Rabu, Juli 24, 2013

Alur Perayaan Cinta


fitriamaliyahdiazura.files.wordpress.com
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia mencipatakan untuk kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian dan dijadikan-Nya (pasangan hidup), supaya kalian bersakinah kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang bersyukur” QS. Ar Rum ayat 21.

Saya pikir, inilah yang kita punya. inilah manhaj yang seharusnya kita jadikan plot (alur) dalam merayakan cinta. Sedihnya, kebanyakan mereka yang mencantumkannya dengan tinta emas di atas undangan mewah tak menghayati maknanya. Ringkasnya, ada beberapa kata kunci yang saya tangkap dari ayat ini.
1.     Man anfusikum. Dari Jiwa-jiwa kalian. Artinya, hal pertama yang dibicarakan Al Quran tentang pernikahan dua manusia adalah kesejiwaan. Ruh itu, kata Nabi seperti tentara. Jika kode saya, sandinya nyambung, meskipun belum saling melihat mereka pasti bersepakat. Jika tidak, ya tembak dulu, urusan belakangan. Kodenya saja sudah nggak nyambung sih. Nah, apa sih kode dan sandi untuk ruh? Komitmen kepada Allah dan agamanya. Itu saja. Itulah kesejiwaan.

2.    Azwajan. Pasangan hidup. Tak berlama-lama, sesudah kesesuaian jiwa, Al Quran segera mengatakan bahwa mereka menjadi suami istri. Saya tergelitik dengan sebuah pesan yang mengisyaratkan kuatnya komitmen mengalahkan kekanak-kanakan jiwa. “Orang selalu berpikir, bahwa kita harus mencari pasangan yang tepat, maka hubungan akan berhasil. Aku ingin katakana, berhentilah mencari orang yang tepat, dan jadikan orang di samping anda yang memang hebat itu menjadi orang yang tepat!”. Ini mengajari kita menjadi manusia yang lebih tinggi, manusia yang menjadikan, bukan mencari. Ada dua hal di dunia ini. Menikahi orang yang dicintai atau mencintai orang yang dinikahi. Yang pertama hanyalah kemungkinan. Sedangkan yang kedua adalah kewajiban.

3.    Litaskunuu ilaihaa. Suapaya kalian tenteram, tenang, padanya. Unik sekali. Kata hubung yang dipakai adalah huruf lam (li) yang menunjukkan otomatis. Kata Allah, kalau pernikahan dimulai dari kesejiwaan, maka otomatis seorang suami akan merasakan tenteram pada istrinya, dan seorang istri akan merasakan ketenangan pada suaminya. Lhoh, kok banyak rumah tangga tidak sakinah? Mungkin karena tidak dimulai dari kesejiwaan, sehingga untuk sekedar tenteram saja ikhtiyarnya harus luar biasa keras. apa sih sakinah itu? Sederhananya, sakinan inilah yang menyebabkan pernikahan tersebut disebut separuh agama seseorang. Dengannya seorang insane bisa mengoptimalkan potensinya untk menjadi ‘Abdullah (hamba Allah), khalifah (pengelola nikmat-nikmat-Nya untuk kemashalahan alam semesta). Tenteram karena gejolak syahwat telah menemukan saluran yang halal dan thayyib, tenang karena ada sahabat lekat yang siap mendukung perjuangan.

4.    Wa ja’ala bainakum mawaddatan. Kemudian ada yang harus diproses, diupayakan, yakni mawaddah. Apa itu mawaddah? Wah, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memang kekurangan kosakata untuk cinta. Hanya cinta dan love. Padahal bahasa Arab punya empat belas. Nah, saya membandingkan pemaknaan Ibnul Qayyim Al jauziyah terhadap mawaddah dalam buku Raudhatul Muhibbin dengan salah satu jenis cinta yang disebut Erich fromn dalam The Art oh loving sebagai cinta yang erotis-romantis. Nah, ternyata bisa disejajarkan. Jadi mawaddah adalah cinta yang erotis romantic. Bentuknya bisa ekspresi yang paling bathin sampai paling zhahir, dari yang sifatnya emosional hingga seksual. Inilah mawaddah.

5.    Wa (ja’ala bainakum) rahmatan. Yang harus diusahakan bukan cuma mawaddah tapi juga rahmah. Ini juga cinta lho, bukan sekedar kasih sayang. Cinta yang bagaimana? Cinta yang seperti lagu, kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya member tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. He,he, jadi ingat waktu TK. Inilah cinta yang memebri –bukan meminta-, berkorban –bukan menuntut-, berinisiatif –bukan menunggu-, dan bersedia –bukan berharap-harap-. Erich fromn menyebutnya cinta keibuan.

Nah, sekilas inilah alur perayaan cinta yang diturunkan Al Quran. Jika kita mendesain perayaan cinta dnegan plot ini. tanpa bermaksud lancing pada Allah saya berani menjamin bahwa dalam ikatan pernikahan, kita hanya bisa menemukan ‘Bahagianya Merayakan Cinta’.

Nah, kok banyak pernikahan yang error? Biasanya karena plotnya kacau. Pernikahan nggak dimulai dengan kesejiwaan tapi justru mawaddah. Sebelum menikah mereka sudah menikmati cinta yang erotis romantic. Entah apa namanya. Pacaran. TTM. HTS. Semuanya adalah mawaddah. Tanpa sakinah, apalagi rahmah.

Perhatian, kado, bunga, coklat, kedekatan, khalwat, bersentuhan, pandangan. Itu semua mawaddah. Bahkan sms berisi nasehat “Bertaqwalah pada Allah”, missed call tahajud, hadiah buku & kaset nasyid berjudul ‘jagalah hati’, dan seterusnya, itu juga mawaddah. Bentuknya saja berbeda. Yang stau bungan dan coklat valentine. Yang lain buku dan kaset dakwah. Tapi sensani yang dirasakan oleh pemberi dan penerima sebenarnya sama: mawaddah. Demi Allah, silahkan pasang ECG (Electro Caediograph) di jantungnya dan EEG (Elekctro Encephalograph) di otaknya. Sinyal yang dihasilkan persis. Artinya, sensasi yang dirasakan sama.

Nah, hati-hati dengan mawaddah. Biasanya meski engkau wahai aktivis dakwah, memulai dnegan kesejiwaan, coba-coba mencicipi mawaddah sebelum dihalalkan akan mengaburkan kesejiwaan itu dan membuat segalanya berantakan.

-Potongan Artikel Alur Perayaan Cinta. Oleh Salim A. Fillah-

Inilah yang menjadi catatan. Kadang ingin saya katakan kepada mereka, menikah dengan siapa itu nggak penting. Jauh yang lebih penting adalah kita menikah dengan orang yang seperti apa. Maka, jangan dulu tumbuhkan rasa. Lihat dulu orangnya seperti apa. Urusan rasa, itu mudah (selama kita menikah dengan orang yang dekat dengan Rabb-nya).

Percayalah, rasa itu akan mudah tumbuh seiring dengan penerimaan secara ihklas. Dan itu terngantung bagaimana kita menata hati untuk bisa menerima.

Saya punya seorang teman. Dulu, dia pernah mempunyai simpati kepada seorang laki-laki (katakanlah ikhwan). Keduanya saling ada rasa. Tapi Allah punya rencana lain, mereka berdua tidak dipertemukan dalam satu kapal. Teman perempuan saya ini, akhirnya dikhitbah oleh seorang laki-laki yang baik. Dalam Istikharahnya, Allah memberikan jawaban ‘iya’. Sampai hari H pernikahan, teman saya ini menangis. Dia mencoba menghilangkan laki-laki di masa lalunya. Bahkan sampai akad nikah berlangsung, dia masih saja terus menangis.

Tapi, kau tahu, Allah memang maha membolak balikkan hati. Begitu akad nikah selesai, rasa ikhlas itu seolah langsung memenuhi ruangan tempat berlangsungnya akad nikah. Keraguan itu langsung hilang. Pengharapan kepada orang lain langsung menguap begitu saja. Yang ada hanyalah, “Dia, orang yang dengannya, aku harus taat kepada Allah”.

Alur itu, sudah Allah tetapkan. Menyalahi alur, itu artinya menyalahi fitrah kita sebagai manusia. Tanyakan saja kepadanya, segumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah semuanya. Hati. Dia selalu tahu, saat apa yang kita lakukan tidak seharusnya kita lakukan. Hanya saja seringnya kita mencoba membuat alasan-alasan untuk pembenaran.

Maka, masih percayakah dengan janji Allah?

Dengan beberapa proses editing

Endorfin

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment