Kamis, Februari 09, 2017

Yang Baik untuk Yang Baik (Pula)

Credit here

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Tentu bukan sekali dua kali kita pernah mendengar ayat ini. Pada setiap momen walimah, pada setiap momen kajian pra nikah, juga tidak jarang saat kajian muslimah. Namun, pernahkah ada yang berpikir lebih jauh dari sekedar membaik untuk mendapatkan yang baik?

Tentang erat hubungan antara ayat ini dengan hadits yang lain. Bukan hanya tentang sholih atau baik pribadi tapi juga sosial dan masyarakat. Sedikit menilik kepada ayat diatas, Allah memerintahkan untuk mencari yang baik untuk yang baik. Sebuah perintah untuk berikhtiar mencari yang baik. Namun kalau kita mau sedikit memaknai lebih jauh dan lebih dalam, ada makna lain yang lebih dari sekedar mencari pasangan yang baik untuk diri sendiri.

Keinginan untuk mendapatkan yang baik akhirnya membuat orang lain berubah atau mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik. Sebuah ikhtiar untuk menjadi baik dan merencanakan generasi selanjutnya yang lebih baik. Sampai titik ini kita bersepakat, bahwa ikhtiar baik adalah sebuah keharusan bila ingin mendapatkan yang terbaik. Apakah itu berbentuk ridho Allah, atau yang lainnya.

Sedangkan kualitas baiknya seseorang pun juga harus ada standarnya, salah satu standar yang secara tidak langsung kita setujui adalah bahwa manusia yang baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

Dalam hadits diatas sangat jelas, seperti apa ciri orang yang baik, orang yang dicintai Robb-nya, yaitu orang yang bermanfaat bagi orang lain. Ada hubungan yang jelas disini, mereka yang terus berusaha menjadi baik, salah satu caranya adalah dengan menjadi pribadi yang manfaat bagi orang lain. Imbasnya, akan terbentuk masyarakat yang terus membaik.


Maka, benarlah, bahwa berteman dengan penjual minyak wangi akan membuat kita terkena wanginya, berteman dengan orang yang baik akan ikut menjadi baik, sedangkan mereka yang berusaha untuk menjadi baik, juga akan terus berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain disekitarnya. Sebuah lingkaran kebaikan yang harus terus diputar. 


@_Sije

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment