Credit here |
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak
baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula.
Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang
baik. (Qs. An Nur:26)
Tentu bukan sekali dua kali kita pernah mendengar ayat ini.
Pada setiap momen walimah, pada setiap momen kajian pra nikah, juga tidak
jarang saat kajian muslimah. Namun, pernahkah ada yang berpikir lebih jauh dari
sekedar membaik untuk mendapatkan yang baik?
Tentang erat hubungan antara ayat ini dengan hadits yang
lain. Bukan hanya tentang sholih atau baik pribadi tapi juga sosial dan
masyarakat. Sedikit menilik kepada ayat diatas, Allah memerintahkan untuk
mencari yang baik untuk yang baik. Sebuah perintah untuk berikhtiar mencari
yang baik. Namun kalau kita mau sedikit memaknai lebih jauh dan lebih dalam,
ada makna lain yang lebih dari sekedar mencari pasangan yang baik untuk diri
sendiri.
Keinginan untuk mendapatkan yang baik akhirnya membuat orang
lain berubah atau mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik. Sebuah ikhtiar
untuk menjadi baik dan merencanakan generasi selanjutnya yang lebih baik.
Sampai titik ini kita bersepakat, bahwa ikhtiar baik adalah sebuah keharusan
bila ingin mendapatkan yang terbaik. Apakah itu berbentuk ridho Allah, atau
yang lainnya.
Sedangkan kualitas baiknya seseorang pun juga harus ada
standarnya, salah satu standar yang secara tidak langsung kita setujui adalah
bahwa manusia yang baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah
Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?”
Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah
adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai
Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau
engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau
menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang
saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku
beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa
yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan
barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka
Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa
yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga
tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak
bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)
Dalam
hadits diatas sangat jelas, seperti apa ciri orang yang baik, orang yang
dicintai Robb-nya, yaitu orang yang bermanfaat bagi orang lain. Ada hubungan
yang jelas disini, mereka yang terus berusaha menjadi baik, salah satu caranya
adalah dengan menjadi pribadi yang manfaat bagi orang lain. Imbasnya, akan
terbentuk masyarakat yang terus membaik.
Maka,
benarlah, bahwa berteman dengan penjual minyak wangi akan membuat kita terkena
wanginya, berteman dengan orang yang baik akan ikut menjadi baik, sedangkan
mereka yang berusaha untuk menjadi baik, juga akan terus berusaha menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain disekitarnya. Sebuah lingkaran kebaikan yang
harus terus diputar.
@_Sije
Tidak ada komentar:
Write Comment