Kamis, Februari 23, 2017

Urip Iku Urup

Credit here
Hidup itu menyala. Waktu yang hanya terjadi satu kali ini, semoga tak hanya jadi remah-remah bubuk kopi. Yang hanya  dinikmati lalu ditinggal pergi, namun menjadi lebih berarti. Bahasa langitnya, bermanfaat untuk bumi.

Caranya? Banyak. Bagi saya pribadi, empat cara dibawah ini cukup ampuh untuk membuat saya nguripi urip, membumi saat angan-angan melangit. Kembali menjadi manusia ketika jumawa sudah meraja.

Traveling
Bagi Traveling Enthusiast macam saya, selalu gatel kalau ada orang bilang, “Ngapain traveling, ngabisin duit aja”. Kalau lagi cuek, saya jawab, “Nah, duit banyak ngapin ditabung doang” Haha. Tapi kalau lagi sabar, saya biasanya menjelaskan panjang dan lebar.

Traveling itu sebenarnya bukan melulu menghabiskan uang. Banyak pekerjaan-pekerjaan freelance yang bisa bikin kita jalan-jalan tiap bulan. Lah, situ mindset nya kerja itu di kantor sih. :p Ada banyak tawaran dari NGO yang biasanya ditempatkan di suatu tempat hingga sekian waktu. Tahu kan NGO itu apa? Gugling gih kalau enggak tahu #songong.  Enggak jarang juga ada tawaran penelitian ke masyarakat dengan lokasi seluruh Indonesia. Artinya, kita bisa bekerja sambil jalan-jalan. Selama disana dibayarin pula living cost-nya. Nilai plusnya, kita benar-benar traveling bukan sekedar piknik yang terjadwal waktu dan destinasinyanya. Bisa berkenalan langsung dengan masyarakat, melihat Indonesia lebih dekat. Biar kita enggak sombong-sombong amat.

Menulis Buku
Ini cita-cita saya yang hingga sekarang masih jadi rencana. Hehe. Bagi saya pribadi, menulis itu semacam healing. Menyembuhkan. Kata penulis terkenal, tulisan yang baik adalah tulisan yang dimulai dari kegelisahan. Melihat lingkungan sekitar yang tidak kunjung beres, bisa menjadi satu ide tulisan sendiri. Menjadi penulis membuat kita menjadi pribadi yang peka. Sebab ide hanya datang kepada mereka yang mencarinya.
Berbagi
Lahir keduniaa dan terjebak dalam keluarga atau kondisi fisik tertentu, bukan sebuah pilihan. Itu keputusan dari sang maha menentukan. Sekian waktu turut serta dalam kegiatan anak yatim, saya belajar banyak hal. Meskipun disana saya hanya jadi penggembira saja. Anak-anak itu ada yang tumbuh dari rahim ibu yang tak bersuami, atau bersuami yang tega pergi saat anaknya sedang tumbuh gigi. Bagi mereka yang seperti ini, dunia lebih tidak berpihak, banyak donatur yang memang sedari awal inginnya menyumbang untuk anak yatim yang ditinggal mati. Namun… Ah sudahlah.

Untukmu yang masih merasa hidup paling menderita. Sesekali marilah berkunjung dan berbagi untuk mereka. Setelah itu rasakan manfaatnya. Masalah patah hati atau sekedar diingkari janji tidak lebih dari sekedar ampas seduhan kopi.

Menjadi Relawan
Tidak semua orang tergerak menjadi relawan. Bahasa kasarnya ‘tidak ada uangnya’. Ya, menjadi relawan memang bukan sekedar mencari uang. Ibaratnya mewakafkan diri untuk masyarakat. Bukan lagi hitung-hitungan dunia, tapi bagaimana agar semua selamat dan berbahagia bersama. Sebab itu banyak relawan yang menawan #eaaa.

Cara lain? Banyak! Tiap orang punya warna masing-masing. Passion dan kecintaan yang berbeda. Ketika kau yakin, perjuangkan. Sebab kau tahu, para pecinta itu luar biasa.

Sije

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment