Jumat, Juni 22, 2012

Aku nggak mau ngaji lagi!!!


Pernah mendengar kalimat itu meluncur dari mulut mungil adek-adek? Atau malah pernah mengatakan itu? Ah, aku jadi teringat beberapa waktu yang lalu, saat semuanya rasa-rasanya sudah memuncak, lelah, keluh kesah, marah, masalah, semuanya. Kalimat itu meluncur dengan pelan namun sempurna terucap, “Aku tidak mau ngaji lagi karena bla..bla..bla…”. beberapa orang yang sudah mengenalku hanya mengatakan, “Yo wis, karepmu Je”, “Ya udah, gpp”, “Ya, yang penting masih tetap terjaga”, dan berbagai kalimat serupa. Intinya sama, mereka tahu disaat seperti itu, aku menjadi orang yang paling tidak bisa dicegah. Cara satu-satunya, biarkan saja aku melakukan apa yang aku katakan dan aku inginkan saat itu.

Kini aku mendapatkan kata itu sempurna terucap dari adek-adekku. Karma? Entahlah? Allah sepertinya ingin menunjukka kondisi yang sama dengan apa yang orang lain hadapi saat aku “ngambek” seperti dulu. :-D. Lebih dari sekedar tidak mau ngaji, namun, “Mbak, aku mau pindah lingkaran”. Saat itu aku hanya mengerutkan kening, “Kenapa?” sebuah kata yang belum sempat kuucapkan saat itu. Kata demi kata meluncur dari bibir mungilnya, alasan-alasan, kekecewaan yang sudah belapis, kemarahan yang sudah meluber, amarah yang sudah siap meledak, dan diakhiri dengan helaan napas panjang.

Ada satu hal yang sepertinya, sesuatu yang penting gak penting namun dipenting-pentingkan. Lingkaran. Apa semudah itu mengazamkan diri, mengaku-akukan diri sebagai bagian lingkaran X, Y, Z dan diumumkan pula. Penting ya? Kita lebih sering bingung memilih lingkaran dari  pada bingung memilih ibadah mana yang sesuai dengan tuntunan syar`i. Justru ketika kita disibukkan dengan memilih lingkaran, ada yang perlu diluruskan dalam diri kita. Sejauh apa kita memahami konsep lingkaran itu sendiri. jangan-jangan selama ini kita menganggap, lingkaran itu adalah sesuatu yang menentukan amalan, sesuatau yang menentukan ibadah-ibadah kita, ngaji kita dan lain sebagainya. Padahal lingkaran itu tak lebih dari sekedar kendaraan. cara sholat, cara berdzikir, cara berinteraksi, cara hidup dan lain sebagainya sama, semua diambil dari rosul. Kenapa harus merasa penting untuk mementingkan lingkaran?

Selanjutnya tentang ngaji, dalam bahasa lain bisa disebut liqo, halaqoh, tutorial, bimbingan agama Islam dan lain sebagainya. Ini tentang menuntut ilmu, hukumnya wajib. Sekali lagi, menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Ngaji sendiri merupakan salah satu cara untuk menuntut ilmu. Bagi yang kecewa hingga akhirnya nggak mau mengaji lagi, ada satu hal yang ingin sekali aku tanyakan, “Apa yang sebenarnya kalian fahami dari hakikat mengaji?”. Khawatirnya selama ini kita memahami, ngaji itu adalah sebuah cara untuk mengikat seseorang di sebuah lingkaran. Akhirnya saat kita marah dengan orang-orang disekitar kita, hingga akhirnya kita memilih untuk keluar dari lingkaran, langkah pertama yang kita ambil adalah keluar dari ngaji. Bila memang benar seperti itu, maka apa yang selama ini kita lakukan adalah sesuatu hal yang pelu diluruskan. Jangan-jangan selama ini kita mengaji hanya untuk dianggap bergabung dalam sebuah lingkaran. Kini setelah kekecewaan itu mengumpul jadi satu, kita ingin keluar dari ngaji agar kita dianggap keluar dari lingkaran. Sesederhanakah itu? Tentu saja tidak.

Apalagi setelah kita keluar dari kelompok ngaji kita, kita tidak bisa mengontrol diri. Tidak ada asupan pengganti. Tidak mau ikut kajian-kajian dan majelis ilmu. Tersibukkan dengan kegiatan kita yang lain. Hingga akhirnya kita terkuras habis, banyak output namun tak ada input. Hanya karena kita salah memahami konsep lingkaran dan menuntut ilmu. Dua hal yang berbeda namun kita campur adukkan. Sejujurnya, kalau kita bisa lebih jernih dalam menilai, kita akan bisa lihat, mana yang seharusnya tetap lanjut dan mana yang harus kita pending lebih dulu. Sekali lagi, menuntut ilmu dan lingkaran adalah dua hal yang punya ranah masing-masing.

Yuk mari kita tata ulang konsep kita tentang menuntut ilmu dan lingkaran :-D.


_SedangTidakBisaMenulisGokil_
~Je~

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment