Itu menjadi kata-kata yang ingin Sije
realisasikan hari-hari belakangan ini. Menyempatkan diri untuk menulis dan
menulis. Banyak kata yang akhirnya tertimbun materi-materi hingga akhinya lupa,
dibrankas nomor berapa kata tersebut disimpan. Ide cerita tiba-tiba bertebaran dimana-mana
saat waktu ngajak lomba lari marathon.
Masih ada beberapa teks lagi yang harus dibaca. Ah…kini
aku benar-benar merasakan rasanaya menjadi seorang editor dan juga seorang
penulis. Bagaimana tidak, dalam waktu lima hari, harus bisa menulis minimal 2
cerpen dan menjadi editor lebih dari 5 cerpen. Fyuuh… kalau tanganku bisa berbicara mungkin dia akan berteriak
protes. Seandainya (kenapa kau mulai berandai-andai lagi?) mata ini bisa orasi,
mungkin dia akn orasi menyampaikan tuntutan untuk istirahat.
Itulah seninya. Saat waktu memburu. Saat tulisan
menunggu. “Keterpaksaan” membuatku akhirnya tahu banyak kata di KBBI (kamus
besar bahasa Indonesia). ini benar-benar seni. Ini benar-benar menulis. Ini benar-benar
langkah menjadi seorang penulis .
Kata-kata pun seolah tak ingin menunggu terlalu
lama. Menghentak-hentak meminta untuk dikeluarkan. Bukan hanya ditimbun di
kepala. Judul-judul yang menggelitik itu meminta untuk segera dituliskan. Tokoh-tokoh
itu meminta untuk segera di “nyatakan”.
Sekali lagi, inilah waktunya menyempatkan diri. Meracik
waktu hingga akhirnya waktu yang takluk. Menghafal kata-kata secara tidak sadar
dari kamus besar bahasa Indonesia. Inilah saatnya untuk menyempatkan diri.
_tulisan yang disempat-sempatkan_
Tidak ada komentar:
Write Comment