Sabtu, April 14, 2012

Dicari: Ikhwan, GANTENG



Credit here
Semakin banyak tuntutan dakwah yang harus segera dipenuhi dari yang sekedar remeh temeh sampai yang butuh kekuatan ekstra, kondisi dilapangan pun menuntut untuk lebih, lebih bisa bisa melihat, lebih bisa mencermati, lebih bisa berfikir cepat, lebih bisa bergerak lebih cepat tentunya.

Jumlah aktivis dakwah yang cukup banyak tenyata belum bisa menutupi semua tuntutan itu , malah ada beberapa yang terlibat kasus intern pribadinya, ada yang merasa tidak siaplah, ada yang merasa belum pantas lah, ada yang merasa bukan tugasnyalah, ada yang merasa belum punya kapasitaslah dan berbagai macam alasan lain yang kadang membuat kita harus menghela nafas panjang.

Tidak dipungkiri jumlah akhwat yang lebih banyak dari ikhwan membuat banyak hal harus disesuiakan dengan porsinya , artinya jangan sampai hal-hal yang memang menjadi tugas ikhwan kemudian akan dikerjakan oleh akhwat. Beberapa hal yang perlu dicermati salah satunya dalah jam terbang akhwat sendiri (emang burung??), sekarang banyak ditemui akhwat yang pulang malam-malam, alasannya ada syuro` ini syuro itu, rapat ini rapat itu, emang kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), belum lagi harus mengawal adek-adek, harus mengurus dauroh, harus mempersiapkan agenda buat besok, macem-macemlah. 

Satu hal yang perlu digaris bawahi adaalah, mereka para akhwat membawa label komunitas kemanapun mereka pergi, komunitas dakwah, komunitas akhwat, komunitas ADS, komunitas ADK, dan komunitas islam tentunya. Siapa yang bisa disalahkan kalau seperti ini, disatu sisi si akhwat sendiri yang keukeuh untuk melakukan semua itu, disisi lain terkadang si ikhwan sendiri kurang peka terhadap kondisi, perlu di “gedor ” dulu sebelum menyadari apa yang terjadi.

Akhwat militan, akhwat perkasa, sejak kapan kata itu muncul?, pengalaman di lapangan dan dari diskusi dengan beberapa orang tentunya, ternyata ada kesamaan , bahwa ternyata akhwat mengeluh dengan ketidak pekaan ikhwan tersebut, ketidak tanggapnya ikhwan terhadap kondisi tribulasi dakwah, yang katanya sering pelupa, harus diingatkan tiap saat, harus sering di sms tiap saat, bahkan saat si ikhwan berperan sebagai mas`ul, harus sering di ingatkan kalau besok ada undangan. Dan itu berulang terus selama satu periode kepengurusan, kalu tidak datang ke suatau agenda, alasannya “ lha ane g diingatkan” Kadang ada akhwat yang menyeletuk “kita kan bukan sekertaris pribadi mereka” 

Dibeberapa medan akhirnya muncullah akhwat mandiri, bukan bermaksud meninggalkan si ikhwan namun melihat kondisi yang seperti itu menuntut akhwat harus menjadi mandiri. Nah kalau seperti ini, siapa yang disalahkan, kalau jam kerja akhwat selalu tinggi, katanya tidak ta`at jam malam, tapi ??

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, mungkin karena sangat gemasnya, ada seorang akhwat yang berujar , “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu” ujarnya sedih. Nah lho!

Ikhwan GANTENG? Emang masih ada???????

GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Masih adakah ikhwan yang seperti ini? Mungkin ada namun seribu satu, langka dan perlu dilestarikan(he...he... afwan ya wan, bukan bermaksud tapi memang ada maksudnya). Seperti apakan ikhwan GANTENG itu?

1. Gesit
Gesit dalam dakwah tentunya, kondisi medan dakwah yang semakin hari semakin rumit dan kompleks membutuhkan jundi-jundi yang gesit pula, banyak hal yang harus segera ditangani, makanya kita butuh ikhwan yang gesit dan mobilitasnya tinggi. Ada senbuah kisah yang benar-benar membuat seorang akhwat akhirnya lebih sering mengeksekusi sendiri sebuah masalah dari pada menunggu tanggapan si ikhwan.

Dalam sebuah organisasi terdapat beberapa pengurus initi dan salah satunya ada seorang akhwat dan ada beberapa ikhwan, saat itu mereka harus mendatangi sebuah agenda adek-adek dan mereka belum koordinasi apapun, padahal itu sudah satu hari sebelum hari H, dan mereka belum ada persiapan apa pun. Si akhwat berinisiatif untuk menanyakan,lewat sms “aslkm akh gimana besok?”, si akwat menunggu jawaban dari si ikhwan namun menjelang tengah hari jawaban tak kunjung muncul dilayar HP, akhirnya si akhwat sms lagi, hal yang sama pun terjadi. Sampai akhirnya si akhwat sms ke nomor yang lain namun jawaban juga tak muncul, dan hal ini bukan pertama kalinya, sudah sering kali ini terjadi, dan si akhwat sudah hampir putus asa untuk ini, saking gemesnya sama si ikhwan si akhwat nyeletuk “huft...benar-benar pengen tak tinju tu orang.” Wah anarkis nih....

2. Atensi 
Perhatian , posisi si ikhwan yang biasanya di letakkan sebagai mas`ul terkadang membuat si ikhwan harus lebih jeli, mana yang harus didahulukan mana yang bisa ditangani orang lain, namun juga tidak melupakan hubungan silaturahim antara ikhwan dan akhwat,

Suatu ketika di sebuah organisasi ada seorang akhwat yang milad, seperti biasa banyak rekan akhwat yang memberikan ucapan dan doa pun bergulir. Saat itu si pak mas`ul tidak tahu kalau salah satu staff nya milad, akhirnya ada salah satu akhwat yang memberi tahu,

“akh, ukh fulan milad lho, mbok dikirimin sesuatu, doa’kata akhwat tersebut
“o... ya sudah, tolong ane dibuatin kata-kata ya...nanti kirim ke nomor ane”jawab si ikhwan enteng.(nih ikhwan benar-benar g ada rasanya ya....mati rasa kali ya...)
Akhirnya si akhwat ngetik sebuah doa untuk si akhwat yang milad. Dana dikirimkan ke pak mas`ul, dibawah sms nya ditulis,”ini sms untuk ukh fulanah”

Dan tahu apa yang dilakukan si ikhwan?
Dengan Pdnya dia forward sms itu tanpa dihapus pesan dari si akhwat yang membuat doa, malah dikasih tambahan lagi,
“ukh, kata ukh x anti milad dan ane diminta buat sms doa, nih sms nya” seperti itulah yang terpampang dilayar. Ni ikhwan benar-benar...huft.... 

3. No Reason
Untuk kebaikan kenapa harus ada alasan? Terkadang ketidak pekaan ikhwan ini bisa berakibat, hal ini,sifat cuek yang terkadang muncul, misal, itukan bukan tugas ane, sering menjadi alasan. Ya meskipun masih ada ynag tidak seperti itu. 

4. Tanggap
Permasalahan dakwah yang semakin ruwet dan macem – macem ini tetu membutuhkan kader-kader dakwah yang tanggap dan siap siaga terhadap banyak hal. Bukan hanya ikhwan saja yang seharusnya tanggap namun juga akhwat harapannya juga mampu tanggap suasana, mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi yang ada.

5. Empati
Merasakan kegelisahan para jundi-jundinya, terkadang akhwat itu sudah ribut sendiri dengan berbagai macam hal namun si ikhwan bisa dengan mudah berkata “ada apa to?” ah....gedubrak....please donk akh....

6. Nahkoda 
Kaum Adam ditakdirkan menjadi qawwam bagi kaum hawa, dari jaman dulu hingga sekarang. Harapannya meman bukan sekedar pemimpin namun dapat menjadi pemimpin yang bisa diandalkan, yang mampu mengayomi para staff nya jika dalam sebuah organisasi, aau mampu mengayomi keluarganya kalau si adam sudah berkeluarga. Namun ada beberapa kasus dilapangan yang terkadang cukup membuat gemas juga, sifat ikhwan yang cenderung cuek dan mungkin kurang peka ini sering menimbulkan masalah. Dalam hal kecil saja, misal persiapan acara, mungkin karena memang takdir mereka memimpin ,si ikhwan suka main kebijakan, terkadang tanpa tanya dulu kepada para staffnya.
Pernah dalam suatu kepanitiaan , dimana seorang ikhwan jadi ketuanya, dia hampir setiap koordinasi dengan pihak luar pasti berbicara hal yang sebelumnya belum kita sepakati atau belum kita bicarakan. Akhirnya para akhwat yang ada disana lebih berinisiatif untuk selalu mendampingi si ikhwan kalau beliau mau koordinasi.

7. Gentle 
Kalau yang ini wajib, karena tidak mungkin akhwat gentle, meskipun karena tuntutan kondisi terkadang ada juga akhwat yang dapat julukan akhwat gentle, atau bahkan akhwat preman. Apalagi seorang aktivis, bukan karena dia aktivisnya, namun karena tugasnya lebih banyak dari pada orang kebanyakan.

The last is......
Fenomena ketidak-GANTENG-ang ini memang perpengaruh terhadap tribulasi dakwah, dakwah yang seharusnya sudah lima klangkah baru dapat 4 langkah karena hal ini. Semoga semakin banyak ikhwan GANTENG yang akan menjadi qiyadah baik itu dalam lingkungan dakwah maupun masyarakat umum. Karean bagaimana pun mereka terlahir sebagai seorang pemimpin,

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).

InsyaAllah. Afwan kalau ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini, terutama para ikhwan. Semoga bisa jadi ruang untuk saling mengingatkan.Wallahu`alam....
Terinspirasi dari “Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?”

 ADA YANG MAU NULIS “AKHWAT CANTIK??”

    Choose :
  • OR
  • To comment
2 komentar:
Write Comment
  1. emosinya ngalir banget, kaya lagi baca diary,
    beberapa ikhwan emang ada yg kaya gitu, dan emang disitu penyakit ikhwan, MALAS
    sama kaya akhwat, ikhwan juga butuh dimengerti, tapi karena biasanya dua ego ga pernah ketemu, yasudah...
    batas ikhwan dan batas akhwat emang harus ada, dan kondisinya menyesuaikan, karena akhwat itu sebagai pelengkap :)

    BalasHapus
  2. kata siapa akhwat itu hanya sebagai pelengkap? enak aje.... :-P

    BalasHapus