Jumat, Juli 18, 2014

Dia, yang Mewakafkan Diri untuk Ummat


Tadi malam ada yang melihat acara Hitam Putih? Bagi saya itu cukup menginspirasi. Saya sudah lama tahu tentang seorang mba Asma Nadia, tapi kekaguman saya (secara wajar) berlipat ketika melihat acara Hitam Putih tadi malam.

Seorang perempuan yang sedari kecil hidup sakit-sakitan. Gegar otak, gigi bermasalah, 10 tumor, tinggal di samping rel kereta api. Waow! Sekian jenis penyakit dalam satu tubuh. Dan dia masih bisa bertahan. Bahkan berprestasi.

Lima puluh buku, bahkan lebih. Seratus dua puluh tiga rumah baca (targetnya 1000), berkeliling eropa, menginspirasi banyak keluarga. Belum lagi buku yang mulai difilmkan dilayar kaca. Waow! It’s amazing! Membuat banyak orang berpikir, bahwa perempuan pun bisa berprestasi.

Terlepas dari seperti apa ikhtiar yang dia lakukan. Saya justru kagum dengan sosok dibalik itu. Dua sosok, ibu dan suaminya. Seperti yang dia ceritakan, ibunya rela mengorbankan jatah makan siang sampai punya maag parah, menyisihkan uang untuk membeli buku bacaan sang anak.

Padahal dilihat dari segi ekonominya, keluarga tersebut bukan tipe berkecukupan. Tapi ibunya bisa mengelola apapun demi membuat anaknya berprestasi. Membuat anak-anaknya tidak merasa miskin, karena mereka kaya akan ilmu.

Sosok kedua yang saya kagumi adalah suaminya. Kekaguman secara wajar tentu saja. Tidak banyak saya temukan laki-laki yang bisa dengan mudah mengijinkan istrinya berkarya. Justru seringnya kebanyakan laki-laki menginginkan istrinya tidak perlu melakukan apa-apa. Mereka merasa dilangkahi ketika si istri lebih banyak karya, lebih menonjol. Padahal kalau mau sedikit saja berpikir jernih, amal-amal yang dilakukan istrinya, nantinya akan menjadi pemberat amalan suaminya di akhirat. Seaktif apapun seorang perempuan tetap saja dia akan kembali ke rumah suaminya.

Itulah yang semakin membuat saya kagum dengan keluarga itu. Ya tentu saja ada kekurangan. Tapi semua bisa ditata dengan baik. Mba Asma berkarya, suaminya juga, anak-anak terurus dengan baik. Beres. Tidak saling tuntut bahwa si ini harus begini, kamu harus begitu. Aku yang boleh begini, kamu hanya boleh begitu. Tapi bagaimana mengoptimalkan potensi semua anggota keluarga. Tidak saling mematikan, tapi saling menumbuhkan.


Senorita
0810|17072014

21 Ramadhan 1435 H

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write Comment