Rabu, Juli 30, 2014

Aku Benci Laki-Laki


Aku benci laki-laki. Bagiku tidak ada laki-laki yang baik. Tidak bapakku. Tidak kakak iparku. Tidak pula laki-laki yang ada disekitarku.

Bapakku laki-laki yang baik. Tapi hanya kepada orang lain. Keluarganya? Dianggapnya sebagai seonggok daging tak bernyawa. Tak perlu dihargai. Apapun, hanya boleh dia yang memutuskan.

Kakak iparku? Ah salah kakak perempuanku juga. Kenapa harus buru-buru jatuh cinta. Buru-buru? Mungkin tidak, 24 tahun bukan waktu yang buru-buru untuk menikah. Tapi dia salah langkah. Menganggap keluar dari rumah adalah cara paling ampuh untuk mengurangi kesengsaraan. Kami sama, benci kepada bapak.

Sedikit dirayu langsung jatuh hati. Merasa jadi putri yang didatangi pangeran. Tersipu. Merona. Bodohnya dia. Sekarang tanggung sendiri akibatnya. Ditinggal main perempuan. Sakit? Itu pilihanmu.

Laki-laki disekitarku pun layak dibenci. Menikahi gadis-gadis dibawah umur. Lalu dicerai saat rumah tangga seumur jagung. Alasannya, tidak bisa memberi nafkah. Lalu kemana janji-janji manis saat menikah. Mereka pikir nafkah batin saja cukup untuk menghidupi keluarga.

Lalu masihkah kau bertanya kenapa aku benci laki-laki?

^^
Hei, serius banget bacanya. Itu bukan kisah nyata. Ah, semoga tidak ya. Ini adalah penggalan novel yang sedang saya tulis. Berlatar belakang kondisi disekitar tempat tinggal saya yang ih waow. Sampai kadang saya berdecak ‘kagum’, ketika adik kelas dulu di SD, sudah menjadi janda 3 kali diumurnya yang baru masuk gerbang kepala dua. Adilkah? Lalu kenapa dia begitu menikmatinya? Seolah tak ada yang perlu dicemaskan.

Doakan saya istiqomah menulis ya J ^^ 

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment