Credit here |
Bagaiamana tidak
kucintai, hanya di negeri ini aku bisa melihat puncak gunung dari gunung yang
lain. Belum lagi rasa bahagia saat ketemu warung bakmi di atas gunung. Kamu
tahu rasanya? Ampun deh, aku sampai nggak peduli tatapan cowok-cowok berambut gimbal yang lagi mengelilingi tungku api mbok
yem. Mungkin mereka mikir, “cewek jadi-jadian. Pake rok pethangkringan munggah gunung”. Aku cuma senyum simpul dan bilang, “misi
mas”. Dan itu aku alami di negeri ini.
Mau nggak cinta
bagaimana, cuma di negeri ini aku ketemu keluarga yang tetiba bilang, “Wahh ibu
pengen punya anak kayak adek.” Itu hanya gegara aku menyampaikan amanah yang
tidak seberapa besarnya. Untungnya si ibu ndak punya anak cowok, kalau punya,
aku kabur. Hahaha.
Aku nggak punya
alasan buat nggak cinta sama negeri ini. Terlebih saat aku bertemu ibu-ibu di
ujung Garut sana, yang meskipun baru ketemu satu kali langsung nawarin makan (inget
pipi je), sama nginep dirumah beliau. Padahal beliau bukan orang kaya.
Pulang dari sana masih dibawain burayot pula. Duh…
Gimana aku nggak
jatuh cinta sama negeri ini, kalau hingga sekarang pun aku masih dianggap cucu
sama simbah yang dulu rumahnya aku tinggali selama KKN. Padahal kita udah
sering bikin kekacauan disana. Mulai dari bikin banjir rumah gegara lupa nggak
matiin pompa air sampai sampai ngabisin buah kelapa belakang rumah. Hahhah #salim
dulu sama simbah.
Dan aku semakin
cinta setelah perjalanan panjangku pertama kali naik kereta api dari Jember
sampai Jogja. Widiiiwww itu keren. Ketemu macem-macem. Pokokmen keren.
Kapan-kapan aku tuliskan.
Tapi….
Ah aku nggak
suka cinta dengan tapi. Kalau cinta mah cinta aja ya. Tapi mau nggak mau harus
ada tapinya.
Tapi aku suka
sebel dan gemes dengan mereka yang katanya cinta negeri ini tapi cuma basa basi
busuk. Aku kira mereka kurang piknik, nggak pernah menlejahi negeri ini,
makanya cintanya cuma basa basi busuk. Kalau pernah, dijamin mereka nggak bakal
korupsi. Jamin deh.
Ooo jadi tulisan ini muaranya tentang
korupsi?
Enggak juga. Salah
satunya tentang itu, tapi tidak semunya. Etapi, mumpung kita lagi bahas
korupsi, aku jadi pengen nanya, apa pembuat undang-undang tentang hukuman
koruptor nggak pernah berpikir out of the box ya. Mbok agak kreatif dikit gitu.
Sekali-sekali jalan-jalan biar ada ide unik bin menarik muncul. Dari dulu
hukumannya gitu-gitu. Ditahan, disidang, masukkin tahanan, disana
senang-senang, potongan tahanan, lalu keluar. Gitu terus.
Apa kapok?
Enggak kan. Nyatanya besok-besok ada yang korupsi lagi. Diciduk lagi, ditahan,
masukkin tahanan, senang-senang, potongan tahanan, lalu keluar. Gitu lagi.
Kenapa nggak
coba bikin hukuman baru. Misal nih, orang-orang yang terbukti korupsi itu,
nggak usah ditahan, cukup disuruh bersihin kali ciliwung sampai bersih. Kalau
masih kurang, tambahin dengan bangunin rumah buat para orang nggak mampu.
Duitnya? Dari hasil korupsi merekalah. Jadi Negara nggak perlu pusing mikirin
duitnya dari mana.
Aku jadi ingat,
jaman imut dulu pernah ikut lomba menulis yang diadain dari KPK. Intinya
kita diminta buat nulis ide hukuman apa yang bikin jera para koruptor (kalau
nggak salah ingat). Dasarnya aku masih imut dan polos meluap-luap, maka
ide yang saat itu aku tulis adalah, buat penjara terbuka. Monas kan luas tuh
halamannya. Bikinlah penjara terbuka yang tiap warga negara boleh berkunjung
kapan saja. Jadi semacam ‘zoo’. Lha wong singa yang nggak salah apa-apa aja
dipamerin, jadi nggak masalah dong kalau kita ‘mamerin’ sampah di negeri ini. Nggak usah bicara HAM deh. Ngomong deh tuh
sama masyarakat pinggiran yang tiap hari harus makan nasi aking berlauk ikan
asin kalau mau ngomongin HAM. Atau sama keluarga yang ketika kamu bertamu
kerumahnya, kamu disuguhi air putih beraroma cubluk. Tahu cubluk? WC cemplung
(hanya tanah yang digali dan diberi tutup atasnya). Barulah ngomongin HAM para
sampah negara, itu pun kalau kamu masih sanggup.
Lalu menang
nggak lombanya? Ya enggak lah. Hahaha. Padahal waktu itu aku udah mimpi ketemu
ketua KPK.
Lalu sekarang
kamu masih mau bilang negeri ini lucu? Negeri ini indah mamen, cuma orang-orangnya
nggak sadar kalau negeri ini kece. Negeri ini butuh orang baik yang mau bicara
dan bergerak. Orang-orang baik yang nggak cuma diam sambil bilang, “woi,
dilarang mengkritik pemerintah.” Negeri kece ini butuh orang-orang baik yang
mau jadi pemimpin, bukan hanya melulu berdoa. Ups, doa harus ada usaha kan ya? Semuanya kan kudu diusahakan. :D
Negeri ini lucu?
Mungkin kitalah badutnya.
Senorita
7
ramadhan 1437 H
Selamat
mengisi bulan penuh cinta
Sebuah
awalan random untuk tulisan selanjutnya
masih tentang negeri yang kucinta
Tidak ada komentar:
Write Comment