita? Pertama, pastikan berita itu dikelola oleh orang yang baik dan tahu betul tentang kode etik jurnalistik. Kedua, cek berapa umur media itu. Media yang baru muncul saat ada momen tertentu dan beritanya memihak, perlu diwaspadai. Ketiga, biasakan kroscek. Jangan langsung percaya. Keempat, cari media pembanding. Kumpulkan berita yang sejenis dari media lain. Kelima, biasakan diskusi dengan orang yang sudah terukti berwawasan luas dan obyektif. Mereka yang berwawasan luas biasanya tidak akan langsung menjawab kalau tidak tahu. Mereka akan memilih menjawab “tidak tahu”. Dari pada asal biacara. Kalau sudah jelas beritanya benar, baru disebarluaskan.

Nah, Yuk jadi penikmat berita yang baik.

Senorita
1431|170614


    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment