Jumat, Juni 19, 2015

Sungguh, Persaudaraan Itu Tak Perlu Diperjuangkan

Sungguh persaudaraan itu tak perlu diperjuangkan, karena ia hanyalah akibat dari iman (Salim A. Fillah).

Setiap mendengar nasehat itu, saya mendadak merasa menjadi orang paling tidak beriman. Sudah berapa kali menyusahkan orang lain, atau minimal mempersulit orang lain. Terlebih kalau mengingat kesalahan diri pernah memutuskan silaturahim dengan orang lain, alasannya klasik. Saya butuh jeda. Halah, its so childish.

Karena persaudaraan itu hanyalah akibat dari iman. Ini bukan sekedar bagaimana kita bersikap kepada orang lain, namun lebih kepada sekuat apa kita menjaga dan memupuk iman kita. Tanpa mempedulikan sekuat apa sekitar kita berusaha membunuh iman itu. Misal begini, kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk memuliakan saudara kita, bersikap baik, melakukan apa yang kita bisa. Pada saat yang sama saudara kita itu justru bersikap sebaliknya, suka mencari masalah, memancing perdebatan, memunculkan perbedaan. Mereka yang subur imannya, pasti tidak akan mengubah sikap, namun sayangnya, kita seringnya saya lebih memilih untuk bersikap lain. Mungkin tidak membenci, namun berbeda sikap. Mengurangi sungging senyum, menakar simpati.

Padahal “Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)”. Seperti apa persaudaraan itu? Yaitu mereka yang tercipta satu tubuh. Satu bagian, bila ada yang terluka maka yang lain ada yang teriak “aduh” dan yang lebih indah ada yang bergerak mengusap dan menyembuhkan.

Bukan, ini bukan hanya sekedar bagaimana merasakan sakit bersama. Ini juga tentang untuk tidak saling menyakiti. Satu tubuh, satu bagian. Bagaimana mungkin kita menyakiti tubuh kita sendiri sedangkan menyakiti diri sendiri tidak diperbolehkan dalam agama ini. Lantas bagaiaman rasanya ketika kita menyakiti saudara kita? Bukankah itu artinya kita sedang menyakiti tubuh kita sendiri? Bukankah itu artinya berbuat yang sia-sia juga?

Tidak, ini tidak hanya sekedar saling berbuat baik. Namun juga saling menunaikan hak. Tentu kita ingat betul, bahwa prasangka baik itu pertama kali adalah kepada mereka yang ada dalam satu tubuh. Masih sulit? Ada perintah tabayun. Tidak ada kata praduga dalam bersaudara, yang ada adalah peka yang diawali dengan berbaik sangka dan mencari fakta.

Apalagi? Banyak. Sangat banyak. Mendoakan, menjenguk ketika sakit, mengucapkan salam ketika bertemu, menjauhi perdebatan (sepasang dengan tidak memunculkan celah berdebat), menasehati dengan baik. Kurang? Silahkan lengkapi. Dan semua itu hanyalah akibat dari iman.

Ini seperti lingkaran yang saling terhubung bila kita mau sejenak melihat.  Dipersaudarakan, lantas diberikan kewajiban yang sekaligus hak. Diberikan kewajiban untuk menghilangkan prasangka serta tabayun ketika mulai ragu, dan hak kita adalah menerima kewajiban orang lain untuk tidak membuat prasangka. Terlebih dalam hal mendoakan, sekali kita mendoakan yang lain, malaikat akan mengaminkan dan menjawab, “begitu pula untukmu”. Bukankah ini menyenangkan.

Dan sekali lagi, ini hanya akibat dari iman. Ya, kita hanya sedang berlomba untuk membuktikan siapa yang lebih subur imannya.

Senorita
2 Ramadhan 1437 H
Selamat datang cinta, bulan dengan berjuta rasa

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment