Minggu, April 15, 2012

Sekali lagi tentang menikah



Gambar dapet dari blog temen



Menikah...

Yup, kali ini SiJe mau menuliskan tentang menikah. Meskipun belum pernah mengalami sendiri. Semoga ilmu yang diambil dari banyak tempat ini bisa menjadi ilmu yang berguna bagi kita semua.

Tentang menikah,

Beberapa hari yang lalu, SiJe sempat ngobrol ringan dengan seseorang. Membicarakan tentang bulan april yang sepertinya menjadi bulan dengan musim cinta. Banyak yang melangsungkan akad di bulan ini. Bukan hanya para aktivis kampus yan tiba-tiba banyak ynag progresif untuk menikah tapi juga para warga di kampung-kampung. Ada apakah ini? Ah..kita tak perlu memikirkan itu. Ya kan? kita syukuri saja, semakin banyak yang segera menggenapkan dien. Menjadikan hal-hal yang dulu hanya bersifat rutinitas menjadi sebuah amalan ibadah.

Tadi malam secara tidak sengaja, seoran adek cerita. Dia pernah ditanya sama temennya. "Kalau menikah mau lewat jalur apa?" dengan santainya dia menjawab, "Jalur apa saja boleh?". Tentu saja ini hanya sebuah jawaban yang tanpa pikir panjang dan hanya sebuah guyonan.

Tentang BKKBS

Beberapa kelompok tertentu mengenal BKKBS sebagai salah satu jalur untuk mendapatkan pasangan hidup. BKKBS sendiri merupakan singkatan dari Biro Konseling Keluarga Bahagia Sejahtera. Terlepas dari se[erti apa proses yang ada disana. Menurut beberapa teman yang kebetulan mau cerita, mereka lebih memilih untuk tidak melalui jalur itu. Alasannya beragam, dari yan takut, lalu tidak mau menikah dengan orang yang benar-benar baru dikenal dan lain sebagainya. Bagi SiJe, itu bukan masalah. Lagi pula Allah memberikan banyak alternatif untuk itu.

Bagi yang mau tentu saja ada kebaikan disana. Bagi yang tidak mau melalui jalur itu, selama proses yang dilakukan benar dan sesuai dengan syariat, itu juga bukan masalah. Selama itu tidak menyalahi aturan dan ketetapan Allah.

Tata cara yang benar, saya rasa teman-teman sudah banyak referensi tentang itu.

Selama ini di komunitas tertentu sering dianggap aneh ketika seseorang "nembak langsung" orang dimaksud. Anggapan itu tidak sopan dan lain sebagainya masih banyak muncul. Padahal yang dimaksud tembak langsung disini adalah melalu orang tua, tidak melalui nguru ngaji (Murobbi/ah). Beberapa MR, masih menganggap itu sebagai ketidaksopanan, tidak menghargai MR dan lain sebagainya. Padahl seharusnya Ayah lah yang lebih berhak terhadap anak perempuannya, bukan sang MR tersebut.

Kasus lain menyebutkan, ada seseorang yang batal menikah hanya karena MR tidak setuju. capek deh. Hal ini pernah dibahas dalam suatu kajian. Ustadz Sholihun selaku pembicara mengatakan bahwa, pada dasarnya MR itu tidak punya banyak hak dalam mengatur kehidupan MTR (Mutarobbi). Bahkan ketika MTR tidak ijin saat akan menikah, pernikahannya tetap sah. Bagaimanapun Islam tidak pernah menjadikan ijin MR sebagai slah satu syarat wajib untuk menikah. Miris memang ketika masih saja ada MR garis keras seperti itu. Mungkin tujuannya baik. Biar MTR-nya terjaga, hanya saja, kalau sampai membatalkan hanya gara-gara si MR tidak setuju tentu saja ini menjadi hal yang perklu ditinjau ulang.

Beberapa MR ada yang hanya mengijinkan MTRnya menikah dengan yang "satu lingkaran". Tujuannya memang bagus. Hanya saja, bagaimana kalau pada suatu ketika ada kejadian si MTR di pinang oleh yang "diluar lingkaran?". Hal ini pernah SiJe tanyakan kepada seorang MR, dan jawabannya benar-benar mak jleb,

"Ya, silahkan, tetapi saya tidak mau ikut mengawal pernikahan mereka?"

Pada titik ini, SiJe sejenak berfikir, apakah seperti itu yang diajarkan? Hem, tentu saja tidak semua MR seperti itu. InsyaAllah.

Tidak ada yang bisa menjamin kalau yang dipilihkan MR adalah calon yang terbaik. Itu menjadi sesuatu yang relatif. Dalam hal ini SiJe hanya ingin mencoba berbicara kepada setiap mereka yang menjadi MR, bahwa pernikahan adalah sesuatu yan terjadi sekali seumur hidup. So, MTR perlu banyak masukan dari luar, bukan hanya dari para MR saja.

Wallahu`alam:-)

#Hore..nulis serius lagi....:-)

    Choose :
  • OR
  • To comment
1 komentar:
Write Comment