Selasa, Juli 22, 2014

Terapi Menulis


Pernah mencobanya? Atau sedang mempraktekkannya?

Percaya atau tidak, menulis bisa membuat emosi kita lebih stabil. Salah satunya karena kita berpikir dulu sebelum menulis. Apakah ini layak baca atau tidak. Dulu awal-awal saya bloging, tulisan saya wagu bingit. Sampai sekarang masih banyak yang wagu sih. Tapi sudah sedikit berkurang. Masih harus banyak belajar lagi.

Kalau kamu tipe orang yang meletup-letup dan reaktif terapi menulis bisa sedikit memperhalus sikap reaktif kamu. Saya membuktikannya sendiri. Dulu saya mudah sekali tersulut. Ada yang salah langsung terabas. Nggak peduli apa yang ada disekitar. Mungkin untuk beberapa situasi itu baik. Tindakan cepat tanpa panik. Tapi satu sisi kadang sebelum saya melihat sebuah hal secara utuh, saya sudah bergerak lebih dulu. Jadi nggak asyik.

Awalnya saya tidak ada niatan untuk menuliskan semua yang saya alami. Semua bermula ketika saya memegang sebuah amanah yang cukup penting di kampus. Ada banyak hal yang setiap hari berubah. Jadi untuk mengikat ingatan saya, saya menuliskannya. Dulu bukan di blog, tapi dicacatan FB. Nggak heran kalau dulu saya setiap hari bisa up date tulisan di FB. Bukan berniat untuk aktif di medsos. Sama sekali. Tapi lebih kepada untuk mengabarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Gaya bahasa yang saya gunakan waktu itu meletup-letup. Pakai perasaan. Pake nada emosi. Sampai akhirnya saya menyadari, ini tidak baik. Tidak baik untuk orang-orang disekitar saya. Bahasanya harus diperhalus lagi. Menyampaikan kebaikan tidak harus menyakiti bukan.

Disini terapinya dimulai. Memang pada akhirnya saya jadi tidak banyak biacara. Takut makjleb. Hahaha. Kata orang-orang disekitar saya, saya itu jarang bicara tapi sekali biacara langsung tembak. Hihihi. Ndak ada maksud gitu sih. Saya hanya males beretorika. Butuhnya apa, ya itu yang kita sampaikan. Nggak pakai ribet dan belibet. Sampai disini saya mulai kehilangan sifat perempuan saya. Hehehe. Kan katanya perempuan itu ribet, tapi bagi saya tidak. Kalau bisa dibuat simple, kenapa harus ribet? :D

Sisi baiknya adalah apa yang ingin disampaikan tersalurkan tanpa harus membuat orang lain kecewa. Sisi positif lain, ini semakin mengolah kecerdasan emosi dan komunikasi. Saya banyak belajar dari terapi menulis ini. Terutama bagaimana cara berkomunikasi yang bisa diterima oleh banyak orang. Bukan hanya untuk kalangan tertentu. It’s amazing.

Bisa dicoba lho! ;)


    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment