Senin, Juli 14, 2014

Yang Terbalik itu Bernama Lembut dan Tegas

Kamu perempuan? Saya pun juga. Kamu muslimah? Saya pun juga. Sampai disini kita sama. Tapi bisa jadi jawaban untuk pertanyaan selanjutnya akan sangat berbeda. Apakah perempuan itu harus lembut? Kalau jawabanmu iya, maka jawaban saya adalah tergantung. Tergantung kepada siapa dia bersikap. Kepada siapa dia bicara, kepada siapa dia bertindak.

Saya menemukan beberapa fenomena yang bisa jadi ini membuat orang berpikir perempuan itu lemah. Dan ini dimulai dari perempuan sendiri. Kali ini kita tidak sedang membahas fitrah bahwa seorang perempuan harus bersama mahramnya ketika bepergian. Kita hanya akan membahas wilayah-wilayah dimana perempuan itu boleh pergi sendirian dalam kondisi aman. Misalnya kuliah, belanja ke pasar dan seterusnya.

Kita memang tidak bisa menafikkan bahwa perempuan dan air mata itu saudara dekat. Setegar apapun seorang perempuan, dia pasti ada waktu untuk bisa menangis. Tapi hanya perempuan cerdas yang tahu dimana dia harus bersikap seperti apa.

Well saya tipe orang yang susah berurutan. Saya lebih suka random. Jadi ikuti saja ya tulisannya akan kemana. Hehehe. Dulu, saya punya seorang teman emm lebih tepatnya kakak angkatan. Cantik. Tapi siapapun yang melihatnya pertama kali kesan yang akan diterima adalah kalem tapi tegas. Kalem tapi cekatan. Apakah dia lembut? Sangat! Tapi hanya kepada perempuan. Bagaimana kepada laki-laki? Tegas! Tanpa kompromi.

Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi disekitar saya sekarang. Justru sebaliknya yang terjadi. Maaf ketika nantinya tulisan ini akan menyakiti beberapa orang. Banyak perempuan-perempuan yang lebih memilih untuk menunjukkan jiwa keperempuannya dari para penjagaannya. Apalagi di era medsos saat ini. Apapun yang kita lakukan bisa dengan mudah kita kabarkan kesemua orang.

Apakah keterampilan perempuan itu penting? Memasak, menjahit, bisa mendidik anak dan sejenisnya? Sangat penting! Sangat! Tapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah perlu kita kabarkan keseluruh dunia bahwa kita itu begini begitu?

Apakah ketrampilan beladiri itu penting? Memanah, berkuda (naik motorlah ya kalau jaman sekarang). Penting! Sangat penting! Tapi berapa persen perempuan yang sadar bahwa ini berkali-kali lipat lebih penting dari pada sekedar belajar untuk berkreasi jilbab? Berapa banyak perempuan yang sadar ini leboh penting dari pada sekedar belajar perpose di depan kamera (untuk dipublish)? Berapa persen perempuan yang mau mempelajari teknik-teknik sederhana penjagaan diri?
Poinnya adalah tentang mana yang lebih penting. Jilbab itu penting dan wajib. Tapi ada batasan yang jelas. Selama itu syar’I dan cukup layak, itu sudah cukup! Karena apa, perintah penggunaan hijab adalah untuk melindungi dan untuk mudah dikenal. Bukan untuk memperindah. Jadi, semua selesai ketika syar’I sudah didapatkan.

Bagaimana tentang penjagaan dan ketegasan? Ini berkali lipat lebih penting dibandingkan dengan kreasi jilbab.  Perempuan itu Allah ciptakan cantik dan menarik. Tanpa kreasi jilbab sekalipun. Dia sudah sangat menarik. Itulah kenapa Allah memberikan perintah jilbab (hijab). Nah, sesuatu yang cantik dan menarik kalau tanpa penjagaan apa yang terjadi? Tidak perlulah menunjukkan kepada setiap orang (terutama laki-laki) bahwa kita itu cantik, manis, lembut dan sebagainya. Jaga itu! Jaga! Jaga! Itu hal yang sangat berharga. Bukan untuk (calon) suamimu. Tapi untuk DIA yang menciptakanmu, yang memperindahmu, yang tidak pernah rela ada makhluknya yang menikmatimu seenaknya.

Jaga! Jaga! Jaga!

Duh kok jadi tegang begini ya. Hehehe. Kenapa saya ambil contoh tentang kreasi jilbab? Apakah ini hukumnya haram dalam islam? Saya tidak tahu pastinya. Tapi yang jelas, ketika justru itu menambah ketidakbaikan dalam diri kita, bukankah lebih baik dihindari? Kalau itu membuat apa-apa yang ada dalam diri kita bisa dengan mudah dilihat, bukankah lebih baik dihindari?

Jadi berkreasi jilbab itu tidak boleh? Boleh, asal tahu siapa yang boleh melihatnya.

Kalau begitu, lebih baik asal pakai kalau pakau baju? Tentu saja tidak. Kita tetap punya tanggungjawab untuk menunjukkan bahwa islam itu bersih dan baik. Tapi tanpa harus menunjukkan hal-hal yang bisa jadi nggak seharusnya dipertunjukkan. Cantik itu bukan untuk konsumsi publik.

Menempatkan suatu hal dengan urutan yang baik. Termasuk kebaikan bukan?

Dapat poinnya? Sebuah keterbalikkan, bukan kelembutan yang harus kita tonjolkan kemana-mana. Tapi penjagaan. Tidak perlu berlembut-lembut dengan laki-laki. Bukan karena dia laki-laki, tapi karena berlembut-lembut kepadanya adalah salah satu celah yang bisa menarikmu. Tegas dan seperlunya. Mereka akan jauh menghargaimu. Bukan menghargai dari ukuran fisik.
Oke ladies, siap untuk tegas dan hanya berlembut-lembut pada yang berhak?

Senorita

0725|14072014

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment