Selasa, Februari 17, 2015

Karena Bidadari Harus Bisa Melindungi Diri

Credit here
Ini sudah kesekian kalinya saya menuliskan tema ini. Bukan karena ingin mengulang tema. Juga bukan gegara kehabisan bahan ide tulisan. Tapi, sepertinyanya kemampuan bela diri akan menjadi kebutuhan primer. Terutama bagi perempuan. 

Beberapa waktu terakhir ini ada kasus yang membuat kita miris. Seorang siswa SD laki-laki  melakukan tindakan kekerasan kepada teman perempuannya. Parahnya adalah, ini terjadi di dalam kelas, disaksikan teman-temannya yang tidak hanya diam tidak berani membela. Banyak yang menyoroti tentang kekerasan yang dilakukan. Saya menyoroti dari sudut lain, bahwa anak perempuan harus diajari cara membela diri sedari kecil. Bukan untuk membalas, tapi untuk menjaga diri. 

As you know, perempuan menjadi salah satu target empuk kejahatan (secara umum). Hingga akhirnya istilah korban mejadi teman setia para perempuan. Berbeda dengan laki-laki yang dianggap bisa lebih menjaga diri (sebenarnya tidak semua laki-laki sih). Analoginya begini, kalau laki-laki paling parahnya dibunuh. Mati. Selesai. Kalau perempuan, pun akhirnya dibunuh, sering ada pengantarnya. Mulai dari dirampok hingga diperkosa. Parahnya disini, kalau diperkosa lalu hamil? Buntutnya jadi panjang.

 Herannya, dengan berbagai macam kejadian yang muncul di masyarakat masih banyak masyarakat kita menganggap ilmu bela diri itu tidak penting. Apalagi bagi perempuan. Perempuan yang dianggap makhluk halus dan lemah lembut dianggap tidak ‘elok’ kalau belajar bela diri. Masih banyak orang tua yang melarang anak perempuannya untuk belajar bela diri. Alasannya klise, takut anaknya tidak feminim. Duh rek, nggak ada hubungannya kali antara feminim dan bela diri. Tidak hanya para orang tua, perempuan (akhwat) pun banyak yang menganggap hal ini tidak penting. Pernah suatu ketika saya mengajak seorang teman untuk join latihan sebuah komunitas bela diri khusus perempuan. Jawabannya, “nggak ah, nggak feminim.” Wew, saya jadi merasa kurang perempuan. #benerin jilbab #pasang bros kupu-kupu.


 Dari sini akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan, kenapa selama ini banyak yang menganggap perempuan itu lemah. Ya, karena perempuan tidak mau menguatkan dirinya sendiri. Merasa menjadi makhluk yang paling berhak dilindungi, lantas melupakan kewajiban untuk bisa melindungi sendiri. Padahal, belajar bela diri dasar bukan melulu belajar menendang samsak. Kalau malu harus angkat-angkat kaki, ada beberapa cabang bela diri yang menggunakan ketangkasan tangan kok. Jadi, menjadi tidak feminim sepertinya bukan alasan yang tepat juga. Minimal kita belajar teknik-teknik bela diri sederhana.


 Kalau di Jogja, kita mengenal tifan khusus perempuan. Latihanya di (sensor). Ada juga aikido khusus perempuan, latihannya di (sensor juga) :D. Bagi yang masih mentoleransi penggunaan celana, bisa gabung taekwondo atau karate di UNY atau UGM. 

Beberapa waktu terakhir ini di Jogja sering muncul isu yang tidak mengenakkan utamanya tentang keselamatan di waktu malam hari. Mulai dari ulah oleh pemuda-pemuda tertentu, pemalakan, hingga muncul kelompok yang menamakan dirinya sebagai kyan santang. Oii…saya kira itu hanya judul film. Ternyata ada didunia nyata.

 Buat kamu-kamu yang masih ogah-ogahan gabung dengan komunitas beladiri, ada beberapa tips nih. 

1. Lengkapi diri dengan alat pengaman Alat pengaman disini nggak harus pistol atau golok. Bisa menggunakan jarum pentul, gunting kecil, pisau kecil atau pisau lipat, payung, minyak wangi semprot, pulpen yang ujungnya runcing dan kuat, dan lain sebagainya. Tahu kan gunanya? Pastikan alat-alat tersebut mudah dijangkau tangan.

2. Perhatikan pakaianmu

Pemerkosa akan cenderung memilih korban yang mudah dilucuti. Biasanya mereka sudah bawa bekal berupa gunting untuk menggunting baju. Mereka akan cenderung menjauhi perempuan yang berpakaian lengkap atau membawa alat yang bisa digunakan untuk membela diri (misal payung yang ujungnya runcing). Selain pakaian, perhatikan sandal atau alas kaki. Kalau hanya untuk bepergian santai, gunakan alas kaki yang multifungsi. Kalau saya lebih nyaman menggunakan sandal gunung merk tertentu yang kira-kira mantap buat menginjak jempol orang atau ya minimal bisa mbenjolin kepala kalau ditimpukkin ke orang. Duh, berasa preman nih. # tutup muka.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, biasanya pemerkosa menjadikan rambut sebagai target. Rambut yang terurai, disanggul dan sejenisnya mudah ditarik. Jadi, pakailah jilbab. # promosi

Oh iya, ada yang hobi pakai rok atau gamis? Please, pilih rok lebar atau gamis yang bawahnya lebar. Hingga memungkinkan untuk melakukan teknik bela diri (baca: menendang) atau minimal gampang buat dipakai lari. Tidak lupa, tetap gunakan celana panjang untuk double. 


3. Apa yang harus dilakukan bila:

a. Jilbab kita ditarik

Sebelumnya, pastikan apa yang kita gunakan aman. Kalau saya menyarankan gunakan jaket untuk menjaga jilbab tetap pada tempatnya. Tidak bisa ditarik. Saya sudah beberapa kali mendengar kisah ada perempuan muslimah yang dibuka jilbabnya secara paksa oleh orang yang tidak dikenal. Posisinya memang jilbabnya mudah dilepas dengan sekali tarik. Pastikan sematkan satu atau dua peniti untuk menyatukan antara jilbab dan baju. 

Tapi kalau sudah terlanjur dipegang jilbabnya bagaimana? Please jangan panik, jangan lari. Kalau ujung jilbab kita yang dipegang, pertahankan. Rebut dulu jilbabnya sampai lepas baru lari minta pertolongan. Kalau kita langsung lari, itu hanya memudahkah si penjahat untuk menarik lepas jilbab kita. Prinsipnya, jangan sampai jilbab terlepas. Tangan yang memegang jilbab kita kuat? Gunakan kaki. Pecahkan konsentrasi. Bisa dengan injak kakinya. Itulah kenapa sandal yang kita pakai harus nyaman dan kuat.


 b. Kalau dikepung beberapa orang

Pilih salah satu atau dua dari pengepung yang paling lemah. Buat sudut dengannya. Dengan sekali gerak, buat shock therapy. Tujuannya agar terbuka jalan untuk mencari pertolongan. 

c. Kalau ditodong senjata tajam

Kalau posisinya sendiri dan harus melawan. Pastikan posisi sudah benar. Bisa dengan miring. Persempit sudut target atau sasaran. Lalu buang pisau dengan menangkis tangan lawan. Pegang tangan lawan ikuti dengan serangan patahan menggunakan pundak (teknik pengungkit) Bisa juga dengan memutar arah pisau ke arah lawan. Selanjutnya jauhkan atau ambil pisau  lalu ambil langkah mundur/ lari untuk penyelamatan. 

Sebenarnya masih ada beberapa teknik lagi yang perlu diketahui. Misalnya bagaimana cara mengepalkan tangan yang benar untuk meninju, bagaimana mematahkan jari orang dengan cara sederhana, dan lain sebagainya. Tapi kalau dituliskan disini akan sangat panjang. Saya mengambil referensi tulisan ini dari buku ‘Menjadi Muslimah Tangguh’ karya Muthia Esfand dan A. Fathy Farhat Khan dan ingatan masa lalu hehehe. 


Bela diri bukan berarti tidak santun. Bela diri bukan berarti tidak perempuan. Bela diri karena perempuan adalah perhiasan dunia paling indah yang harus terlindungi. See? Bidadari pun harus bisa bela diri. :D 



-SenoritaSije-

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment