Rabu, Juni 18, 2014

Prasangka


Pernah ada yang berprasangka kepadamu tanpa ada yang klarifikasi? Bagaimana rasanya?

Tidak perlu dijawab. Saya sering mengalaminya. Saya tahu betul bagaimana rasanya.

Saya berbeda. Lha kenapa malah kayak judul film ya. Entah kenapa, saya sendiri kurang tahu, apa yang membuat saya beda dengan orang lain. Saya tidak mengada-ada. Kadang sayapun tersiksa saat harus berbeda. Ketika banyak orang melihat pada satu titik, saya bisa sangat fokus dengan titik yang lain. Dan ini tanpa sebuah kesengajaan.

Ada seorang teman yang pernah berkomentar,”kamu itu terlalu out of the box”. Terlalu diluar dalam melihat sebuah peristiwa. Keuntungannya saya bisa sangat obyektif, tapi kekurangannya adalah saya bisa sangat tidak peduli orang lain. Keuntungan yang lain adalah saya bisa melihat detail rangkaian masalah yang ada. Tapi kekurangannya kadang saya mati rasa. Saat orang lain merasakan hal yang sama, saya hanya bisa bertanya, Ada apa? Apa yang terjadi? Menjadi sangat tidak melankolis. Tidak bisa menangis saat orang lain meraung. Tapi bisa tidak berhenti menangis saat orang lain tersenyum. Aneh? Emm..saya tidak suka disebut aneh. Hahaha. Satu lagi, ini membuat saya semakin tidak perempuan. Hehehe.

Akibatnya, tidak banyak orang yang cukup bisa mengerti saya. Saya pun kadang bingung how to explain? Bagaimana cara menjelaskan kepada orang-orang disekitar?

Saya sering merasa heran sendiri dengan diri saya setelah mengambil keputusan. Saya sering mengambil keputusan sangat berbeda dengan orang lain kebanyakan. Dan ini membuat konflik dengan sekitar. Apalagi orang-orang yang tidak mengenal saya.

Hal seperti ini sering membuat orang lain berprasangka. Disangka tidak faham, padahal saya sering memehami sesuatu dari sudut pandang yang lain. Yap, itu kurangnya saya. Meskipun kadang jadi sedikit kelebihan. Hehehe.

Tentang Prasangka

Sesuatu yang sering kita hadapi bahkan kita alami. Entah sebagai orang yang disangka atau sebagai orang yang mempersangkai. Bagi beberapa pekerjaan, berprasangka merupakan sebuah keahlian. Seperti pengacara, detektif, psikolog dan lain sebagainya. Tapi bagi orang awam, prasangka atau dzon ini justru malah bisa jadi bumerang.

Menjadi salah satu kebiasaan yang dibudayakan di lingkungan kita. Saat berprasangka, jarang yang mau tabayun atau kroscek. Hingga akhirnya prasangka jadi gossip dan akhirnya membesar menjadi kesalahan yang terebarkan. Sejenis sebuah berita salah yang apabila diulang terus menerus, maka lama-lama berita itu akan mulai mirip dengan kebenaran. Padahal itu sangat salah.

Tahu apa salah kita kalau kita tidak mau tabayun? Kita tidak memberikan hak saudara kita. Padahal sebuah peristiwa selalu ada sejarahnya. Selalu ada sebab musababnya. Tidak selamanya setiap orang punya pilihan untuk berbuat yang melegakan untuk semua orang. Pasti ada satu pihak yang merasa itu kurang pas. Bisa jadi dia sedang butuh bantuan, tapi karena kita tidak mau tabayun, jadinya kita hanya menyalahkan.
Tapi wait! Tidak selamanya si orang yang “mempersangkai” yang salah bersikap. Banyak diantara kita yang sering melakukan sesuatu dengan niat membuat dzon atau prasangka. Bisa jadi, harusnya nggak ada prasangka kalau kita tidak memancing prasangka. So, hati-hati dalam bertindak, biar nggak ada yang bertanduk.
Senorita

1051|180614

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment