Kamu
perempuan? Saya pun juga. Kamu muslimah? Saya pun juga. Sampai disini kita
sama. Tapi bisa jadi jawaban untuk pertanyaan selanjutnya akan sangat berbeda.
Apakah perempuan itu harus lembut? Kalau jawabanmu iya, maka jawaban saya
adalah tergantung. Tergantung kepada siapa dia bersikap. Kepada siapa dia
bicara, kepada siapa dia bertindak.
Saya
menemukan beberapa fenomena yang bisa jadi ini membuat orang berpikir perempuan
itu lemah. Dan ini dimulai dari perempuan sendiri. Kali ini kita tidak sedang
membahas fitrah bahwa seorang perempuan harus bersama mahramnya ketika
bepergian. Kita hanya akan membahas wilayah-wilayah dimana perempuan itu boleh
pergi sendirian dalam kondisi aman. Misalnya kuliah, belanja ke pasar dan
seterusnya.
Kita
memang tidak bisa menafikkan bahwa perempuan dan air mata itu saudara dekat. Setegar
apapun seorang perempuan, dia pasti ada waktu untuk bisa menangis. Tapi hanya
perempuan cerdas yang tahu dimana dia harus bersikap seperti apa.
Well
saya tipe orang yang susah berurutan. Saya lebih suka random. Jadi ikuti saja
ya tulisannya akan kemana. Hehehe. Dulu, saya punya seorang teman emm lebih
tepatnya kakak angkatan. Cantik. Tapi siapapun yang melihatnya pertama kali
kesan yang akan diterima adalah kalem tapi tegas. Kalem tapi cekatan. Apakah dia
lembut? Sangat! Tapi hanya kepada perempuan. Bagaimana kepada laki-laki? Tegas!
Tanpa kompromi.
Hal
ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi disekitar saya sekarang. Justru
sebaliknya yang terjadi. Maaf ketika nantinya tulisan ini akan menyakiti
beberapa orang. Banyak perempuan-perempuan yang lebih memilih untuk menunjukkan
jiwa keperempuannya dari para penjagaannya. Apalagi di era medsos saat ini.
Apapun yang kita lakukan bisa dengan mudah kita kabarkan kesemua orang.
Apakah
keterampilan perempuan itu penting? Memasak, menjahit, bisa mendidik anak dan
sejenisnya? Sangat penting! Sangat! Tapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah
perlu kita kabarkan keseluruh dunia bahwa kita itu begini begitu?
Apakah
ketrampilan beladiri itu penting? Memanah, berkuda (naik motorlah ya kalau
jaman sekarang). Penting! Sangat penting! Tapi berapa persen perempuan yang
sadar bahwa ini berkali-kali lipat lebih penting dari pada sekedar belajar
untuk berkreasi jilbab? Berapa banyak perempuan yang sadar ini leboh penting
dari pada sekedar belajar perpose di depan kamera (untuk dipublish)? Berapa persen
perempuan yang mau mempelajari teknik-teknik sederhana penjagaan diri?
Poinnya
adalah tentang mana yang lebih penting. Jilbab itu penting dan wajib. Tapi ada
batasan yang jelas. Selama itu syar’I dan cukup layak, itu sudah cukup! Karena
apa, perintah penggunaan hijab adalah untuk melindungi dan untuk mudah dikenal.
Bukan untuk memperindah. Jadi, semua selesai ketika syar’I sudah didapatkan.
Bagaimana
tentang penjagaan dan ketegasan? Ini berkali lipat lebih penting dibandingkan
dengan kreasi jilbab. Perempuan itu
Allah ciptakan cantik dan menarik. Tanpa kreasi jilbab sekalipun. Dia sudah
sangat menarik. Itulah kenapa Allah memberikan perintah jilbab (hijab). Nah,
sesuatu yang cantik dan menarik kalau tanpa penjagaan apa yang terjadi? Tidak
perlulah menunjukkan kepada setiap orang (terutama laki-laki) bahwa kita itu
cantik, manis, lembut dan sebagainya. Jaga itu! Jaga! Jaga! Itu hal yang sangat
berharga. Bukan untuk (calon) suamimu. Tapi untuk DIA yang menciptakanmu, yang
memperindahmu, yang tidak pernah rela ada makhluknya yang menikmatimu
seenaknya.
Jaga!
Jaga! Jaga!
Duh
kok jadi tegang begini ya. Hehehe. Kenapa saya ambil contoh tentang kreasi
jilbab? Apakah ini hukumnya haram dalam islam? Saya tidak tahu pastinya. Tapi
yang jelas, ketika justru itu menambah ketidakbaikan dalam diri kita, bukankah
lebih baik dihindari? Kalau itu membuat apa-apa yang ada dalam diri kita bisa
dengan mudah dilihat, bukankah lebih baik dihindari?
Jadi berkreasi jilbab itu tidak boleh? Boleh, asal tahu siapa yang boleh melihatnya.
Kalau
begitu, lebih baik asal pakai kalau pakau baju? Tentu saja tidak. Kita tetap
punya tanggungjawab untuk menunjukkan bahwa islam itu bersih dan baik. Tapi
tanpa harus menunjukkan hal-hal yang bisa jadi nggak seharusnya dipertunjukkan.
Cantik itu bukan untuk konsumsi publik.
Menempatkan
suatu hal dengan urutan yang baik. Termasuk kebaikan bukan?
Dapat
poinnya? Sebuah keterbalikkan, bukan kelembutan yang harus kita tonjolkan
kemana-mana. Tapi penjagaan. Tidak perlu berlembut-lembut dengan laki-laki.
Bukan karena dia laki-laki, tapi karena berlembut-lembut kepadanya adalah salah
satu celah yang bisa menarikmu. Tegas dan seperlunya. Mereka akan jauh
menghargaimu. Bukan menghargai dari ukuran fisik.
Oke
ladies, siap untuk tegas dan hanya berlembut-lembut pada yang berhak?
Senorita
0725|14072014
Tidak ada komentar:
Write Comment