Credit here |
Hidup itu menyala. Waktu yang hanya terjadi satu kali ini,
semoga tak hanya jadi remah-remah bubuk kopi. Yang hanya dinikmati lalu ditinggal pergi, namun menjadi
lebih berarti. Bahasa langitnya, bermanfaat untuk bumi.
Caranya? Banyak. Bagi saya pribadi, empat cara dibawah ini
cukup ampuh untuk membuat saya nguripi
urip, membumi saat angan-angan melangit. Kembali menjadi manusia ketika
jumawa sudah meraja.
Traveling
Bagi Traveling
Enthusiast macam saya, selalu gatel kalau ada orang bilang, “Ngapain
traveling, ngabisin duit aja”. Kalau lagi cuek, saya jawab, “Nah, duit banyak
ngapin ditabung doang” Haha. Tapi kalau lagi sabar, saya biasanya menjelaskan
panjang dan lebar.
Traveling itu sebenarnya bukan melulu menghabiskan uang.
Banyak pekerjaan-pekerjaan freelance yang bisa bikin kita jalan-jalan tiap
bulan. Lah, situ mindset nya kerja itu di kantor sih. :p Ada banyak tawaran
dari NGO yang biasanya ditempatkan di suatu tempat hingga sekian waktu. Tahu
kan NGO itu apa? Gugling gih kalau enggak tahu #songong. Enggak jarang juga ada tawaran penelitian ke
masyarakat dengan lokasi seluruh Indonesia. Artinya, kita bisa bekerja sambil
jalan-jalan. Selama disana dibayarin pula living
cost-nya. Nilai plusnya, kita benar-benar traveling bukan sekedar piknik
yang terjadwal waktu dan destinasinyanya. Bisa berkenalan langsung dengan
masyarakat, melihat Indonesia lebih dekat. Biar kita enggak sombong-sombong
amat.
Menulis
Buku
Ini cita-cita saya yang hingga sekarang masih jadi rencana.
Hehe. Bagi saya pribadi, menulis itu semacam healing. Menyembuhkan. Kata penulis terkenal, tulisan yang baik
adalah tulisan yang dimulai dari kegelisahan. Melihat lingkungan sekitar yang
tidak kunjung beres, bisa menjadi satu ide tulisan sendiri. Menjadi penulis
membuat kita menjadi pribadi yang peka. Sebab ide hanya datang kepada mereka
yang mencarinya.
Berbagi
Lahir keduniaa dan terjebak dalam keluarga atau kondisi
fisik tertentu, bukan sebuah pilihan. Itu keputusan dari sang maha menentukan.
Sekian waktu turut serta dalam kegiatan anak yatim, saya belajar banyak hal.
Meskipun disana saya hanya jadi penggembira saja. Anak-anak itu ada yang tumbuh
dari rahim ibu yang tak bersuami, atau bersuami yang tega pergi saat anaknya sedang
tumbuh gigi. Bagi mereka yang seperti ini, dunia lebih tidak berpihak, banyak
donatur yang memang sedari awal inginnya menyumbang untuk anak yatim yang
ditinggal mati. Namun… Ah sudahlah.
Untukmu yang masih merasa hidup paling menderita. Sesekali
marilah berkunjung dan berbagi untuk mereka. Setelah itu rasakan manfaatnya.
Masalah patah hati atau sekedar diingkari janji tidak lebih dari sekedar ampas
seduhan kopi.
Menjadi
Relawan
Tidak semua orang tergerak menjadi relawan. Bahasa kasarnya
‘tidak ada uangnya’. Ya, menjadi relawan memang bukan sekedar mencari uang. Ibaratnya
mewakafkan diri untuk masyarakat. Bukan lagi hitung-hitungan dunia, tapi
bagaimana agar semua selamat dan berbahagia bersama. Sebab itu banyak relawan
yang menawan #eaaa.
Cara lain? Banyak! Tiap orang punya warna masing-masing.
Passion dan kecintaan yang berbeda. Ketika kau yakin, perjuangkan. Sebab kau
tahu, para pecinta itu luar biasa.
Sije
Tidak ada komentar:
Write Comment